HEADLINE: Kapal Selam KRI Nanggala-402 Hilang di Perairan Bali, Sinyal Peremajaan Alutsista?

Kapal selam milik TNI AL, KRI Nanggala-402 dilaporkan hilang kontak saat melakukan misi latihan penembakan torpedo di perairan Bali.

oleh Nafiysul QodarNanda Perdana PutraMuhammad Radityo PriyasmoroIka Defianti diperbarui 26 Apr 2021, 14:48 WIB
Foto yang dirilis 21 April 2021 kapal selam KRI Nanggala 402 berangkat dari pangkalan angkatan laut di Surabaya. KRI Nanggala-402 dibuat tahun 1977 di Howaldtswerke Deutsche Werft (HDW) Jerman. (Handout/Indonesia Military/AFP)

Liputan6.com, Jakarta - Kapal selam KRI Nanggala-402 hilang kontak di perairan utara Pulau Bali, Rabu 21 April 2021 waktu subuh. Kapal selam milik TNI AL itu hilang kontak saat melaksanakan misi latihan penembakan torpedo.

Posisi terakhir kapal selam berusia 40 tahun itu berada di 50 mil atau 95 kilometer utara Pulau Bali. TNI pun langsung mengerahkan seluruh kemampuannya untuk mencari keberadaan KRI Nanggala 402.

"Ya benar, (hilang kontak) di 60 mil dari Bali. Seluruh kapal yang punya kemampuan pencarian di bawah air (dikerahkan)," ujar Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto saat dikonfirmasi wartawan, Rabu sore (21/4/2021).

TNI kemudian mengirimkan distress call ke International Submarine Escape and Rescue Laison Office untuk melaporkan kapal selam yang hilang. TNI juga meminta bantuan negara sahabat untuk mencari KRI Nanggala-402 dan 53 awaknya. Beberapa negara telah menyatakan kesiapannya.

Saat ini, alat utama sistem persenjataan (Alutsista) TNI yang tengah melakukan pencarian terdiri dari lima KRI, meliputi KRI Raden Eddy Martadinata 331, KRI Gusti Ngurah Rai 332, KRI Diponegoro 365, KRI dr Soeharso 990, KRI Pulau Rimau 724, dan 1 helikopter TNI AL Helly Panther.

"TNI juga mengerahkan KRI Rigel 933 yang merupakan kapal survey hydro oseanografi. Kapal ini memiliki kemampuan deteksi bawah air yang digunakan untuk beberapa operasi SAR yang lalu (kecelakaan Lion Air di Tanjung Karawang dan Sriwijaya Air di Kepulauan Seribu)," kata Kapuspen TNI Mayjen TNI Achmad Riad dalam konferensi pers, Kamis (22/4/2021).

Singapura juga telah mengirimkan kapal SSRV MV Swift Rescue yang memiliki kemampuan penyelamatan terhadap kapal selam yang mengalami kendala di bawah air. Kapal milik angkatan laut Singapura ini diperkirakan akan tiba di lokasi pada Sabtu 24 April 2021. Sementara Malaysia dengan Kapal Rescue Mega Bakti akan tiba pada Senin 26 April 2021.

Operasi pencarian juga melibatkan institusi lain di dalam negeri, seperti Kepolisian Republik Indonesia (Polri), Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (Basarnas), Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan (P3GL), Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT), dan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT).

Pengamat Militer dan Intelijen, Susaningtyas Kertopati menuturkan, insiden ini merupakan kecelakaan kapal selam pertama yang terjadi di Indonesia. Namun begitu, dia menyatakan bahwa masih ada peluang KRI Naggala-402 untuk melakukan Combat SAR.

Hal itu mengingat kemampuan menyelam normal pada ambang batas kedalaman operasional adalah 48 jam. Kemudian ada tambahan cadangan darurat untuk 24 jam, sehingga totalnya 72 jam.

"Menurut kemampuan tersebut, kesempatan masih terbuka melakukan operasi Combat SAR sampai dengan 58-60 jam ke depan," kata Nuning saat dihubungi Liputan6.com, Kamis (22/4/2021).

Dia meminta kesempatan tersebut dimanfaatkan seoptimal mungkin dengan mengundang Angkatan Laut negara sahabat untuk menyelamatkan KRI Nanggala-402. "Sebab tidak banyak Angkatan Laut yang memiliki kapal tender kapal Selam untuk operasi salvage dan atau Combat SAR," ucap Nuning.

Senada dengan Nuning, Pengamat Militer, Connie Rahakundini Bakrie mengatakan bahwa insiden ini merupakan yang pertama kali terjadi di Indonesia. Menurut dia, kapal selam merupakan alutsista yang jarang sekali mengalami kecelakaan.

"Kapal selam tuh jarang accident, makanya kalau accident, sudah pasti gempar," kata Connie saat dihubungi Liputan6.com, Kamis.

Ada beberapa faktor yang diduga menyebabkan KRI Nanggala 402 mengalami accident, antara lain karena usia, pemakaian, dan perawatan. Connie mengungkapkan, kapal selam ini juga sempat mengalami gangguan pada sistem kemudi pada Maret 2021 meski akhirnya dapat diatasi.

"Ini saya bicara karena saya sudah baca dokumen. Kemudian faktor yang saya concern tuh soal MRO-nya, maintenance, repair dan overhaul-nya. Jadi kalau human error kayaknya saya sih, bukan membela ya, tapi human error tuh very rarely happen lah," ujarnya.

Meski begitu, angka usia tidak bisa dijadikan satu-satunya tolok ukur kelayakan alutsista. Connie menekankan pentingnya membatasi pemakaian disamping maintenance, repair, and overhaul (MRO) pada semua alutsista Indonesia, terutama yang usianya tak lagi muda.

"Pertama kita bicara alutsistanya untuk apa, kemudian penggunaannya seberapa banyak. Contoh begini, alutsista misal pesawat tempur, itu bisa lebih lama jam terbangnya kalau hanya untuk dipakai operasi tertentu. Tapi kalau dipakai untuk operasi iya, pesawat latih iya, ya berarti akan lebih singkat. Contoh juga kapal, untuk latih kayak (KRI) Dewaruci enggak mungkin dipakai buat operasi, tapi banyak sekali kapal operasi kita dipakai untuk latih," tutur dia.

Mestinya, alutsista untuk fungsi latih dan operasi berbeda. Sementara fungsi alutsista Indonesia masih tumpang tindih karena keterbatasan.

"Nah, hal-hal begitu berpengaruh untuk usia alutsista. Karena kalau negara maju beli hanya untuk operasi gitu kan, diperkirakan untuk itu. Kita enggak, karena untuk latih juga," kata Connie.

Dosen Universitas Pertahanan Indonesia ini juga menyoroti jumlah kapal selam yang dimiliki Indonesia. Menurut dia, armada yang dimiliki TNI AL saat ini masih jauh dari jumlah ideal untuk menjaga pertahanan laut Indonesia. Apalagi kapal yang dimiliki tidak mungkin digunakan dalam waktu bersamaan secara terus menerus.

"Jadi jauh lah dari cukup. Apalagi dikaitkan (pernyataan) Presiden Jokowi bilang kita itu jadi negara poros maritim dunia. Bagaimana mau jadi poros maritim dunia kalau yang jalan cuma dua misalnya, atau satu, kan enggak mungkin," ucap Connie.

Infografis Hilangnya Kapal Selam KRI Nanggala 402. (Liputan6.com/Trieyasni)

Connie berharap, peristiwa ini menjadi momentum bagi semua pihak, tak hanya pemangku kebijakan, tapi juga seluruh bangsa untuk merenung dan berbenah. "Bahwa TNI yang tercinta ini ternyata masih berjuang demi bangsa ini dengan segala keterbatasan. Salah satunya keterbatasan yang dimiliki oleh kapal selam ini," katanya.

Kata dia, bangsa Indonesia sudah cukup sering disuguhkan dengan peristiwa kecelakaan alutsista yang dialami TNI AU, TNI AD, dan kini TNI AL. Dan insiden yang dialami kapal selam KRI Nanggala-402 ini menjadi pukulan yang berat.

"Kasus submarine ini, this is a rare shocking. Karena ini bukan mini submarine, bukan mini jet, tapi kapal selam beneran," ucap Connie.

Namun terlepas dari segala permasalahan alutsista, saat ini yang harus menjadi fokus pemerintah adalah menyelamatkan 53 awak yang ada di dalam kapal selam KRI Nanggala-402. Dia berharap, kapal segera ditemukan dan seluruh awak dapat dievakuasi dengan selamat.

