Resensi Film Minari: Menjemput Impian di Amerika Tak Semudah Membalik Tangan, Plot Kuat Akting Memikat

Minari, karya sineas Lee Isaac Chung telah tayang di Indonesia mulai 21 April 2021. Film ini diganjar enam nominasi Oscar.

oleh Wayan Diananto diperbarui 22 Apr 2021, 18:30 WIB
Minari. (Foto: Dok. A24/ CBI Pictures)

Liputan6.com, Jakarta Seseorang rela meninggalkan kampung halaman demi menjemput impian. Kisah klasik ini disertai asa kerja keras dan pengobarnan akan mengubah nasib. Tema tersebut diusung Minari, yang ditulis dan disutraradai Lee Isaac Chung. Film ini meraih enam nominasi Oscar.

Minari tayang dijaringan bioskop Tanah Air mulai Rabu, 21 April 2021. Rilis beberapa hari jelang malam puncak Oscar, film ini diprediksi tak pulang dengan tangan kosong.

Kisah mengejar impian di negeri orang tentu saja bukan hal baru. Lantas apa yang membuat Minari begitu membuai hati juri festival, kritikus, dan para pencinta sinema? Berikut resensi film Mirani.

 


Jacob dan Mimpi Besarnya

Steven Yeun sebagai Jacob. Monica diperankan Han Ye-ri, dalam Minari. (Foto: Dok. A24/ CBI Picrures)

Jacob (Steven Yeun) menikahi Monica (Han Ye-ri). Pasutri ini dikaruniai dua anak yakni Anne (Noel Kate Cho) dan David (Alan Kim) yang didiagnosis mengidap lemah jantung. Keluarga ini terbang dari Korea Selatan ke Amerika Serikat.

Jacob membeli tanah yang luas dengan rumah sederhana. Dibilang sederhana karena fondasinya tak tembus tanah, melainkan terbuat dari roda. Jacob memilih lahan ini karena warna tanahnya diyakini cocok untuk berkebun. Ia kemudian mulai menanam sayuran khas Asia.

Ke depan, hasil lahan ini untuk memenuhi kebutuhan warga Asia yang tinggal di AS. Mulanya, Monica meragukan suaminya bahkan menyebut lahan itu tempat udik. Kondisi makin sulit. Monica mulai tak betah. Muncul ide mengundang ibu Monica, Soon-ja untuk mengawani Anne dan David. 


Lembut, Intens, Detail

Anne diperankan Noel Kate Cho dalam Minari. (Foto: Dok. A24/ CBI Picrures)

Sementara Jacob dan Monica kerja di peternakan. Tugas mereka memisahkan ayam jantan dari yang betina. Bercocok tanam ternyata tak semudah yang dibayangkan. Kondisi merumit saat Soon-ja tak bisa bangun dan berbicara.

Kali pertama menonton, kami langsung jatuh hati pada penuturannya yang lembut, intens, dan detail. Penyakit mayoriras film bertema seperti ini, menyepelekan proses berjuang.

Kerja keras biasanya disajikan dalam kelebatan reka ulang disertai musik tebal untuk memberi kesan, “Aduh, tokoh ini berat hidupnya.” Setelah kilasan proses kerja itu terbit kisah cinta bertema dilema atau konflik keluarga, dengan adegan akhir tentu saja happy ending. Selesai.

 


Terasa Riil

Salah satu adegan Minari. (Foto: Dok. A24/ CBI Picrures)

Minari tidak demikian. Perjuangan Jacob di lahan baru terasa riil. Bahkan, di beberapa bagian lebih menyerupai dokumenter saking nyatanya. Interaksi dengan rekan kerja, Paul (Will Patton) terasa seperti obrolan sehari-hari.

Meski begitu, kita bisa merasakan emosi, sudut pandang, dan motivasi mereka. Plot Minari yang kuat tak butuh banyak pemain. Ini memudahkan Lee mengarahkan dan hasilnya, seluruh aktor tampil gemilang. Yang paling bersinar, ada tiga.

Pertama, Steven sebagai Jacob. Dia diam saja, kita bisa merasakan prinsipnya yang kuat. Optimistis sampai di titik darah penghabisan. Bahkan saat semua hilang, kita tak melihat sedikit pun keyakinannnya goyah. Bukan berarti sisi kemanusiaannya hilang.


Kekuatan Alan dan Steven

Alan Kim sebagai David dalam Minari. (Foto: Dok. A24/ CBI Picrures)

Ia justru rapuh untuk masalah yang dirasakan semua orang yakni kecapaian dan takut kehilangan. Senyata itu sosok Jacob di tangan Steven. Kedua, David. Gemas, pintar, pemberani, dan sedikit kurang ajar. Yang sedikit ini pun masih bisa kita toleransi. Namanya juga anak-anak.

Ketiga, Soon-ja yang ditangan Youn Yuh-jun benar-benar epic! Bisa jadi ini salah satu karakater nenek paling woles sekaligus santuy. Sampai digelari nenek abal-abal pun dia masa bodoh. Mulanya, kami mengira ini tipe karakter penyegar suasana.

Dihadirkan untuk melawak biar kisah Minari enggak suram-suram amat. Salah. Justru Soon-ja inilah yang membawa “nyawa” Minari. Kedatangannya, membawa harapan. Di pertengahan, bikin onar. Di pengujung, saat semua kacau, ada jalan keluar.

 


Peran Pendukung, Superkrusial

Youn Yuh Jung sebagai Soon-ja dalam Minari. (Foto: Dok. A24/ CBI Picrures)

Porsinya pendukung. Namun superkrusial. Soon-ja tipe karakter yang harus ada. Dengan posisi sepenting ini, mestinya kita tak perlu kaget jika sang aktris menang kategori Pemeran Pendukung Wanita Terbaik di 38 festival film termasuk BAFTA dan SAG Awards.

Berdasarkan “terawang gaib” kami, ia akan menang Oscar untuk menyelamatkan muka Minari dari pulang dengan tangan hampa. Bagi Anda yang belum menonton, harap dicatat, Minari tak seperti kebanyakan film tentang mengejar impian.

Penekanannya pada proses mendetail, plot intens, yang memungkinkan tiap karakter mekar dengan cantiknya. Ia lembut namun kuat. Muram tapi juga jenaka. Bikin dada sesak tapi melegakan juga. Emosi yang ditawarkan seindah pelangi.


Minari Wonderful...

Para tokoh kunci dalam Minari. (Foto: Dok. A24/ CBI Picrures)

Keseluruhan film ini merefleksikan ketangguhan minari, tanaman yang kita kenal dengan selada air. Jika Anda percaya bahwa satu-satunya pilihan terbaik usai terpuruk adalah bangkit dan melanjutkan hidup, maka Minari akan mendarat mulus di hati Anda.

Ini soal proses. Hasil tak lagi penting. Sekilas mengingatkan kami pada tipe The Pursuit of Happyness yang mengantar Will Smith menarih nominasi Oscar pada 2007.

Sampai sekarang, lirik “wonderful wonderful… minari wonderful” yang dilantun David bersama nenek membekas di hati. Ini tipe film yang ditonton berkali-kali bisa membangkitkan emosi berbeda. Tergantung suasana hati Anda. Jangan sampai terlewat.

 

 

 

Pemain: Steven Yeun, Han Ye Ri, Alan Kim, Noel Kate Cho, Youn Yuh Jung, Will Patton

Produser: Dede Gardner, Jeremy Kleiner, Christina Oh

Sutradara: Lee Isaac Chung

Penulis: Lee Isaac Chung

Produksi: Plan B, A24, CBI Pictures

Durasi: 1 jam, 55 menit

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya