Liputan6.com, Jakarta Menanggapi ide Menteri BUMN Erick Thohir untuk membeli peternakan sapi di Belgia, Abdul Hakim Bafagih, anggota DPR RI dari Fraksi PAN sangat mendukung gagasan tersebut. Pasalnya, persoalan impor daging di negara kita masih menjadi momok. Gap antara kebutuhan konsumsi daging dan ketersediannya secara nasional sampai saat ini masih tinggi sehingga kita impor terus.
Menurut Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian, pada tahun ini kebutuhan daging nasional kita diprediksi meningkat menjadi 696.956 ton. Sementara produksi dalam negeri tahun 2021 diperkirakan sebesar 425.978 ton. Sehingga masih ada gap sebesar 223.142 ton. Seperti tahun-tahun sebelumnya, kekurangan tersebut harus dipenuhi lewat impor.
Advertisement
Dampaknya, harga daging mahal dan tidak stabil, terlebih dalam momentum tertentu seperti menghadapi hari raya seperti sekarang ini.
"Problem harga daging yang tidak stabil ini harus segera terpecahkan. Karena setiap menjelang hari raya Idul Fitri pasti harga daging selalu menggila. Dan itu terjadi setiap tahun," ungkap Abdul Hakim Bafagih.
Menurut Anggota Komisi VI DPR yang menjadi mitra kerja Kementerian BUMN ini, gagasan Erick Thohir tersebut justru harus cepat direalisasikan mengingat trend pertumbuhan ekonomi nasional yang mulai membaik, sehingga potensi kebutuhan daging juga diprediksi akan ikut naik.
Berdasarkan pengalaman, untuk memenuhi ketersediaan daging nasional tidak bisa dilakukan dengan cepat mengingat peternakan sapi kita masih belum kuat dari sisi struktur produksinya. Stok sapi hidup kita banyak, tetapi yang siap potong masih belum cukup untuk memenuhi kebutuhan daging nasional.
Hal ini karena peternak domestik kita masih menggunakan sistem yang tradisional, yaitu hanya akan menjual sapi ketika butuh uang dan dalam momen tertentu saja. Sehingga ketersediaan daging pun tidak bisa dikontrol oleh pemerintah.
Lebih lanjut, Abdul Hakim menegaskan bahwa kepemilikan peternakan sapi di luar negeri harus dengan tujuan sebagai penyokong industri peternakan sapi dalam negeri. Peternakan tersebut nantinya diharapkan bisa menghasilkan indukan serta bakalan sapi yang berkualitas sehingga dapat mendukung dan membantu peternak domestik untuk mengembangkan peternakan secara lebih efisien.
"Jadi, orientasi peternakan itu nantinya tidak hanya untuk menyediakan daging sapi saja, tetapi yang lebih penting adalah indukan serta bakalan sapi yang bagus dan harganya lebih murah," tegasnya.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Australia dan Selandia Baru
Sejauh ini, banyak peternak lokal yang sudah mengembangkan sapi-sapi luar negeri seperti Limosin dan Simental. Sapi-sapi tersebut cukup digemari karena mampu menghasilkan penambahan berat harian yang cepat sehingga lebih menguntungkan. Akan tetapi, biasanya bibit sapi seperti ini jumlahnya tidak banyak di pasaran dan harganya masih cukup tinggi.
"Berkenaan dengan ide kepemilikan peternakan di luar negeri tersebut, Kementerian BUMN diharapkan bisa lebih proaktif lagi untuk mencari bibit sapi berkualitas. Jika perlu Pak Menteri juga harus menjajaki komunikasi dengan negara- negara produsen sapi selain Belgia seperti Australia dan Selandia Baru," harap dia.
"Kedua negara tersebut mungkin lebih menjanjikan karena secara jarak tidak terlalu jauh dari negara kita. Selain itu negara-nagara tersebut juga lebih maju teknologi peternakannya, sehingga dengan beli peternakan di sana, diharapkan ada alih teknologi dan bisa diterapkan untuk mendukung peternakan dalam negeri," tutup Abdul Hakim Bafagih.
Advertisement