Liputan6.com, Dumai - Hampir 22 tahun Darwis menjadi aktivis lingkungan di Kota Dumai. Pria yang mulai termakan usia ini selalu mengampanyekan pentingnya mangrove bagi ekosistem laut dan menjaga daratan agar tidak terkikis ganasnya ombak.
Salah satu fokus Darwis adalah menjaga mangrove di Kelurahan Besilam, Kecamatan Sungai Sembilan, Kota Dumai. Dia membentuk kelompok tani mangrove lalu menanamnya di sepanjang pantai Kecamatan Sembilan.
Baca Juga
Advertisement
Selain ekosistem, Darwis juga berazam menjadikan mangrove sebagai lokasi wisata. Dia ingin memadukannya dengan wisata religi karena di kelurahan tersebut pernah berdiam penyebar Islam di Kota Dumai.
"Tadi sebelum masuk ke sini, bapak-bapak lihat ada makam tua, itu kuburan syech penyebar Islam di Kota Dumai," kata Darwis, Selasa (27/4/2021).
"Jadi kami masyarakat di sini ingin memadukan antara wisata religi dengan mangrove sebagai wisata ekologi, untuk ekonomi masyarakat di sini juga," tambah Darwis.
Sebagai aktivis lingkungan, Darwis sudah berpindah-pindah daerah mengkampanyekan pentingnya mangrove bagi daerah pesisir. Namun dia selalu mendapat rintangan dari berbagai kelompok.
"Yang paling saya ingat itu soal asal daerah, ketika saya ke suatu daerah, orang mengatakan saya bukan asli sana," ucap Darwis.
Darwis akhirnya memilih Kecamatan Sungai Sembilan untuk tugas melestarikan mangrove. Daerah ini berbatasan dengan Pulau Ketam, Kabupaten Bengkalis, yang berhadapan langsung dengan Selat Malaka.
"Saya pesan ke masyarakat untuk menyelamatkan pulau di depan itu (Ketam) dengan mangrove di sini," terang Darwis.
Sebagai aktivis mangrove, Darwis menyambut baik terbentuknya Badan Restorasi Gambut dan Mangrove (BRGM). Kemunculan lembaga ad hoc yang dulunya bernama Badan Restorasi Gambut ini bakal mempermudah kelompok tani dan pendamping.
Simak juga video pilihan berikut ini:
Mangrove Kritis
Kepada Kepala BRGM Hartono Prawiraatmaja, Darwis berpesan agar tidak memperhatikan mangrove di Kecamatan Sungai Sembilan saja. Masih ada lokasi mangrove lain di Kota Dumai yang juga kritis.
"Yang paling hancur itu kawasan Senepis, kemudian Medang Kampai itu sudah tidak ada lagi karena menjadi kawasan industri," jelas Darwis.
Selama ini, kelompok yang tertuduh sebagai perusak mangrove adalah pencari arang. Biasanya perambah mangrove ini mengambil pohon dan akar mangrove untuk dijadikan arang.
Namun, masih ada kelompok lain yang juga berperan besar merusak mangrove. Yaitu pemilik tambak yang menebang mangrove di pantai lalu merubahnya menjadi kolam ikan.
"Melalui program BRGM terkait revitalisasi ekonomi, semoga pencari arang dan tambak ini diberdayakan dengan tetap menjaga mangrove," jelas Darwis.
Menurut Darwis, mangrove boleh saja dimanfaatkan tapi ada pengecualian. Ada pohon-pohon tertentu yang tidak boleh diambil karena menjamin keberlangsungan mangrove.
"Ada namanya pohon indukan, ini tidak boleh dirusak," ucap Darwis.
Advertisement
Dukungan Pemerintah
Keinginan Darwis sejurus dengan Sekretaris Daerah Kota Dumai Herdi Sulioso. Herli menyebut Pemerintah Kota Dumai saat ini menjadikan mangrove untuk menjaga kelestarian daerah industri itu.
"Wali Kota saat ini menaruh perhatian besar ke mangrove, ingin menjadikannya sebagai wisata dan menjaga ekosistem laut," kata Herdi.
Sementara itu, Kepala BRGM Hartono menyebut sudah mendengar nama Darwis beberapa hari setelah dirinya dilantik Presiden. Hartono mendengar cerita Darwis bersama kelompok tani menjaga mangrove di Kota Dumai dengan modal seadanya.
"Makanya saya ke sini dan bertemu karena Dumai juga masuk dalam daerah restorasi mangrove," kata Hartono.
Hartono menyebut keberadaan kelompok tani mangrove kedepannya sangat membantu. Kelompok tani memahami mangrove karena sudah lama berada di lokasi sasaran restorasi.
"Beda dengan gambut, mangrove ini sudah ada kelompok tani sehingga lebih mudah," ucap Hartono.