Jabar Luncurkan Program Budi Daya Ikan Milenial, Seperti Apa?

Program ini ditandai dengan menebar benih ikan di 60 kolam bioflok peserta Petani Milenial oleh Gubernur Jabar, Ridwan Kamil.

oleh Huyogo Simbolon diperbarui 28 Apr 2021, 12:00 WIB
Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil menebar benih ikan di 60 kolam bioflok peserta Petani Milenial di Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan Wilayah Selatan Ciherang, Kabupaten Cianjur, Selasa (27/4/2021). (Foto: Biro Adpim Jabar)

Liputan6.com, Bandung - Pemerintah Provinsi Jawa Barat meresmikan program Pembudidaya Ikan Milenial (PIM) di Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan Wilayah Selatan Ciherang, Kabupaten Cianjur, Selasa (27/4/2021). Program ini ditandai dengan menebar benih ikan di 60 kolam bioflok peserta Petani Milenial oleh Gubernur Jabar, Ridwan Kamil.

PIM merupakan bagian program Petani Milenial di bidang perikanan. Ada 167 milenial pendaftar PIM lalu diseleksi berjenjang mulai dari administrasi, kurasi, wawancara, BI checking, sampai seleksi akhir, hingga yang lolos 55 milenial.

Emil, sapaan Ridwan Kamil menyebutkan, program Petani Milenial terdiri berbagai bidang dimulai dari pertanian, peternakan, hingga perikanan. 

"Jadi petani milenial itu terus beranak cabang, dari yang kemarin pertanian sekarang perikanan. Kemudian akan terus nanti ke peternakan, dan kehutanan. Semua butuh waktu untuk mendefinisikan kesuksesan," ujarnya.

Oleh karena itu, Petani Milenial dibagi beberapa tahap. Pada tahap pertama, Pemprov Jabar akan memaksimalkan lahan aset untuk dipergunakan petani milenial. Emil meminta PT Agro Jabar mempercepat dan memperluas cakupan lahan yang cocok bagi berbagai komoditas pangan. 

Tahap kedua, Petani Milenial akan memanfaatkan lahan-lahan milik pribadi atau swasta. Pada tahap pertama pun sebetulnya ada peserta yang memanfaatkan lahan miliknya sendiri atau disebut petani milenial mandiri, tapi porsinya tidak terlalu besar. 

"Nah, oleh karena itu tahap satu semua lahan Pemda Provinsi Jabar kita maksimalkan. Sementara untuk tahap dua akan ada gabungan dengan lahan-lahan milik pribadi atau swasta," ujarnya.

Emil menilai sektor perikanan memiliki prospek bisnis menguntungkan. "Kelebihan sektor perikanan ini faktor pengali. Apabila mengurus dua hingga tiga bioflok, tiga kali seratus ribu saja, bisa lumayan. Nah itu kalau sukses," ujarnya. 

Sedangkan, untuk biaya permodalan sudah lancar diberikan oleh BJB kepada para petani milenial dengan sistem Kredit Usaha Rakyat (KUR). 

"Tadi juga permodalan sudah lancar diberikan oleh BJB. Kepada yang belum kita ubah nanti polanya kredit dari bank ke Agro Jabar, dan nanti mereka yang membina. Jadi semua pasti kebagian," ucap Emil.

Simak Video Pilihan di Bawah Ini


Disesuaikan dengan Kebutuhan Pasar

Emil menjelaskan salah satu kelebihan program Petani Milenial yaitu dengan sistem pembelian di awal oleh offtaker. Nantinya para petani menanam, berternak, dan menambak menyesuaikan dengan kebutuhan pasar. 

“Kita tidak mau mendengar ada cerita produk tidak terjual, makanya dikunci pembeliannya di awal bukan di akhir. Pasar butuh berapa jenis apa, baru kita tanam, kita ternak, kita tambak. Bukan lagi polanya kita beternak dulu, baru cari pembeli,” ujarnya.

“Nah itulah tugas dari Agro Jabar. Selain dirinya membeli, mereka juga menjadi koordinator dari pembeli-pembeli pangan di Jabar,” kata Emil menambahkan. 

Kategori peserta PIM ada dua yaitu Peserta PIM Intensif dan Peserta PIM Mandiri, dibedakan berdasarkan lokasi budi daya. Untuk PIM Intensif, budi daya bertempat di aset milik Pemprov Jabar. Seperti yang sudah terpakai saat ini, lahan milik Dinas Kelautan dan Perikanan dikelola 33 orang tersebar di beberapa tempat. 

Yakni di PSDKP WS Ciherang–Cianjur untuk komoditas iklan nila dikelola 10 orang. Satpel Wanayasa CDKP WU-Purwakarta ikan nila oleh lima orang. Satpel Cijengkol CDKP WU-Subang beternak lele oleh 13 orang, dan di UPTD PAPLWS Cibalong Pameungpeuk Garut untuk komoditas udang dikelola lima petani milenial. 

Sedangkan untuk PIM mandiri budi daya bertempat di lahan pribadi masing-masing peserta sebanyak 22 orang, dengan pilihan komoditas ikan nila 13 orang dan lele sembilan orang.

 


Luncurkan Agrowisata

Di tempat terpisah, Ridwan Kamil meluncurkan kawasan agrowisata Cianjur di Desa Cipendawa di Kecamatan Pacet. Cipendawa merupakan salah satu desa yang terbilang masih asri dengan hamparan sawah dan alam pegunungan yang hijau dengan udara sejuk. 

Kuliner tersohor dari desa ini adalah kue cincin, makaroni, dan lapis legit. Sementara seni budaya yang masih kuat di desa ini adalah gamelan Sunda. 

Nama Cipendawa diambil dari Sungai Cipandawa yang melewati desa ini. ‘Ci’ berarti air, ‘pan’ berarti untuk, ‘dawa’ berarti obat. Cipandawa dapat dimaknai sebagai sungai untuk obat yang berkhasiat menyembuhkan berbagai penyakit.

Dengan berbagai potensi yang ada, Cipendawa diproyeksikan menjadi salah satu desa agrowisata di Cianjur yang menjadi andalan Jawa Barat dalam mengembangkan dunia pariwisata dalam kerangka pemulihan ekonomi pascapandemi Covid-19.   

Gubernur memberikan rumus pengembangan agrowisata kepada Pemkab Cianjur. Menurutnya, agrowisata dapat menyejahterakan masyarakat asal pengelolanya berani menerapkan teori-teori baru dalam promosi. 

Di zaman serbacanggih, kata dia, promosi pariwisata dapat memanfaatkan jasa influencer dengan pengikut banyak.

"Cukup dengan memposting dan Insya Allah desa wisata ini akan dicari banyak orang,” kata Emil.

Adapun teori baru yang dimaksud Gubernur dalam kaitannya memaksimalkan teknologi digital, pertama, perkuat spot swafoto (selfie). Dengan latar belakang fotografi kekinian, Cipendawa memenuhi syarat untuk menjadi desa agrowisata.  

“Kalau orang turis datang ke sini yang dicari pasti pemandangan. Jika desa ini belum ada titik selfie, segera dibikin dengan berbagai bentuk. Misalnya sarang burung atau ikon love bisa juga berbentuk perahu,” katanya. 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya