Liputan6.com, Jakarta - Memasuki bulan Ramadhan, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk atau BNI menyebut perlambatan kredit dinilai wajar karena terjadi pula pada tahun-tahun sebelumnya.
Meski demikian, pertumbuhan kredit diyakini akan kembali terjadi setelah melewati Idul Fitri. Oleh karena itu, BNI memproyeksikan adanya pertumbuhan kredit pada kuartal II 2021.
"Bulan-bulan berikutnya setelah Idul Fitri maka trend akan kembali naik. Dengan kondisi ini kami proyeksikan pertumbuhan kredit di kuartal II akan sedikit lebih baik dibandingkan kuartal I 2021," kata Direktur Keuangan BNI Novita Widya Anggraini, secara virtual, Senin (26/4/2021).
Baca Juga
Advertisement
Walau prediksi adanya perbaikan pada kuartal II 2021, Novita menyebut penyaluran kredit pada kuartal I 2021 sudah sangat baik. Tercatat penyaluran kredit di tiga bulan pertama mencapai Rp559,3 triliun.
Dari Januari hingga Maret 2021, manufaktur menjadi sektor utama di BNI yang memiliki porsi terbesar penerimaan kredit, yakni mencapai 33 persen.
"Setelah itu terdapat sektor telekomunikasi sebesar 13,6 persen, lalu ada real estate dengan porsi sebesar 12 persen," kata Novita.
Selain itu, untuk kuartal II tahun ini, sektor energi terbarukan dan kesehatan menunjukkan ada permintaan kredit yang cukup tinggi.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
BNI Raup Laba Rp 2,39 Triliun pada Kuartal I 2021
Sebelumnya, hingga Maret 2021, PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) mencatat laba bersih sebesar Rp 2,39 triliun. Posisi laba bersih diakui Direktur Utama BNI Royke Tumilaar lebih baik dari Maret 2020.
"Pada Maret 2020 tercatat posisi laba bersoh sebelum pencadangan ialah Rp7,4 triliun. Ini berarti, posisi tersebut sudah lebih baik dari masa sebelum pandemi tahun lalu," kata Royke secara virtual, Senin (16/4/2021).
Selain itu, Royke juga menyebut, laba bersih yang diperoleh sejalan dengan dengan rasio kecukupan pencadangan atau coverage ratio yang ditetapkan pada level 200,5 persen, atau lebih tinggi dari posisi akhir tahun 2020, yakni 182,4 persen.
Tak hanya itu, terdapat juga Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN) hingga Rp 4,81 triliun. Angka tersebut mengalami peningkatan cukup tinggi, yakni mencapai 127,7 persen diatas CKPN Kuartal I 2020, sebesar Rp 2,11 triliun.
Selain itu, perseroan juga mencatatkan pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) sebesar 8,1 persen year on year (YoY) atau setara dengan Rp 639,0 triliun. Peningkatan 13,1 persen terjadi pada giro dan tabungan 12,9 persen untuk YoY.
“Perseroan berupaya memastikan pertumbuhan DPK yang sehat dalam rangka menjaga marjin bunga bersih. Pada kuartal pertama 2021, NIM mengalami kenaikan dari 4,5 persen di akhir tahun 2020 menjadi 4,9 persen,” ujar Royke.
Pertumbuhan kredit juga terjadi secara YoY sebesar 2,2 persen. Untuk kuartal I tahun 2021, total kredit yang disalurkan mencapai Rp 559,33 triliun.
Advertisement