"Saya sekali lagi berharap yang terbaik. Susah sekali saya mau ngomongnya karena dari pagi masih semangat banget, sedihnya ya, karena masih yakin karena tadi ternyata kemarin malam masih ada pergerakan, terus belum ada emergency yang dikirim, transmitter emergency-nya belum ada, masih semangat kan. Tapi karena suasana yang terlalu diam, terlalu quite ini jelas saya sangat khawatir. Karena ini kan lagi latihan lepas terpedo, jadi segala kemungkinan itu bisa terjadi," kata Connie.

Wakil Ketua Komisi I DPR RI, Utut Adianto Wahyuwidayat juga menyoroti kualitas alutsista TNI yang sudah usang. Menurut dia, insiden hilangnya kapal selam yang didatangkan dari Jerman pada 1981 ini menunjukkan bahwa alutsista TNI butuh peremajaan.

"Lagi-lagi ini adalah sinyal jelas bahwa TNI kita khususnya alutsista perlu peremajaan, kita tidak ingin melihat ini kembali terjadi, kita tahu baik angkatan laut maupun angkatan udara kita misalnya alutsista kita sudah pada tua dan rusak," katanya kepada wartawan, Kamis.

Utut meminta Menteri Pertahanan (Menhan) Prabowo Subianto dan Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto segera membahas persoalan alutsista yang sudah tidak layak.

"Kejadian ini kan kita hanya bisa sedih, dan semua pilu ada di keluarganya, mudah-mudahan ini yang terakhir yang terjadi, mudah-mudahan menjawab bukan hanya dengan doa, bukan hanya dengan pengharapan tapi dengan langkah konkret dengan rasionalitas yang terbangun berapa anggaran kita yang tersedia," katanya.

Komisi I DPR, kata dia, akan meminta Menhan untuk segera menemui Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani dan Presiden Joko Widodo untuk membahas peremajaan alutsista.

"DPR ingin melihat TNI yang kuat, jadi Saudara Menhan, Panglima TNI dan para kepala staf hendaknya duduk bareng dengan Menkeu dan tentu Bapak Presiden untuk merumuskan kita mau apa," harap Utut.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:


Pemerintah Segera Remajakan Alutsista

Foto tak bertanggal yang dirilis 21 April 2021 menunjukkan kapal selam KRI Nanggala 402 berangkat dari pangkalan angkatan laut di Surabaya. Kapal selam tersebut bergabung dengan jajaran TNI AL tahun 1981. (Handout/Indonesia Military/AFP)

Menteri Pertahanan (Menhan) Prabowo Subianto mengatakan, saat ini pencarian kapal selam KRI Nanggala-402 sedang dilakukan secara intensif. 

"Sebagaimana kita ketahui bersama saat ini TNI sedang menghadapi suatu masalah yaitu masih belum dapat kontaknya dengan KRI Nanggala-402, usaha-usaha untuk pencarian sudah dilakukan intensif," kata Prabowo dalam konferensi pers, Kamis (22/4/2021).

Dia menyatakan, insiden ini memperlihatkan bahwa pertahanan negara adalah pekerjaan yang rumit. Sebab itu memerlukan teknologi tinggi, profesioionalitas, dan mengandung unsur bahaya.

"Jadi memang kejadian ini juga menggarisbawahi bahwa memang pertahanan negara adalah suatu pekerjaan upaya yang sangat rumit," ujarnya.

Tidak hanya itu, mantan Danjen Komando Pasukan Khusus (Kopasssus) ini menyatakan bahwa TNI harus dalam keadaan siap dalam segala kondisi. Sebab itu, dibutuhkan latihan yang kuat walaupun mengandung bahaya.

"Karena itu sangat dibutuhkan latihan dan latihan pun mengandung masalah bahaya yang sangat tinggi," beber Prabowo.

Dia yakin seluruh pihak saat ini sedang berusaha maksimal mencari kapal selam tersebut. Dia pun memohon doa dari seluruh masyarakat agar dengan seluruh awak KRI Nanggala-402 bisa segera ditemukan dalam keadaan selamat.

"Perjuangan anak-anak kita untuk menjaga kedaulatan negara itu sangat penuh dengan tantangan. Setiap hari mereka hadapi bahaya. Karena itulah kita mohon semua masyarakat kita berdoa bahwa anak-anak kita bisa kita temui dalam waktu sesingkat-singkatnya," harapnya.

Di sisi lain, Prabowo menyatakan bahwa Kementerian Pertahanan (Kemhan) bersama TNI saat ini sedang menyusun masterplan untuk melaksanakan modernisasi alutsista. Hal tersebut seiring dengan perintah Presiden Joko Widodo atau Jokowi untuk pertahanan yang lebih baik.

"Ini sedang kita rampungkan, kita sedang menyusun, sedang memperbaiki. Insyaallah dalam 2-3 minggu ini, kita akan bersama dengan Panglima TNI dan kepala staf kita rampungkan dan akan kita sampaikan kepada bapak Presiden," ujarnya.

Dia mengatakan, pemerintah akan melakukan investasi yang lebih besar tanpa menggangu anggaran pembangunan kesejahteraan. Sebab itu, pihaknya saat ini sedang merumuskan pengadaan alutsista yang lebih tertib dan efisien.

"Kita memang perlu meremajakan alutsista kita. Banyak alutsista kita memang karena keterpaksaan dan karena kita mengutamakan pembangunan kesejahteraan kita belum modernisasi lebih cepat," beber Prabowo.

Mantan Pangkostrad itu menilai, saat ini kondisinya sudah mendesak untuk modernisasi alutsista. Dia yakin dalam waktu dekat hal tersebut akan terlaksana.

"Sekarang mendesak kita harus modernisasi alutsista kita lebih cepat lagi, dan kami yakin, saya yakin, bahwa dalam waktu dekat kelengkapan kita bisa modernisasi untuk tiga matra, darat, laut, dan udara," bebernya.

"Kita sedang dalam rangka akan melaksanakan modernisasi alutsista untuk tiga angkatan dan kita akan melakukan dengan suatu upaya komprehensif dan upaya yang seefisien mungkin. Kita ingin punya TNI yang andal," tambahnya.

Prabowo juga merencanakan penambahan kapal selam baru. Saat ini Indonesia telah memiliki tiga kapal selam hasil kerja sama antara Indonesia dan Korea Selatan, yakni KRI Nagapasa 403, KRI Ardadedali 404, dan yang terbaru yaitu KRI Alugoro 405.

Sehingga totalnya ada lima kapal selam yang dimiliki Angkatan Laut Indonesia, termasuk KRI Cakra-401 dan KRI Nanggala-402 yang sama-sama didatangkan dari Jerman pada 1981 silam.

"Kita sedang merencanakan peremajaan, baru ada tiga kapal selam baru dari Korea Selatan, masih turut diadakan uji coba, dan terus rencananya akan tambah kapal selam," kata Prabowo.

Prabowo juga menjelaskan tidak lama lagi Kemhan bersama TNI akan membuat masterplan untuk melakukan modernisasi. Sehingga Indonesia memiliki armada yang baru.

"Tapi sementara itu alutsista yang ada harus kita manfaatkan sebaik mungkin dan memang TNI dari dulu kita sebagaimana kita katakan tadi dari sejak dahulu kita mendahulukan kepentingan rakyat, umum sehingga TNI selalu siap untuk menghadapi keadaan alat yang ada dirawat dengan sebaik-baiknya dengan seefisien mungkin," ucap Prabowo.


Kapal dalam Kondisi Siap Tempur

Foto yang dirilis 21 April 2021 kapal selam KRI Nanggala 402 berlabuh di pangkalan angkatan laut di Surabaya. Kapal selam KRI Nanggala-402 dari jajaran Armada II Surabaya hilang kontak saat melaksanakan latihan penembakan Torpedo SUT di perairan selat Bali. (Handout/Indonesia Military/AFP)

Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL) Laksamana Yudo Margono menyatakan, tidak ada malfungsi kapal selam KRI Nanggala-402 yang hilang kontak saat latihan penembakan torpedo di perairan Bali, Rabu kemarin.

Menurut dia, uji kelayakan terhadap KRI Nanggala-402 telah dilakukan sesuai prosedur dan jadwal yang berlaku.

"Kapal sudah di-docking bulan Januari 2020, docking di PT PAL, sehingga masih sangat layak," kata Yudo saat jumpa pers di Bali yang disiarkan secara daring, Kamis (22/4/2021).

Yudo menambahkan, usia kapal yang terbilang tua jika dihitung dari tahun pembuatan tidak menjadi masalah. Sebab, dia menegaskan TNI AL selalu melakukan peremajaan rutin terhadap alutsistanya.

"Kita akan sesuaikan life of time dari kapal tersebut, kalau kondisi bagus dan bisa kita rawat tentu akan kita rawat dengan baik, karena di TNI AL itu perawatan kapal ada fase-fasenya," jelas Yudo.

Perwira tinggi bintang empat ini pun menegaskan, kondisi kapal selam KRI Nanggala 402 sangat prima. Begitu juga awak kapalnya. Tercatat, dari rekam jejaknya, kapal produksi Jerman tersebut sudah pernah melakukan belasan uji tembak torpedo dan berjalan sukses.

"Kapal ini riwayat menembak torpedo kepala latihan ini 15 kali dan menembak torpedo kepala perang itu 2 kali dan sasarannya kapal eks KRI dan dua-duanya tenggelam," kata Yudo.

Atas catatan tersebut, lanjut Yudo, dipastikan KRI Nanggala-402 dalam kondisi prima saat melakukan latihan di perairan Bali pada Rabu 21 April 2021 kemarin.

"Jadi KRI Nanggala dalam kondisi siap tempur, sehingga kita kirim libatkan untuk menembakkan torpedo kepala latihan dan kepala perang," kata Yudo.

Lebih lanjut, KSAL memperkirakan suplai oksigen di dalam Kapal Selam KRI Nanggala-402 masih cukup untuk tiga hari ke depan. Sesuai dengan prosedur operasi, oksigen di dalam KRI Nanggala 402 mampu bertahan selama 72 jam.

"Mampu 72 jam kurang lebih 3 hari kalau kemarin jam 3 pagi (mulai operasi) bisa sampai hari Sabtu jam 3 pagi lagi," kata Yudo.

Selain itu, Yudo juga meyakini bahwa di dalam kapal buatan Jerman itu terdapat persediaan cadangan oksigen. Sehingga, Yudo optimistis seluruh awak kapal selam saat ini masih dalam kondisi yang baik.

"Oksigen cadangan (juga) masih ada," jelas dia.

Hingga saat ini, pencarian masih terus dilakukan. Belum ada informasi lebih detail terkait lokasi pasti hilangnya kapal. Yudo optimistis tim dapat menemukan keberadaan kapal selam KRI Nanggala 402  bersama seluruh awaknya.

"Kita tetap optimis mencari dengan seluruh bantuan dikerahkan," kata Yudo menandasi.

Spesifikasi KRI Nanggala-402

Berdasarkan informasi yang dikumpulkan Liputan6.com, KRI Nanggala-402 dibuat galangan kapal Howaldt Deutsche Werke (HDW) di Kiel, Jerman (Barat) pada 1981 setelah kontrak efektif ditandatangani pada 1977.

KRI Nanggala-402 juga memiliki saudara kembar KRI Cakra-401 yang sama-sama merupakan Type 209/1300, tipe kapal selam buatan HDW Jerman yang populasinya cukup banyak di seluruh dunia.

KRI Nanggala-402 dan KRI Cakra-401 menjadi kapal selam paling senior di TNI AL dengan catatan penugasan yang cukup panjang. Kapal tersebut berangkat dari hanggarnya di dermaga Armada II TNI AL di Ujung, Surabaya.

Sebagai kapal selam yang berada di kelas menengah dengan sistem propulsi konvensional (non-nuklir), Type 209/1300 digerakkan motor listrik Siemens low-speed yang dayanya disalurkan secara langsung melalui suatu poros ke baling-baling kapal di buritan. Artinya, daya ini tidak memakai gear-gear mekanisme tambahan lain.

Adapun total daya yang mampu dihasilkan adalah 5.000 poros tenaga kuda. Sedangkan kehadiran baterai-baterai listriknya membuat kapal selam ini mampu menyimpan daya listrik, yang dayanya disuplai empat generator mesin diesel MTU supercharged.

KRI Nanggala-402 mulanya dibeli langsung di Jerman sebagai negara pembuat dalam keadaan baru sama sekali. Sehingga sistem kesenjataan bawah permukaan lautnya terdiri dari 14 terpedo buatan AEG, periskop Zeiss yang berada di samping snorkel buatan Maschinenbau Gabler.

Jika menyelam, kecepatan kapal selam ini maksimum 21,5 knot dengan awak berdasarkan spesifikasi dasar pabrikan sebanyak 34 pelaut. Kewaspadaan situasional KRI Nanggala-402 mengandalkan sonar CSU-3-2 suite.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya