Liputan6.com, Jakarta Anda mungkin pernah memiliki hasil tes tekanan darah yang berbeda saat sudah berada di rumah sakit dan rumah. Mengapa bisa berbeda ya?
Menurut pedoman dari American Heart Association (AHA) dan American Medical Association, saat pemeriksaan tekanan darah, ada beberapa aturan yang tampak sepele, namun dapat mempengaruhi hasil tes. Misalnya manset harus diletakkan di atas kulit lengan telanjang, pasien tidak boleh sambil berbicara, lengan harus ditopang (dengan meja atau apapun) dan posisi siku harus setinggi jantung, duduk bersandar, kaki tidak disilangkan dan kedua kaki rata di lantai.
Advertisement
Jadi tidak heran apabila tidak melakukan hal-hal tersebut, apalagi pemeriksaan yang dilakukan dengan tergesa-gesa maka hasilnya juga bisa terpengaruh. Misalnya beberapa orang yang selalu tekanan darahnya dalam kisaran normal, namun saat diperiksa di rumah sakit/klinik, tiba-tiba mendapatkan hasilnya tinggi atau terlalu rendah.
Dilansir dari Washington Post, beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa cara tekanan darah diukur dapat mengubah hasilnya.
Sebuah studi terhadap orang-orang yang mengambil bagian dalam Systolic Blood Pressure Intervention Trial (SPRINT) menemukan bahwa pembacaan tekanan darah yang dilakukan selama janji temu klinik rutin secara konsisten lebih tinggi daripada yang diambil selama uji coba studi tersebut, yang dengan hati-hati mematuhi pedoman AHA.
Simak Video Berikut Ini:
Tekanan Darah di Rumah Lebih Rendah
Gugus Tugas Layanan Pencegahan Penyakit di AS menemukan pada tahun 2015 bahwa 15 hingga 30 persen orang dinilai hipertensi pada janji temu klinik rutin sedangkan saat dites di rumah, mereka memiliki hasil yang lebih rendah.
Selain itu, ada juga faktor yang dapat memengaruhi nilai tersebut. Misalnya fakktor kecemasan saat bertemu dengan dokter yang dapat menyebabkan hasil tekanan darah meningkat.
Lalu beberapa orang mungkin terburu-buru untuk janji temu, belum lagi jika ia harus melalui perjalanan panjang untuk janji temu tersebut, berjalan kaki jauh, atau harus berlari mengejar kereta, dan sebagainya, tanpa diberi waktu untuk menenangkan diri sebelum pengambilan tes tekanan darah. Sementara beberapa ahli percaya bahwa beberapa klinik juga tidak melakukannya dengan benar.
Seorang profesor penyakit dalam di McGovern Medical School di University of Texas, Kevin Hwang, mengatakan ia telah mempelajari kesalahan pengambilan tekanan darah dari curhatan pasiennya.
“Saya memiliki banyak pasien yang datang kepada saya dan mereka akan berkata, 'Hei, satu alasan saya ingin berbicara dengan Anda adalah karena tekanan darah saya diukur dan hasilnya 160 per 100, padahal saya tidak memiliki gejala hipertensi sebelumnya,'” kata Hwang.
Hwang mengatakan satu penelitian menunjukkan hingga 50 persen pasien memiliki tekanan darah rendah di rumah, mungkin karena lebih santai dan tidak mencemaskan petugas berjas putih. Selain itu juga disebutkan ketebalan selongsong, usia pasien dan masih banyak faktor lainnya yang menyebabkan perbedaan ukuran tersebut.
“Misalnya, hal itu mungkin tidak membuat perbedaan pada pasien muda, tetapi pada pasien yang lebih tua,” katanya.
Ada pengakuan satu pasien bernama Ray Thomas berusia 67 tahun dari Chicago. Ia mengaku selalu merasa gugup saat janji temu dokter. Sehingga ia tidak terkejut lagi menemukan hasil tekanan darahnya yang tinggi saat diperiksa, tetapi normal kembali setelah ia beristirahat dan dilakukan tes ulang.
Setelah sering mengalaminya, akhirnya Thomas akan mengatakan untuk meminta waktu istirahat kepada petugas yang memeriksa untuk menenangkan diri. Meskipun ia akui akan mendapat pandangan kesal dari orang yang memeriksanya, namun ia merasa penting untuk mengetahui apkah ia benar-benar menderita hipertensi.
Advertisement