Liputan6.com, Jakarta - Hasil diskusi World Economic Forum (2020) menyatakan bahwa pemberdayaan perempuan adalah kunci dari kenaikan pendapatan suatu bangsa yang akan menentukan kemajuan negara.
Sementara itu, Bank Dunia menyatakan bahwa tidak ada satu negara atau komunitas pun yang mampu mencapai potensi maksimalnya dan melampaui tantangan pada abad ke-21 ini tanpa partisipasi yang setara dan penuh dari perempuan dan laki-laki.
Advertisement
Di Indonesia tercatat perempuan berjumlah 49,42 persen atau hampir separuh dari total penduduk Indonesia. Artinya, perempuan merupakan setengah dari potensi sumber daya manusia (SDM) bangsa, yang jika dapat diberdayakan secara optimal akan turut serta menjadi motor kekuatan bangsa dalam bersaing dengan bangsa-bangsa lain di dunia.
McKinsey Global Institute Analysis (2018) menyimpulkan bahwa Indonesia dapat meningkatkan Produk Domestik Bruto (PDB) sebesar 135 miliar dolar AS per tahun di tahun 2025 dengan syarat partisipasi ekonomi perempuan dapat ditingkatkan pula.
Direktur Utama Pertamina, Nicke Widyawati mengatakan bahwa kesetaraan gender nyatanya memberikan dampak positif di bidang bisnis. Menurutnya, ketika terjadi kesetaraan gender di mana porsi perempuan di suatu perusahaan meningkat, maka juga terjadi peningkatan performa perusahaan.
“Sudah saatnya laki-laki memberi kesempatan agar perempuan bisa bekerja bermitra dengan mereka. Kesetaraan artinya ‘to complete’ bukan ‘to compete’. Perempuan bukan ancaman, tapi laki-laki dan perempuan bisa saling melengkapi,” ujar Nicke dalam keterangan pers Kementerian Pemberdayaan dan Perlindungan Anak (KemenPPPA) dikutip Rabu (28/4/2021).
Simak Video Berikut Ini
Perempuan Harus Melek Teknologi
Dalam keterangan yang sama, Menteri PPPA, Bintang Puspayoga menekankan bahwa perempuan harus memiliki wawasan di bidang Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK).
Menurutnya, dengan visi Indonesia untuk menjadi negara yang berdaulat, adil, dan makmur dalam perayaan 100 tahun kemerdekaan di 2045, maka ekonomi berbasis inovasi dan transformasi digital menjadi hal yang akan dihadapi.
Penguasaan TIK esensial bagi kelangsungan hidup dan kesejahteraan perempuan di masa depan, katanya.
“Tugas kita hari ini bukan hanya untuk menutup lubang ketidaksetaraan yang masih ada. Namun, juga berpikir dua, tiga langkah lebih maju dan memastikan perempuan Indonesia tidak lagi tertinggal di masa depan,” ujar Bintang.
Untuk itu, lanjutnya, cita-cita ini masih harus diperjuangkan dengan segala daya dan upaya. Akses dan keterampilan perempuan terhadap TIK menjadi kesempatan emas yang harus diraih demi memberdayakan para perempuan pengusaha agar dapat bersaing di masa kini, dan juga masa depan, pungkasnya.
Advertisement