Liputan6.com, Jakarta - Palang Merah Indonesia (PMI) Kota Bandung, Jawa Barat mengaku kesulitan menambah produksi plasma konvalesen. Pemicunya adalah kurangnya pendonor dari penyitas COVID-19 yang memiliki titer antibodi yang tinggi.
Menurut Kepala Unit Transfusi Darah (UTD) PMI Kota Bandung Uke Muktimanah, syarat mencari pendonor dari penyitas COVID-19 dengan titer antibodi yang tinggi tidak mudah. Uke mengatakan salah satunya adalah saat terpapar COVID-19, memiliki gejala sesak.
Advertisement
"Nah itulah memilih untuk mencari titer antibodi yang tinggi itu enggak gampang. Karena harus dari penderita dia memang punya gejala sesak biasanya ya. Sesak, demam itu biasanya akan bagus buat titer antibodinya. Jadi kita pun menyeleksinya agak sulit," ujar Uke di UTD PMI Kota Bandung, Selasa, 27 April 2021.
Uke menyebutkan hal itu berbanding terbalik dengan tingginya jumlah permintaan labu plasma konvalesen pada April 2021. Kenaikan permintaan labu plasma konvalesen ini terjadi mulai Oktober, November dan Desember 2020 berkisar di 130 labu.
Peningkatan Permintaan Plasma Konvalesen
Uke menuturkan hal itu terus mengalami peningkatan pada Januari dan Februari 2021. Jumlah rata - rata permintaan labu plasma konvalesen lebih dari 1.700 labu.
"Sekarang juga masih karena ada peningkatan syarat standar penanganan pasien COVID-19. Kalau dulu kan (plasma konvalesen) hanya untuk pasien yang berat. Nah sekarang itu hampir semuanya kategori pasien COVID-19 diberikan terapi plasma konvalesen," kata Uke.
Atas adanya peningkatan permintaan labu plasma konvalesen, Uke menargetkan meraih 8 - 12 pendonor penyitas COVID-19 setiap harinya. Uke merinci dari seorang pendonor plasma konvalesen dapat diperoleh tiga labu.
Tiga labu ini dapat memenuhi terapi awal untuk tiga pasien COVID-19. Uke mencontohkan untuk memenuhi kebutuhan permintaan 60 plasma konvalesen, maka dibutuhkan 20 pendonor penyitas COVID-19. (Arie Nugraha)
Advertisement