Liputan6.com, Jakarta - Minimnya layanan konsultasi dan pendampingan pelaku usaha serta kurangnya akses informasi dan kebijakan program pemerintah, membuat nilai tambah produk usaha mikro kecil menengah (UMKM) masih rendah.
Guna mengatasi masalah itu, Kolaborasi Masyarakat dan Pelayanan untuk Kesejahteraan (KOMPAK) bersama Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional Republik Indonesia/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Kementerian PPN/Bappenas) dan permerintah daerah menggandeng startup agribisnis Ekosis dan pihak perbankan untuk memberikan akses pendampingan dan pembiayaan bagi UMKM.
Advertisement
Bussiness Development Specialist Ekosis, Felicia Yulie Mills, mengatakan hingga saat ini pelatihan telah dilaksanakan di beberapa daerah di Indonesia, mulai dari Kabupaten Aceh Barat, Pemalang, Pekalongan, Bantaeng, hingga Lombok Utara.
"Upaya ini dilakukan demi mewujudkan kesejahteraan pelaku agribisnis di Indonesia. Dalam hal ini, Ekosis siap membantu secara holistik, mulai dari segi pemasaran, logistik, konsultasi, manajemen kualitas produk, hingga permodalan," kata Felicia melalui keterangannya, Rabu (28/4/2021).
Direktur Pengembangan Usaha Kecil, Menengah, dan Koperasi Kementerian PPN/Bappernas, Ahmad Dading Gunadi berharap keperantaraan pasar dengan ekosistem pendukung dapat meningkatkan nilai ekonomi produk dan usaha melalui kepastian pasar, efisiensi logistik, hingga terbukanya akses pembiayaan.
4 Output Maksimal
Dengan adanya upaya pengembangan UMKM ini diharapkan dapat mencapai output yang maksimal, di antaranya:
1. Rasio kewirausahaan nasional mencapai 3,95 persen
2. Rasio kredit UMKM terhadap total kredit perbankan sejumlah 22 persen
3. Kontribusi UMKM terhadap total ekspor non migas mencapai 30 persen
4. Kontribusi UMKM terhadap PDB menyentuh angka 65 persen.
Bagi UMKM yang belum mengikuti pelatihan ini, menurut Felicia, mereka sudah dapat mengakses langsung layanan Ekosis dengan mengunduh aplikasinya di Play Store.
Advertisement