Liputan6.com, Jakarta - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan bahwa meski vaksin Corona memberikan harapan keluarnya dunia dari pandemi COVID-19, tapi situasi tersebut telah menimbulkan dampak parah pada layanan imunisasi global.
Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus dalam konferensi persnya mengatakan bahwa data yang mereka dapatkan menunjukkan bahwa akibat pandemi, 60 kampanye imunisasi ditangguhkan di 50 negara.
Advertisement
"Ini berarti sekitar 228 juta anak rentan, saat ini, terhadap penyakit mematikan yang bisa dicegah dengan vaksin seperti campak, demam kuning, dan polio," kata Tedros pada Senin (26/4/2021).
Tedros mengatakan bahwa imunisasi campak menjadi yang paling terpengaruh, dari 23 kampanye lain yang tertunda. Banyak kampanye vaksinasi penyakit tersebut yang sudah ditunda selama lebih dari setahun.
Selain itu, survei WHO terbaru menunjukkan bahwa layanan imunisasi rutin terganggu di lebih dari sepertiga negara di dunia, atau 37 persen, pada kuartal pertama tahun 2021.
Meski Tedros mengatakan bahwa hal ini menunjukkan peningkatan yang signifikan dibanding tahun lalu, tetapi ini harus tetap menjadi perhatian serius.
Saksikan Juga Video Menarik Berikut Ini
Harus Lebih Baik dari Sebelumnya
WHO menambahkan, sebelum adanya pandemi COVID-19, hampir 20 juta anak melewatkan vaksinasi yang penting setiap tahunnya.
"Jadi kita tidak hanya harus mengembalikan imunisasi kembali ke jalurnya, tetapi harus lebih baik daripada sebelumnya," kata Tedros.
Henrietta Fore, Direktur Eksekutif UNICEF mengatakan bahwa ada pertanda mengkhawatirkan bahwa dunia kehilangan pijakan dalam perang melawan penyakit anak yang bisa dicegah.
Menurut Fore, pandemi COVID-19 memperburuk situasi dan menyebabkan jutaan anak tidak mendapatkan imunisasi.
"Sekarang vaksin berada di garis depan pikiran setiap orang, kita harus mempertahankan energi ini untuk membantu setiap anak mengejar penyakit campak, polio dan vaksin lainnya," kata Fore seperti mengutip laman WHO.
"Kita tidak punya waktu untuk disia=siakan. Kehilangan pijakan berarti kehilangan nyawa," ujarnya.
Advertisement