Liputan6.com, Jakarta - Juru Bicara Satuan Tugas (Satgas) Penanganan COVID-19 Wiku Adisasmito menyebutkan berbagai risiko penularan COVID-19 jika masyarakat tetap melakukan mudik lebaran.
Menurutnya, kontak fisik seperti bersalaman dan berpelukan sangat berpotensi meningkatkan risiko penularan kepada keluarga di kampung. Hal ini akan berbahaya terutama bagi keluarga yang sudah lanjut usia (lansia).
Advertisement
Maka dari itu, Wiku mengimbau masyarakat untuk tidak mudik dan lebih mengoptimalkan silaturahmi secara daring. Ia juga meminta seluruh operator di Indonesia untuk memberikan layanan telekomunikasi terbaik.
“Pemerintah meminta masyarakat lebih bijak menghadapi pandemi ini. Silaturahmi kepada keluarga di kampung halaman dapat dilakukan secara virtual,” kata Wiku dalam keterangan pers Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Kamis (22/4/2021).
Ia menambahkan, silaturahmi kepada keluarga di kampung halaman dapat dilakukan secara virtual dengan memanfaatkan teknologi komunikasi.
“Terkait dengan hal ini, pemerintah meminta kepada seluruh operator telekomunikasi untuk menyediakan layanan komunikasi yang berkualitas dan terjangkau sehingga masyarakat yang ingin bersilaturahmi secara virtual dapat melakukannya dengan baik,” lanjut Wiku.
** #IngatPesanIbu
Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.
Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.
Simak Video Berikut Ini
Mudik Bukan Hanya Antar Daerah
Wiku juga menegaskan, tradisi mudik bukan hanya dilakukan masyarakat dari satu kabupaten ke kabupaten lain atau dari satu provinsi ke provinsi lain. Namun, biasanya mudik juga dilakukan dari luar negeri ke Indonesia.
“Ini mobilitas yang berpotensi dilakukan warga Indonesia yang tinggal di luar negeri. Oleh karena itu, pemerintah juga melakukan antisipasi penularan COVID-19 dari WNI yang datang dari luar negeri sebelum, saat, atau setelah program peniadaan mudik 2021.”
Upaya ini dilakukan untuk menghindari masuknya kasus impor dengan berbagai varian virus baru yang berkembang di berbagai negara dan memiliki kecepatan penularan yang lebih tinggi, kata Wiku.
“Saat ini saja, sebaran varian sudah ditemukan di hampir seluruh provinsi di Indonesia dan mendominasi di provinsi yang memiliki kota-kota besar dengan penduduk yang padat seperti di Jawa Barat, DKI Jakarta, dan Jawa Timur.”
“Oleh karena itu, kita harus terus mempertebal dinding pertahanan negara dengan penapisan berlapis bagi WNI yang datang dari luar negeri,” tutup Wiku.
Advertisement