Liputan6.com, Jakarta Sebagian wilayah Nusa Tenggara Barat (NTB) mulai memasuki masa kemarau di bulan April ini. Namun, BMKG Stasiun Klimatologi Lombok Barat memprediksi seluruh NTB akan menderita kemarau Mei mendatang. Kementerian Pertanian meminta para petani untuk menyikapi kondisi ini.
Menurut Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo, peringatan yang disampaikan BMKG tidak boleh diabaikan petani. Ia pun menyarankan petani memanfaatkan asuransi untuk menjaga lahan.
Advertisement
"Musim kemarau akan menjadi tantangan buat petani. Selain harus menyediakan air yang cukup, petani juga harus mengantisipasi potensi kerugian akibat gagal panen. Dalam kondisi ini, mengasuransikan lahan pertanian adalah pilihan terbaik," katanya, Minggu (25/4/2021).
Hal senada disampaikan Dirjen Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Kementerian Pertanian, Sarwo Edhy.
"Asuransi adalah bagian dari mitigasi bencana. Asuransi akan membantu petani menjaga lahan akibat perubahan iklim, cuaca ekstrim, bencana alam, juga seranga organisme pengganggu tanaman dan hama," jelasnya.
Dengan asuransi, sambung Sarwo Edhy, petani yang lahannya gagal panen dipastikan tidak akan menderita kerugian.
"Karena, saat gagal panen asuransi akan mengeluarkan klaim sebesar Rp 6 juta perhektare. Dana ini bisa dimanfaatkan petani sebagai modal untuk tanam kembali dan petani dipastikan tidak akan menderita kerugian," katanya. Sebelumnya, BMKG Stasiun Klimatologi Lombok Barat menyebut sebagian wilayah di NTB sudah memasuki musim kemarau adalah pesisir Lombok Timur, Bima dan Dompu.
Koordinator Bidang Data dan Informasi Stasiun Klimatologi Lombok Barat, Restu Patria Megantara menjelaskan setelah terjadinya badai Seroja beberapa waktu lalu menjadi tanda berakhirnya musim hujan di NTB.
“Karena setelah itu, kondisi cuaca di NTB ini cenderung kering. Dalam sepuluh hari terakhir, curah hujan sudah sangat rendah,” kata Restu.
Selain itu, angin timuran sudah mulai masuk wilayah NTB. Hal ini menjadi tanda masuknya musim kemarau di daerah ini.
“Ditambah juga curah hujan hampir di seluruh NTB dalam kategori rendah dalam 10 hari terakhir. Sekarang dalam masa peralihan dari musim hujan ke musim kemarau,” terangnya.
Restu berharap petani lebih memperhatikan kondisi cuaca dan iklim. Jika kembali menanam padi, harus memperhatikan ketersediaan air di daerah setempat.
“Jangan sampai sudah menanam padi, melihat kemarin hujan masih tinggi. Tapi sekarang kita sudah memasuki musim kemarau. Ternyata nantinya hujan kurang, air tak cukup. Bisa menyebabkan gagal panen,” katanya.
Untuk itu, petani di daerah tadah hujan perlu memperhatikan kondisi cuaca dan iklim. Serta diharapkan menyesuaikan tanaman yang ditanam.
(*)