Pedagang Bazaar Ramadhan di Malaysia Khawatir Dilarang Jualan Akibat COVID-10

Para pedagang bazaar Ramadhan di Malaysia khawatir akan larangan berjualan akibat pandemi COVID-19.

oleh Benedikta Miranti T.V diperbarui 24 Apr 2021, 20:00 WIB
Proses penuangan Bubur Lambuk ke wadah yang telah disiapkan di desa Kampung Baru, Kuala Lumpur, Malaysia, Kamis (1/6). Bubur Lambuk menjadi makanan khas Ramadan di Malaysia. (AP/Daniel Chan)

Liputan6.com, Kuala Lumpur - Penjual jajanan kaki lima Ilyas Muhammad telah menjual pancake apam balik, makanan khas Malaysia di bazar Ramadhan tahunan di Kelana Jaya, Selangor hampir setiap tahun sejak 1999.  

Satu-satunya pengecualian adalah pada tahun 2020, ketika pandemi COVID-19 mengakibatkan bazar fisik dilarang di seluruh negeri.

Namun, bazaar telah diizinkan beroperasi di sebagian besar negara tahun ini, dan pemilik bisnis seperti Ilyas memuji langkah tersebut. Demikian seperti mengutip laman Channel News Asia, Jumat (23/4/2021). 

“Saya bersyukur bisa kembali tahun ini, ini adalah sumber pendapatan penting bagi saya,” kata Ilyas.

“Ramadhan tidak terasa seperti Ramadhan tanpa bazar, dan jika kita tetap berkomitmen untuk mematuhi SOP (prosedur operasi standar untuk mencegah penyebaran COVID-19), saya tidak mengerti mengapa kita tidak bisa melanjutkan,” tambahnya.

 

Simak Video Pilihan di Bawah Ini:


Khawatir Ditutup

Para pejalan kaki memakai masker saat berjalan di distrik perbelanjaan di Kuala Lumpur, Malaysia, Kamis (14/1/2021). Otoritas Malaysia memperketat pembatasan pergerakan untuk mencoba menghentikan penyebaran virus corona COVID-19. (AP Photo/Vincent Thian)

Sudah lebih dari seminggu memasuki bulan puasa dan ada kekhawatiran bahwa pasar Ramadhan dapat memperburuk situasi COVID-19.

Foto kerumunan besar, dengan orang-orang berdiri berdekatan satu sama lain, telah menjadi viral di media sosial dan ini telah memicu kekhawatiran bahwa keputusan untuk mengizinkan bazar dapat menyebabkan lonjakan kasus.

Jumlah infeksi harian di Malaysia baru-baru ini mencapai lebih dari 2.000 kasus setiap hari, lebih dari periode yang sama pada tahun 2020 ketika sebagian besar terjadi dalam dua digit.

Pada Kamis (22.4), Malaysia mencatat 2.875 kasus baru dan 7 kematian, sehingga total infeksi menjadi 384.688 dan jumlah kematian menjadi 1.407.

Namun, para pedagang bazaar di Lembah Klang yang diwawancarai oleh CNA berpendapat bahwa jika pengunjung dan pemilik bisnis mematuhi SOP, maka bazar akan aman untuk berlanjut selama sisa bulan puasa.

Ilyas berkata: “Saya takut terinfeksi, jadi apapun itu, kita semua harus berhati-hati dan mematuhi SOP.

“Setiap orang harus memakai masker, (pengunjung harus) memindai kode QR di setiap toko yang mereka kunjungi dan penjual memakai sarung tangan saat menangani makanan. Sejauh ini, tidak ada masalah dan semua orang telah mematuhi aturan. "

Saat CNA mengunjungi bazar, pengunjung terlihat antri untuk masuk karena ada kuota yang membatasi jumlah orang yang bisa hadir dalam satu waktu.

Sebelum masuk, setiap pengunjung harus memindai kode entri QR melalui aplikasi MySejahtera, mengukur suhu, dan mendapatkan nomor tag.

Meski ada rambu-rambu yang mengarahkan arus lalu lintas manusia, beberapa orang tampak berdiri berdekatan dan tidak terlalu menganut social distancing, terutama saat antri di kios-kios yang lebih populer.

 


Bazaar Ramadhan Terancam Ditutup

Pemandangan sepi kawasan Bukit Bintang, yang biasanya ramai menjadi tujuan wisata, di Kuala Lumpur, Malaysia (7/12/2020). Dewan Promosi Pariwisata Malaysia mengatakan jumlah kedatangan turis ke negara itu selama periode Januari-September tahun ini merosot. (Xinhua/Chong Voon Chung)

Untuk bazaar di mana protokol kesehatan tidak diikuti, pemerintah federal telah memperingatkan bahwa mereka akan diminta untuk tutup.

Pekan lalu, Menteri Wilayah Federal Annuar Musa mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa salah satu dari 66 bazaar di Kuala Lumpur, Putrajaya dan Labuan akan ditutup jika wabah COVID-19 terjadi karena kurangnya kepatuhan terhadap SOP, termasuk jarak fisik.

Negara bagian Kelantan dan Sabah telah melarang pasar Ramadhan tahun ini karena meningkatnya kasus COVID-19.

Bazar Ramadhan Greenwood, yang terletak di Gombak di pinggiran Kuala Lumpur, ditutup selama empat hari sejak Rabu karena "kegagalan" untuk mematuhi SOP.

Dalam pernyataannya, direktur DPRD Selayang Mohamad Zin Masoad mengatakan bahwa bazar akan dibuka kembali dengan SOP yang lebih ketat, termasuk kuota bagi pengunjung, tidak boleh masuk untuk anak-anak di bawah 12 tahun serta lansia di atas usia 65 tahun. 

“Pemkot Selayang juga ingin mengingatkan pengunjung dan pedagang agar tidak malas dan gegabah dalam menaati SOP penertiban penyebaran COVID-19,” ujarnya.


Infografis Jurus Lolos Malapetaka Covid-19 Akibat Kerumunan:

Infografis Jurus Lolos Malapetaka Covid-19 Akibat Kerumunan (Liputan6.com/Triyasni)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya