Liputan6.com, Gaza - Hamas menerapkan pembatasan sosial ketat di Gaza karena naiknya kasus COVID-19. Mulai Kamis (22/4), jam malam dilaksanakan di Gaza. Hal itu juga termasuk menutup masjid-masjid untuk ibadah selepas senja.
Opsi lockdown tidak menjadi pilihan Hamas.
Baca Juga
Advertisement
"Kami mungkin menerapkan kebijakan-kebijakan tambahan, tetapi kita tidak berekspektasi pada tahap ini untuk lockdown sepenuhnya," ujar jubir Hamas, Eyad Al Bozom, dilaporkan Khaleej Times, Jumat (23/4/2021).
Otoritas kesehatan di Gaza berkata kapasitas rumah sakit hampir penuh. WHO khawatir karena kasus parah dan kritis bertambah dalam tiga pekan terakhir.
Laju positif harian di Gaza mencapai 43 persen pada pekan ini. Pejabat WHO di Gaza berkata tingginya angka tersebut karena mayoritas tes hanya diberikan kepada orang-orang bergejala.
Faktor-faktor yang mempengaruhi naiknya kasus, menurut otoritas kesehatan, adalah kendornya protokol kesehatan, seperti pemakaian masker dan social distancing. Gaza juga telah membuka batas dengan Mesir, sehingga ada potensi masuknya varian baru.
** #IngatPesanIbu
Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.
Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.
Saksikan Video Pilihan Berikut:
Masalah Vaksinasi
Vaksinasi di Gaza menghadapi masalah sedikitnya minat masyarakat. Survei terbaru dari Jerusalem Media and Communications Center menyebut ada 54,2 persen warga Gaza yang ogah divaksin.
Mayoritas area di Gaza kini sudah menjadi zona merah COVID-19.
Sebanyak 30,5 persen bersedia divaksin, tetapi 15,3 persen belum memutuskan. Baru ada 34 ribu warga Gaza yang divaksin, padahal ada 109.600 dosis vaksin yang tersedia.
Vaksin-vaksin itu merupakan donasi dari Rusia, Uni Emirat Arab, dan program COVAX.
Advertisement