Cerita Pengalaman Warga Asing Non-Muslim Ikut Berpuasa Selama Ramadhan

Warga asing non-muslim ikut berpuasa selama bulan Ramadhan.

oleh Benedikta Miranti T.V diperbarui 28 Apr 2021, 20:00 WIB
Ilustrasi ramadan. puasa, buka puasa, kurma. (Photo by Naim Benjelloun from Pexels)

Liputan6.com, Jakarta - Puasa merupakan bagian terpenting selama bulan Ramadhan dimana umat Muslim tidak makan dan minum hingga matahari terbenam.

Namun, sejumlah warga non-muslim di dunia pun ingin ikut merasakan pengalaman puasa

Misalnya, Rehan Jayawickreme, seorang politisi muda yang mewakili oposisi utama di Sri Lanka, membuat pengumuman yang mengejutkan pada 13 April lalu. Demikian seperti melansir BBC Indonesia, Selasa (27/4/2021). 

"Saya umat Buddha dan mencoba sebaik mungkin mengikuti falsafah hidup Buddha," cuitnya di Twitter.

"Karena itu saya sangat menanti untuk berpuasa bersama saudara dan saudari Muslim saya selama bulan suci Ramadhan. Ini akan menjadi kali pertama saya [berpuasa], semoga berhasil."

Dia merupakan ketua Dewan Kota Weligama di selatan Sri Lanka dan sejak dimulainya Ramada pada 14 April di negara itu dia telah berpantang makan dan minum seharian.

Kebetulan pada tahun ini umat Muslim di Sri Lanka, yang mayoritas beragama Buddha, memulai ibadah puasa bersamaan dengan perayaan hari tahun baru yang dirayakan komunitas Sinhala dan Tamil.

Namun keberagaman masyarakat di Sri Lanka mengalami guncangan dua tahun lalu saat sekelompok militan Islamis menjalankan serangan bunuh diri atas tiga gereja selama perayaan Paskah, yang menewaskan hampir 270 jiwa.

Politisi Buddha itu mengaku keputusannya ikut berpuasa Ramadan dalam rangka mengatasi sentimen-sentimen anti-Muslim yang muncul pasca-serangan itu.

Akun Rehan Jayawickreme di Twitter pun langsung menerima banyak komentar yang mendukung inisiatifnya, wala

Simak Video Pilihan di Bawah Ini:


Jurnalis Katolik Sudah Jalani Puasa Sejak 15 Tahun Terakhir

ilustrasi manfaat air putih untuk buka puasa/pexels

Seorang jurnalis beragama Katolik, Marianne David, sudah lebih dari 15 tahun ikut puasa Ramadhan. Dia mengaku dengan berpuasa akan memusatkan kembali dirinya dan merefleksikan hal-hal yang benar-benar penting.

"Berpuasa sebagian besar menghilangkan proses berpikir yang berlebihan atas apa yang mau dimakan, terganggu oleh makanan, maupun makan tanpa tujuan dari waktu ke waktu hanya karena malas atau tergoda. Berpuasa membawa lebih banyak kedisiplinan dan keteraturan sepanjang hari."

Dia yakin bahwa ritual itu mempertajam konsentrasinya dan membuat merasa lebih sehat.

"Ini bukan suatu pengorbanan besar untuk berpuasa seharian bagi mereka yang sudah menikmati keistimewaan tertentu dalam hal standar hidup dan pekerjaan yang dilakukan," katanya kepada BBC.

"Ini menjadi cobaan paling besar bagi mereka yang bekerja keras atau kerja di luar bangunan dengan suhu yang panas dan bagi mereka yang tidak punya cukup uang untuk makan makanan yang baik dan menyehatkan di waktu ini."

Bagi dia, aspek penting Ramadan adalah memikirkan mereka yang tidak bisa dengan mudahnya mendapat makanan di Sri Lanka.

"Bagi saya yang tidak kalah pentingnya selama berpuasa adalah menyumbang sebanyak mungkin, memberi makan kepada orang-orang yang berkekurangan dan memungkinkan mereka untuk ikut berpuasa dengan memenuhi kebutuhan mereka," ujarnya. 


Infografis Aman Berpuasa Saat Pandemi COVID-19:

Infografis Aman Berpuasa Saat Pandemi Covid-19 (Liputan6.com/Triyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya