Liputan6.com, Jakarta - Perusahaan penerbangan antariksa milik Jeff Bezos, Blue Origin, memprotes keputusan NASA memenangkan kontrak program senilai USD 2,9 miliar kepada SpaceX. Program yang dimaksud terkait upaya pendaratan manusia di Bulan pada 2024.
Mengutip laman The Verge, Rabu (28/4/2021), program bernama Human Landing System NASA akan mendanai pengembangan tiga prototipe kendaraan pendarat bulan, termasuk milik Blue Origin.
Advertisement
Semula diperkirakan NASA akan memilih dua kendaraan pendarat bulan, namun ternyata lembaga antariksa AS ini hanya memilih Starship milik SpaceX.
Penyebabnya digadang-gadang adalah karena kurangnya nilai pendanaan yang disetujui oleh Kongres. Hal ini membuat NASA tidak bisa memilih dua perusahaan, seperti yang diharapkan.
Protes Blue Origin diajukan melalui dokumen setebal 175 halaman. Dokumen tersebut diajukan ke Kantor Akuntabilitas Pemerintah AS, kurang dari dua minggu setelah SpaceX memenangkan kontrak.
Dalam dokumennya, Blue Origin menuding NASA salah menilai beberapa bagian dari proposalnya terkait Blue Moon, pendarat bulan yang dikembangkan perusahaan bersama Tim Nasional beranggotakan Northrop Grumman, Lockheed Martin, dan Draper.
NASA sendiri mengumumkan keputusan memilih Starship SpaceX pada 16 April lalu. Dalam keputusannya, NASA mengatakan, pesawat tersebut dinilai lebih efisien dan memuat kargo lebih banyak. Hal ini jadi alasan NASA lebih memilih SpaceX alih-alih Blue Origin dan Dynetics.
Sebut Keputusan NASA Sangat Berisiko
Di bawah kontrak ini, Starship milik SpaceX akan menerbangkan dua misi demonstrasi. Pertama adalah misi uji coba dan kedua adalah misi membawa manusia ke bulan sekitar 2024.
"NASA telah mengeksekusi akuisisi yang cacat terkait program Human Landing System dan memindahkan tujuan pada menit terakhir. Keputusan NASA sangat berisiko," kata Blue Origin.
Lebih lanjut Blue Origin juga menyoroti, keputusan NASA itu menghilangkan peluang untuk kompetisi, secara signifikan mempersempit basis pasokan dan tidak hanya penundaan tetapi juga membahayakan kembalinya Amerika ke Bulan," kata Blue Origin.
Sayangnya NASA tidak segera menanggapi permintaan komentar atas protes tersebut.
Sementara itu, CEO SpaceX Elon Musk merespon protes Blue Origin dengan cuitan bernada mengejek.
"Tidak bisa mendapatkannya (untuk mengorbit) lol," kata Elon Musk, merujuk fakta Blue Origin belum meluncurkan apa pun ke orbit.
Kontrak kendaraan pendarat bulan merupakan bagian inti dari program Artemis NASA.
Dalam program ini NASA ingin mengembalikan kejayaan penerbangan antariksa Amerika Serikat dengan menerbangkan manusia pertama ke bulan setelah proyek Apollo. NASA ingin, bulan menjadi batu loncatan sebelum misi membawa manusia ke Mars.
Advertisement
Bukan Sekali Blue Origin Layangkan Protes
Sekadar informasi, tahun lalu Kongres AS setuju memberi NASA USD 850 juta dari USD 3,3 miliar yang diminta untuk bisa terbang ke bulan.
Dalam keluhannya, Blue Origin mengklaim, NASA tidak memberikan kesempatan pada perusahaan untuk merevisi proposalnya, setelah mengetahui bahwa jumlah anggaran yang disetujui Kongres jauh lebih sedikit.
Blue Origin juga menuding NASA tidak adil dan cenderung menganakemaskan SpaceX serta mengabaikan hambatan teknis terkait SpaceX, antara lain sistem bahan bakar roket yang tidak terbukti.
Blue Origin pun meminta Kantor Akuntabilitas Pemerintah AS merekomendasikan agar NASA membatalkan kontraknya dengan SpaceX dan menerbitkan kembali kompetisi dengan pernyataan baru, yakni kekurangan dana, juga mengadakan diskusi dengan semua penawar pada proses baru.
Ini bukan protes pertama Blue Origin. Sebelumnya di 2019, perusahaan bentukan Jeff Bezos itu meragukan strategi Angkatan Udara untuk memilih dua dari empat perusahaan yang menawarkan layanan peluncur satelit Pentagon ke luar angkasa dalam beberapa taun ke depan.
Kantor Akuntabilitas Pemerintah AS mempertahankan protes tersebut tetapi tidak membuat Blue Origin berhasil memenangkan tender.
(Tin/Isk)