Jangan Dibuang, Popok Bekas Kini Dicari untuk Didaur Ulang

Kedua pihak menerapkan pengelolaan limbah popok dan praktik daur ulang inovatif dalam operasional mereka secara kolektif.

oleh Liputan6.com diperbarui 24 Apr 2021, 19:01 WIB
Ilustrasi sampah plastik. (dok. RitaE/Pixabay/Tri Ayu Lutfiani)

Liputan6.com, Jakarta - Menyambut Hari Bumi pada 22 April kemarin, sejumlah pabrikan membuat produk yang lebih ramah lingkungan untuk mengurangi dampak lingkungan. Salah satunya adalah Kimberly-Clark Softex atau PT Softex Indonesia.

Menggandeng platform ekonomi sirkular online Octopus, Softex memacu pengumpulan popok bayi bekas di fasilitas daur ulang Kimberly-Clark Softex untuk menggapai target nasional, yaitu mengurangi 70 persen limbah plastik di laut pada 2025, serta mencegah 16 juta ton sampah plastik masuk ke laut pada 2040. Kemitraan ini bertujuan untuk meningkatkan pengumpulan popok bayi bekas di fasilitas daur ulang Kimberly-Clark Softex dan mendukung penciptaan lapangan kerja baru.

Menurut Presiden Direktur Kimberly-Clark Softex Hendra Setiawan, dalam rilis yang diterima Liputan6.com, Sabtu (24/4/2021), dalam mengurangi dampak buruk bagi bumi setiap manusia harus mengambil tanggung jawab kepada penanggulangan limbah.

"Dalam kolaborasi kami dengan Octopus, kami bergerak sebagai satu tim, dalam mendukung dan menyambut perkembangan yang progresif dalam inisiatif pengurangan limbah dan pendekatan ekonomi sirkular di Indonesia," ucap Hendra Setiawan.

Sementara, Moehammad Ichsan selaku Co-Founder dan Chief Executive Officer Octopus mengatakan bahwa pihaknya mengintegrasikan keahlian dalam pengumpulan sampah dan kemasan bekas yang mengedepankan empat pilar, yaitu lingkungan, sosial, kemanusiaan, dan ekonomi.

"Harapannya, kami bisa menciptakan program pengumpulan sampah yang memadai, bukan hanya berfokus pada dampak lingkungan yang positif tapi juga sangat memperhatikan kesejahteraan masyarakat," jelas Ichsan.

Sedangkan Co-Founder dan Chief Marketing Officer Octopus, Hamish Daud menambahkan, pihaknya memiliki visi untuk mencegah sampah dan kemasan bekas yang keluar dari rumah ke Tempat Pemrosesan Akhir. Mereka ingin meningkatkan infrastruktur dan mata pencaharian pekerja dalam bidang pengumpulan sampah, sehingga nantinya bisa membersihkan ekosistem laut di tingkat nasional.

Saksikan Video Pilihan Berikut:


Fasilitas Daur Ulang

Kemitraan untuk Tingkatkan Pengumpulan Popok Bekas dan Perluas Upaya Daur Ulang di Indonesia. foto: Kimberly-Clark Softex

"Kami yakin limbah tersebut dapat dimanfaatkan untuk menggerakkan industri daur ulang dan meningkatkan aktivitas ekonomi sirkular. Karena itu, kami sangat senang dapat bekerja sama dengan Kimberly-Clark Softex, dan berharap melalui kerja sama ini, kami bisat membantu lebih banyak konsumen, pekerja di bidang pengumpulan sampah, dan juga usaha pengumpulan sampah seperti bank sampah, pengepul maupun pelapak," jelas Hamish Daud.

Sejak 2019 sampai Maret 2021, Kimberly-Clark Softex telah mendaur ulang sekitar 17,4 ton popok bayi bekas pakai, dan saat ini sudah memiliki empat fasilitas daur ulang yang berada di Tangerang (Provinsi Banten), Karawang, Bandung (Jawa Barat), dan Banyuwangi (Jawa Timur).

Fasilitas tersebut telah mendaur ulang popok bayi bekas secara konvensional dan berteknologi, serta mengubahnya menjadi produk bernilai, seperti pokbricks, pupuk, bahan bakar minyak, dan produk kerajinan tangan lainnya.

Mereka berharap kerja sama dengan Octopus bisa memperluas fasilitas daur ulangnya di berbagai wilayah di Indonesia, dan dapat membantu mencapai tujuan perusahaan untuk mengumpulkan sampah sebesar 9,5 ton/ bulan pada 2021.

Sampai saat ini, Kimberly-Clark Softex (PT Softex Indonesia) telah bermitra dengan Sarana Olah Sampah (SOS, Tangerang), Popoku Berkah (Banyuwangi), Guna Olah Limbah (GOL), Bank Sampah Bersinar (BSB, Bandung), Yayasan Bina Bhakti Lingkungan, Bumdes Karya Sari-Karawang dan Yayasan Peduli Sungai Sejahtera, untuk melaksanakan visi bersama, yaitu meningkatkan pengelolaan sampah.


Timbulan Sampah Sebelum dan Sesudah Pandemi

Infografis Timbulan Sampah Sebelum dan Sesudah Pandemi. (Liputan6.com/Trieyasni)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya