Liputan6.com, Jakarta - Dalam rangka mencegah lonjakan kasus COVID-19, pemerintah Indonesia resmi memberlakukan larangan mudik Lebaran pada 6--17 Mei 2021, di mana aturan perjalanan juga diperketat pada 22 April--5 Mei dan 18--24 Mei 2021.
Pengilhamannya pun bisa merujuk pada catatan kasus COVID-19 akibat perjalanan di berbagai negara, termasuk Australia Barat. Melansir laman ABC, Selasa (27/4/2021), wilayah itu tidak mencatat kasus komunitas baru COVID-19, selain empat orang, semuanya terkait orang-orang yang kembali dari India.
Perdana Menteri Mark McGowan mengumumkan kasus terbaru saat Perth dan wilayah Peel melalui hari pertamanya di luar kebijakan penguncian wilayah. Ia mengatakan, kasus terakhir di karantina hotel adalah tiga pria dan seorang wanita yang tiba kembali di Australia dari India.
Baca Juga
Advertisement
"Kami harus mengelolanya dalam pengaturan karantina hotel," kata McGowan pada ABC Radio Perth, menambahkan bahwa kemungkinan kasus tambahan sedang diselidiki.
"Kasus ini dan empat kasus lain yang dikonfirmasi di karantina hotel semuanya berasal dari penerbangan MH125 yang tiba dari Kuala Lumpur menuju Perth pada Sabtu, 24 April," katanya.
"Perkiraan kami, jumlah kasus positif dari kelompok masyarakat ini akan bertambah dan berpotensi tumbuh secara signifikan," imbuh McGowan.
Ia mengatakan, keputusan apakah Perth terpaksa diisolasi lagi akan bergantung pada ada-tidaknya penemuan kasus baru COVID-19.
** #dilarangmudik
#ingatpesanibu
#DILARANG MUDIK
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Opsi Penguncian Wilayah
McGowan mengatakan, dari 368 orang yang kontak dekat dengan tiga kasus positif yang telah diidentifikasi, 255 telah dites negatif sejauh ini, dan semuanya sedang melakukan isolasi mandiri. Sementara, dari 797 kontak biasa, 417 memperlihatkan hasil tes negatif.
Sebagai respons, pihaknya tengah mempertimbangan aturan lockdown selama tiga hari yang perkiraan dampak ekonominya mencapai 70 juta dolar Australia (Rp792 miliar). "(Tapi) jika kami melakukan lockdown jangka panjang karena ada transmisi komunitas, biayanya akan jadi miliaran dan (mengorbankan) puluhan ribu pekerjaan."
Di samping, pihaknya mengaku akan mencari cara untuk mengurangi kerugian bisnis karena penguncian wilayah, seperti yang telah dilakukan sebelum ini.
"Satu-satunya hal yang ingin saya katakan adalah, di sisi lain, kami memiliki perekonomian yang sangat sukses secara keseluruhan, dan itu karena kami telah begitu berhasil dalam mengendalikan virus," ucapnya.
"Yang ingin saya lakukan adalah membuat kita kembali ke keadaan normal secepat mungkin sehingga orang dapat bekerja dan bisnis dapat menghasilkan uang lagi," imbuhnya.
Advertisement
Larangan Perjalanan Non-esensial
McGowan kembali menyerukan pada Commonwealth untuk menindak orang-orang yang bepergian ke luar negeri dengan alasan non-esensial. Ia mengaku "tidak dapat menerima" bahwa orang yang merupakan sumber asli kasus baru COVID-19 di sana telah melakukan perjalanan ke India untuk menikah.
"Di tengah pandemi yang menewaskan ratusan ribu orang di seluruh India, tidak perlu pergi ke India untuk alasan apa pun kecuali yang paling ekstrem," katanya. "Saya tidak bisa memikirkan banyak (alasan orang diizinkan bepergian ke India)."
"Mungkin seseorang yang memiliki anak bayi yang perlu dijemput dari kerabat, itu mungkin salah satunya. Jika harus pergi ke sana (India) untuk semacam operasi penyelamatan, saya pikir itu bisa jadi yang lain," ungkapnya
"Tapi, pergi ke sana untuk bermain kriket, pergi ke pemakaman, pergi ke pesta pernikahan atau menikah, itu bukanlah alasan Anda harus ke India saat ini," imbuh McGowan.
5 Benda Harus Sering Dibersihkan Hindari COVID-19
Advertisement