Strategi Produsen Es Krim Bersaing di Pasar Indonesia

Langkah pemasaran pertama yang dilakukan Aice Group adalah penguatan rantai pendingin, jaringan distribusi, dan pemasar kecil.

oleh Liputan6.com diperbarui 28 Apr 2021, 16:36 WIB
AICE menjadi salah satu es krim populer saat ini. Hal itu dibuktikan melalui sejumlah penghargaan bergengsi yang diterima oleh Aice di usianya yang masih muda.

Liputan6.com, Jakarta - Setelah langkah awalnya masuk pasar es krim Indonesia dengan akuisisi mereka atas PT Alpen Food Industry pada 2015, produsen Aice Mochi dan Aice Susu Telur ini langsung gas pol dalam pengembangan dan pemasaran.

"Langkah pemasaran pertama yang dilakukan Aice Group adalah penguatan rantai pendingin, jaringan distribusi, dan pemasar kecil serta tradisonal (UMKM)," kata Brand Manager sekaligus Juru Bicara Aice Group Sylvana dalam keterangan tertulis di Jakarta, Rabu (28/4/2021).

Plus strategi Aice Group menetapkan produk yang inovatif dan pertama di pasar Indonesia serta strategi harga yang tidak mengambil margin besar sehingga inline dengan daya beli masyarakat Indonesia.

Ratusan distributor berskala besar plus lebih dari 250 ribu warung yang menjual es krim AICE di semua sudut kampung hingga kota Indonesia menjadi big push pertama buat produsen es krim Aice menjadi semakin mantap di industri es krim Indonesia. Tentunya ini bukanlah perkara yang mudah.

Semua pelaku pasar yang berjaringan pemasaran besar dan mencapai segmen menengah bawah tentunya paham bahwa problem capex yang sangat besar sudah menunggu. Terlebih bagi para pemain baru di pasar retail.

"Belum lagi, pemain baru akan menemui kesulitan melakukan upaya konversi ataupun komplementer di poin penjualan warung atas produk es krim Aice," kata dia.

Di soal ini, Aice telah berhasil dan terlihat dari jumlah ratusan ribu jaringan distribusi yang dimilikinya. Para ahli pemasaran retail mungkin sudah faham, kerja keras dalam menentukan resep kerjasama B2B dan model konsinyasi yang pas dengan pewarung, akhirnya sukses dituai Aice dengan banyaknya warung yang masuk dalam jaringan pemasar tradisionalnya.

"Angka 250 ribu warung adalah angka yang fantastis, terutama dengan kondisi negara Indonesia yang memiliki kendala dalam hal infrastruktur," ungkap dia.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Capex yang Besar

Rapid test di pabrik Aice Bekasi. (dok. Aice/Dinny Mutiah)

Konsekuensi Capital Expenditure (Capex) yang sangat besar bukan hanya ada di soal pengadaan ratusan ribu freezer, distributor juga harus memiliki gudang penyimpanan yang cukup banyak dan besar di banyak simpul wilayah pemasaran.

Karakter produk yang harus selalu dingin juga membuat sarana transportasi yang mesti disediakan tentu akan memakan biaya modal dan operasional yang lumayan besar.

"Kombinasi dari strategi Aice melakukan revolusi es krim untuk semua lapisan konsumen dan kejelian melihat daya beli di segmen pasar tengah dan bawah, mengakselerasi volume penjualan Aice dalam lima tahun terakhir ini," tutup dia.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya