Liputan6.com, Surabaya - Ketua Umum (Ketum) Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam (PB HMI) hasil Kongres Surabaya Raihan Ariatama resmi melantik pengurus PB HMI masa bakti 2021-2023 pada, Minggu (25/4/2021).
Raihan mengatakan ada tiga program utama HMI di bawah kepemimpinannya, yakni HMI Digital, HMI Incubator Entrepreneurship dan meneguhkan komitmen keisalaman dan keindonesiaan.
Advertisement
“HMI Digital itu untuk mengefisienkan dan mengefektifkan kerja-kerja organisasi, digitalisasi adalah sebuah kebutuhan. PB HMI akan melakukan reformasi birokrasi berbasis digital, tata kelola organisasi akan dibuat se-efisien dan se-efektif mungkin, dan hal ini dapat terjadi berkat kecanggihan teknologi informasi beserta semangat kebersamaan kader-kader HMI untuk memajukan organisasi,” kata Raihan dalam sambutannya.
Dikatakan Raihan, dirinya bersama pengurus PB HMI akan menyusun manajemen pelatihan virtual, karena lewat pelatihan virtual ini sistem kaderisasi akan dirancang sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan zaman.
“Bentuk kehadiran yang lain, yakni kehadiran virtual, sangat dimungkinkan diterapkan dalam kaderisasi,” ujarnya.
Dia menuturkan, lewat program HMI Incubator Entrepreneurship akan menjadikan kader-kader HMI sebagai penggerak ekonomi bangsa, hingga tidak hanya berorientasi sebagai komunitas intelektual tetapi bagaimana menghadirkan keadilan ekonomi bagi bangsa Indonesia.
Dijelaskan Raihan, dengan sumber daya kader dan jejaring yang tersebar di seluruh Indonesia, HMI akan menjadi gerakan ekonomi besar yang mampu menjadi katalisator wirausahawan muda di Indonesia.
“HMI berkewajiban membangun incubator entrepreneurship sebagai wadah di mana para wirausahawan muda dididik dan digembleng. Terdapat workshop wirausaha, pendampingan wirausaha (coaching), dan bantuan akses pada permodalan yang diselenggarakan secara terencana dan berkelanjutan,” jelasnya.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Teguhkan Keislaman
Sementara Program Meneguhkan Komitmen Keisalaman dan Keindonesiaan menjadi hal utama dalam organisasi yang digagas oleh Lafran Pane, hingga komitmen kebangsaan HMI tidak diragukan lagi. Komitmen keislaman dan ke-Indonesia-an HMI menjadi penguat para kader saat ada gerakan membenturkan agama dengan negara dari oknum-oknum tertentu.
“Kita tidak boleh henti-hentinya untuk memperkuat komitmen keislaman dan keindonesiaan. Apalagi akhir-akhir ini ruang publik kita dipenuhi dengan berbagai upaya untuk membenturkan kembali antara Islam dan negara,” ungkapnya.
Menurut Raihan, hal ini tercermin dari eskalasi wacana yang signifikan di ruang publik, di mana Islam menegasikan negara dan begitu pula sebaliknya. Bahkan tidak berhenti pada wacana, benturan ini kerap kali mewujud dalam konfrontasi fisik seperti yang terjadi dengan radikalisme, dan ekstrimisme agama yang kerap kali berujung pada tindakan kekerasan dan teror.
“Dalam meneguhkan keislaman dan keindonesiaan, HMI harus mengedepankan cara-cara yang berintelektual dan beradab serta dengan cara-cara kekinian. Sebagai generasi terdidik dan intelektual, kader HMI memiliki tanggung jawab moral yang tidak hanya menjadi intelektual menara gading (ivory tower intellectuals), tetapi menjadi intelektual progresif yang berpegang teguh pada nilai-nilai kebenaran, keadilan, dan kemanusiaan dengan melakukan kerja-kerja advokasi demi terpenuhinya rasa keadilan rakyat,” jelasnya.
Advertisement