Berbuka dengan 'Lamang Tapai', Kuliner Ranah Minang yang Tak Ada Matinya

Lamang tapai masih eksis meski zaman terus berubah.

oleh Novia Harlina diperbarui 23 Apr 2021, 17:45 WIB
Lamang tapai. (Liputan6.com/ Novia Harlina)

Liputan6.com, Padang - Lamang tapai, bagi orang Minangkabau sajian ini sangat akrab di telinga. Kuliner ini masih eksis hingga kini, terutama saat Ramadan tiba.

Di Sumatera Barat, lamang tapai merupakan salah satu panganan primadona terutama pada hari raya dan acara adat.

Tak hanya itu, lamang tapai juga kerap dijadikan menu saat berbuka puasa. Perpaduan lamang dan tapai sangat pas di mulut.

Cita rasa lamang nan gurih, dicampur dengan tapai yang terbuat dari ketan hitam yang agak asam memberikan sensasi rasa tersendiri.

Menyantap sajian ini juga berbeda-beda di kalangan masyarakat Minangkabau, ada masyarakat yang mengaduk keduanya terlebih dahulu hingga menyatu sebelum disantap.

Ada pula yang mencocol lamang yang diiris tipis pada tapai, cara ini tergantung selera masing-masing. Seperti apa pun cara menyantapnya sensasi rasa keduanya tetap akan menyatu di mulut.

Lamang tapai cukup mudah ditemui di pasar tradisional, terutama di daerah dataran tinggi Sumbar. Harganya berkisar antara Rp20 ribu hingga Rp30 ribu.

Salah seorang warga Sumbar, Zahra (21) mengatakan lamang tapai seakan tak lekang oleh waktu, ia tetap eksis meski zaman terus menerus berubah.

"Lamang tapai tak pernah ada matinya, jika kuliner lain ada yang mulai susah dijumpai, tapi tidak dengan sajian ini," katanya.

Saksikan juga video pilihan berikut ini:


Memasak Lamang Tapai

Lamang tapai. (Liputan6.com/ Novia Harlina)

Untuk sampai di tangan pembeli, memasak lamang dan tapai melalui proses yang panjang. Lamang atau lemang merupakan beras ketan yang dimasak dengan santan di dalam bambu muda.

Salah seorang warga Kabupaten Limapuluh Kota, Sofita (50) mengatakan memasak lamang tidaklah sulit, hanya saja membutuhkan waktu yang cukup lama, begitu juga dengan tapai.

Bahan utamanya beras ketan putih, santan kelapa, daun pandan, serta sedikit garam. Selanjutnya, ketan dicuci bersih dan dimasukan ke dalam ruas bambu muda yang dalamnya dilapisi dengan daun pisang.

Setelah beras ketan yang sudah dicampur santan dimasukkan ke bambu, maka selanjutnya dibakar dengan bara api. Ruas bambu dijaga agar jangan sampai terbakar.

"Proses memasak lamang bisa memakan waktu sekitar 5 jam dengan api kecil dan bisa 3 jam dengan api yang besar, namun bambu akan cepat hitam atau gosong," jelas sofita.

Sementara untuk tapai atau tape merupakan beras ketan hitam, yang dibuat dengan cara memfermentasikan beras ketan dengan ragi.

Secara sederhana, cara memasak sajian ini yakni rebus ketan hitam menggunakan air secukupnya dan kukus. Jika sudah lembut, kemudian masukkan ragi.

"Lalu simpan ketan hitam di wadah dan tutup rapat, serta diamkan minimal 2 hari," katanya.

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya