Ekonomi AS Membaik Picu Aksi Jual Investor Asing di Pasar Saham

Investor asing melakukan aksi jual saham selama dua bulan berturut-turut pada Maret-April 2021.

oleh Dian Tami Kosasih diperbarui 27 Apr 2021, 14:12 WIB
Pengunjung mengabadikan papan elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Jakarta, Rabu (15/4/2020). Pergerakan IHSG berakhir turun tajam 1,71% atau 80,59 poin ke level 4.625,9 pada perdagangan hari ini. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta - Investor asing melakukan aksi jual selama dua bulan berturut-turut di pasar saham Indonesia. Mengutip data RTI, aksi jual investor asing mencapai Rp 2,7 triliun pada Maret 2021.

Hal ini berlanjut pada April 2021, investor asing melakukan aksi jual Rp 3,2 triliun.Meski demikian, berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), aksi beli bersih investor asing mencapai Rp 8,66 triliun sepanjang tahun berjalan 2021.

Adapun sepanjang Maret 2021, investor asing melakukan aksi jual saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) senilai Rp 1,8 triliun, saham PT Astra International Tbk sebanyak Rp 1,3 triliun, dan PT Merdeka Copper Gold Tbk sebanyak Rp 1,1 triliun.

Sedangkan selama April 2021, saham-saham yang dilepas investor asing antara lain PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) sebesar Rp 1,6 triliun, PT Triputra Agro Persada Tbk (TAPG) senilai Rp 1,4 triliun, dan PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) senilai Rp 1,1 triliun.

Melihat hal ini, Direktur Anugerah Mega Investama, Hans Kwee menyebut, faktor utama investor asing jual saham seiring perbaikan ekonomi yang terjadi di Amerika Serikat.

"Itu lebih karena peningkatan ekonomi Amerika yang lebih baik dari negara negara lain, vaksinnya berhasil, kemudian stimulusnya besar, ekonominya growth," ujar dia kepada Liputan6.com, Selasa (27/4/2021).

Tak hanya itu, risiko ada peningkatan utang emerging markets juga menjadi salah satu penyebab, selain kekhawatiran peningkatan kasus positif Covid-19.

"Akhir-akhir ini risiko emerging market meningkat, karena utang emerging market juga meningkat. Tapi di sisi lain ada risiko kasus Covid-19 akan mengalami peningkatan lagi sehingga memaksa banyak negara melakukan lock down," ujarnya.

Seiring risiko ini, dana yang bergerak keluar dari emerging market diakui Hans juga mengalami peningkatan.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini


Penutupan IHSG Sesi Pertama 27 April 2021

Sebuah layar tentang tabel saham dipajang saat Festival Pasar Modal Syariah 2016, Jakarta, Kamis (31/3). Pertumbuhan pangsa pasar saham syariah lebih dominan dibandingkan dengan nonsyariah. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berbalik arah ke zona merah pada penutupan sesi pertama perdagangan saham, Selasa (27/4/2021). Investor asing melakukan aksi beli di seluruh pasar.

Pada penutupan perdagangan saham sesi pertama, IHSG melemah tipis 0,01 persen ke posisi 5.963. Indeks saham LQ45 naik tipis 0,11 persen ke posisi 893,16. Sebagian besar indeks saham acuan menghijau.

Pada sesi pertama perdagangan saham, IHSG bergerak di kisaran 6.003-5.958,70. Sebanyak 284 saham melemah sehingga menekan IHSG. 164 saham menguat dan 165 saham diam di tempat.

Total frekuensi perdagangan saham 516.108 kali dengan volume perdagangan 8,7 miliar saham. Nilai transaksi harian Rp 5,3 triliun. Investor asing beli saham Rp 38,10 miliar di pasar regular. Posisi dolar Amerika Serikat terhadap rupiah di kisaran 14.489.

Sebagian besar sektor saham tertekan. Sektor saham tambang naik 2,96 persen, dan catat penguatan terbesar. Diikuti sektor saham keuangan naik 0,96 persen dan sektor saham konstruksi menanjak 0,28 persen.

Sektor saham industri dasar susut 1,88 persen, dan catat penurunan terbesar. Diikuti sektor saham perdagangan tergelincir 1,25 persen dan sektor saham manufaktur melemah 1,16 persen.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya