Liputan6.com, Jakarta Salah satu kapal selam kebanggaan Indonesia, KRI Nanggala 402 dinyatakan tenggelam di laut utara Bali. 53 awak Hiu Kencana dinyatakan gugur.
KRI Nanggala 402 bukan satu-satunya kapal selam yang dioperasikan TNI AL. Saat ini, masih ada KRI Cakra 401 yang merupakan kembaran KRI Nanggala 402. Lalu KRI Nagapasa 403, KRI Ardadedali 404 dan yang terbaru KRI Alugoro 405.
Advertisement
Mengenai KRI Nanggala 402, TNI AL juga memaparkan kapal selam tersebut selama ini terlibat aktif dalam operasi dan latihan, baik di perairan Indonesia atau internasional.
Hal ini juga sekaligus membantah pemberitaan media Korea Selatan Hankook ilbo yang mengatakan kapal selam Nanggala 402 tidak pernah latihan selama lebih kurang 3 tahun.
"Kenyataan sebenarnya selama 3 tahun terakhir kapal KRI Nanggala 402 termasuk kapal perang yang aktif melaksankan latihan dan operasi," ungkap pihak Dinas Penerangan Angkatan Laut dalam keterangan tertulisnya.
Berikut daftar operasi dan latihan yang diikuti KRI Nanggala 402:
- Latihan Operasi Komodo Jaya 18
- Dukungan Latihan PassuslaLatihan Armada Jaya 19
- Latihan Armada 20
- Dukungan Peperangan Laut khusus
- Dukungan Latopslagab 20
- Operasi Komodo Jaya
- Latihan rutin secara internal yang dilaksankan seminggu 2 kali.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
TNI AL Ungkap 3 Skenario Evakuasi Kapal Selam Nanggala 402
TNI AL saat ini tengah mempersiapkan beragam skenario untuk melakukan proses pengangkatan terhadap kapal selam KRI Nanggala-402 yang karam di kedalaman 838 meter perairan utara Bali dengan ikut gugur bersamanya 53 awak pada Rabu (23/4) lalu.
Asisten Perencanaan dan Anggaran (Asrena) KSAL Laksamana Muda Muhammad Ali menyebutkan setidaknya beragam macam skenario tengah disiapkan untuk mengangkat KRI Nanggala-402. Karena dalamnya kapal yang tenggelam sampai 838 meter cukup tinggi kesulitanny.
"Metode pengajaran ini bermacam-macam bergantung dari kedalaman posisi kapal itu berada di kedalaman posisi kapal itu di posisi berapa. Ini juga mempengaruhi faktor tingkat kesulitan pengangkatan kapal tersebut," kata Ali saat konferensi pers, Selasa (27/4/2021).
Ali menerangkan, upaya pengangkatan kapal selam bukanlah hal yang mudah, seperti kejadian tenggelamnya kapal selam Rusia Kursk pada 12 Agustus 2020. Kapal ini pun baru berhasil diangkat ke Laut Barents setahun kemudian, setelah selama tiga bulan dilakukan persiapan evakuasi kapal selam.
"Kesulitan Rusia mengangkat Kursk bagaimana dia mengangkat itu juga meminta bantuan dari luar, selain asetnya sendiri juga meminta bantuan dari luar," terangnya.
Atas hal itu, Ali mengatakan bila ada beberapa metode yang nanti akan digunakan untuk mengevakuasi KRI Nanggala 402. Salah satunya dengan menusuk lalu mengangkat atau menggunakan balon udara.
“Mengangkatnya ada yang mengangkat menusuk kemudian mengait sehingga mengangkat secara perlahan. Ada yang menggunakan balon udara," ujarnya.
"Ada yang menggunakan selang yang kemudian dihubungkan tangki pemberat pokok (TPP) yang kemudian diembuskan ke dalamnya. Sehingga air itu terbuang dan itu semua tergantung kondisi kapal di bawah laut, kalau sudah hancur sedikit sulit mungkin ngangkatnya dengan cara memakai selang," tambahnya.
Advertisement
Skenario Terakhir
Atau bahkan, Ali menilai bahwa skenario pengangkatan bisa juga dilakukan seperti kapal selam Kursk milik Rusia, dengan di potong menjadi bagian lebih kecil yang kemudian diangkat secara satu per satu dengan alat pengait.
"Mungkin ngangkatnya seperti Kursk, dia dirusak sekalian tapi sebagian besar bisa terangkat," sebutnya.
"Nah semua rencana ini kita masih diskusikan bagaimana cara mengangkat, karena kedalamnya tidak dangkal. Lebih dalam dari kejadian kapal Selam Argentina ARA San Juan (yang tenggelam 800 meter), ini (KRI Nanggala) 838 meter itu evakuasinya," tambahnya.
Seperti yang diberitakan sebelumnya, Kapal Selam KRI Nanggala-402 saat ini pun telah ditemukan dan untuk 53 personelnya telah dinyatakan gugur. Hal itu setelah insiden hilang kontak yang terjadi pada Rabu (21/4) lalu.