Liputan6.com, Jakarta Kejadian pencampuran dua merek vaksin secara tak sengaja sudah beberapa kali terjadi. Namun, hingga kini belum jelas apa efek samping dari pencampuran dua merek vaksin berbeda ini.
Hal tersebut diungkapkan oleh pakar penyakit menular Amesh A. Adalja, dari Johns Hopkins Center for Health Security seperti yang dikutip dari laman Prevention. Menurutnya, efek samping yang dialami pada kasus pencampuran vaksin kemungkinan tidak jauh berbeda dengan pemberian vaksin pada lazimnya. Manfaat dari vaksin itu sendiri juga masih bisa diperoleh.
Advertisement
Sementara itu, pakar penyakit menular di Fakultas Kedokteran Universitas Vanderbilt William Schaffner, menekankan bahwa pencampuran vaksin dan pencocokan belum dipelajari secara eksplisit. Akan tetapi, kejadian menerima dosis vaksin kedua yang berbeda dari dosis pertama masih mungkin akan terus terjadi.
"Ini bukan pertama kalinya, dengan cara apa pun — entah secara tidak sengaja atau karena seseorang mendapatkan vaksinnya di satu tempat dan kemudian berakhir di tempat lain yang memiliki vaksin berbeda," kata Schaffner.
Pada awal April, seorang perempuan di Oregon, Amerika Serikat bernama , secara tak sengaja menerima vaksin COVID-19 kedua dari merek Moderna, setelah suntikan pertamanya menggunakan vaksin Pfizer-BioNTech. Sebagai tindakan pencegahan, perempuan yang memiliki bayi berusia tiga minggu itu dianjurkan untuk berhenti menyusui bayinya.
Hal serupa juga terjadi pada Craig Richards dari New Hampshire. Pada suntikan pertamanya ia menerima vaksin Moderna. Namun, saat suntikan kedua, ia menerima suntikan Pfizer.
Simak Juga Video Berikut
Pencampuran Vaksin Tidak Disarankan
Vaksin Pfizer dan Moderna merupakan sama-sama vaksin messenger RNA (mRNA). Vaksin jenis ini bekerja dengan mengkodekan sebagian protein spike yang ditemukan di permukaan SARS-CoV-2. Potongan protein yang dikodekan tersebut digunakan untuk memicu respons kekebalan tubuh dan antibodi terhadap virus.
Kendati serupa, vaksin Pfizer dan Moderna tidak disarankan untuk dicampurkan. Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) menyebut bahwa dalam panduan, vaksin COVID-19 tidak dapat dipertukarkan. Kedua dosis vaksin dengan vaksin mRNA harus dilengkapi dari produk yang sama. Pasalnya, keamanan dan manfaat dari produk yang dicampurkan belum dievaluasi.
Namun, dalam situasi luar biasa ketika dosis pertama vaksin tidak dapat ditentukan atau tidak lagi tersedia, vaksin mRNA COVID-19 yang tersedia dapat diberikan pada interval minimum 28 hari antar dosis untuk menyelesaikan seri vaksinasi mRNA COVID-19.
Penulis: Abel Pramudya Nugrahadi
Advertisement