Liputan6.com, Jakarta - Merek serat VEOCEL dari Lenzing resmi diperkenalkan sebagai serat netral karbon. Ini membuat pihaknya bisa mendukung mitra di industri non-woven dan brand untuk mengurangi dampak iklim melalui penggunaan "serat minim jejak polusi."
Lebih lanjut dijelaskan bahwa serat netral karbon adalah serat dengan emisi karbon dan konsumsi energi lebih rendah. Artinya, emisi terkait proses produksi, manufaktur, dan distribusi serat telah diperhitungkan agar emisi hasil produksi jadi minimal.
Sebagai merek yang fokus pada produk terbuat dari bahan kayu terbarukan, yang berasal dari hutan yang dikelola secara berkelanjutan, VEOCEL telah mencapai standar sertifikasi baru, sekaligus memperkuat komitmen Lenzing dalam netralitas karbon.
"Serat VEOCEL Lyocell carbon-neutral terbarukan memberi kontribusi besar pada tujuan kami untuk jadi perusahaan netral karbon pada 2050," kata Robert van de Kerkhof, Lenzing Member of the Board, dalam keterangan resmi pada Liputan6.com, baru-baru ini.
Baca Juga
Advertisement
"Di Lenzing, kami memahami bahwa merawat lingkungan bukan hanya bisnis yang baik, tapi juga baik untuk bisnis. Itulah mengapa kami jadi lebih berdedikasi melakukan perubahan nyata pada industri saat kami keluar dari pandemi COVID-19, dan memprioritaskan perlindungan iklim melalui komitmen zero carbon dan inovasi berkelanjutan," imbuhnya.
Mulai Juni 2021, serat VEOCEL Lyocell tersertifikasi sebagai produk CarbonNeutral dengan jejak karbon minim sesuai Protokol Netral Karbon. Pencapaian netralitas karbon bersertifikat juga merupakan kerja sama pihaknya dengan Natural Capital Partners, pemimpin global yang diakui dalam desain, pengembangan, dan pelaksanaan program inisiatif perlindungan iklim untuk perusahaan.
"Langkah pertama sebelum mengambil tindakan adalah memahami masalah yang dihadapi," kata Jürgen Eizinger, Vice President of Global Management Nonwovens di Lenzing. "Merek serat VEOCEL berkomitmen untuk terus melakukan peralihan ke netralitas karbon. Emisi dari bahan baku sering kali jadi bagian terbesar dari produk atau jejak perusahaan."
Karenanya, Eizinger menjelaskan, untuk mengurangi "emisi tidak langsung," perusahaan dapat menghindari bahan semacam itu atau bergantung pada rantai nilainya untuk memberi solusi baru yang lebih ramah iklim.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Logo Climate Care
Proses pembuatan serat VEOCEL sendiri merupakan konsep closed-loop production. Ini mengubah pulp jadi serat selulosa dengan optimalisasi sumber daya dan mengolah kembali sisa pembuangan jadi energi untuk berproduksi kembali.
"Karena terbuat dari bahan dasar yang alami, produk yang mengandung serat ini mampu terurai kembali ke alam, sehingga aman terhadap lingkungan dan mengurangi pencemaran," papar pihaknya.
Sebagai merek bahan baku, pihaknya berkomitmen membimbing dan bermitra dengan peritel, merek, serta industri non-woven untuk meningkatkan pengurangan jejak karbon, serta dampak lingkungan dari bahan mentah dan produk. Juga, produk dengan serat itu nantinya juga dilengkapi logo "Climate Care."
"Dengan logo VEOCEL 'Climate Care', kami berharap dapat membangun hubungan antara merek dan konsumen. Saat konsumen melihat produk dengan logo itu, mereka dapat mengenali bahwa produk tersebut terbuat dari serat VEOCEL Lyocell yang memberi dampak netral pada iklim," kata Eizinger.
Ini, sambungnya, tidak hanya akan memberi kepercayaan diri pada konsumen untuk membuat keputusan pembelian lebih bijak dan sadar lingkungan, tapi juga "meyakinkan bahwa mereka telah mengambil langkah proaktif untuk mengatasi perubahan iklim."
Advertisement