Berkat Program PEN, 5 Juta Penduduk RI Selamat dari Kemiskinan

Berkat adanya program-program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) tahun 2020 akibat pandemi covid-19, sebanyak 5 juta masyarakat terselamatkan dari kemiskinan

oleh Tira Santia diperbarui 29 Apr 2021, 11:00 WIB
Kondisi permukiman warga di bantaran Sungai Ciliwung kawasan Manggarai, Jakarta, Rabu (19/2/2020). Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengatakan Jakarta berhasil mencapai persentase penduduk miskin terkecil dalam lima tahun terakhir, 3,42 persen pada tahun 2019. (Liputan6.com/Immanuel Antonius)

Liputan6.com, Jakarta - Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Febrio Kacaribu, mengatakan berkat adanya program-program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) tahun 2020 akibat pandemi covid-19, sebanyak 5 juta masyarakat terselamatkan dari kemiskinan.

“Apa yang kita lakukan di 2020. Bagaimana belanja APBN itu realisasi yang sekarang sedang diaudit Rp 2.589, 9 triliun dan ini defisitnya tercapai kurang lebih sesuai dengan target, kalau targetnya 6,34 persen  dari PDB realisasinya sekitar 6,1 persen dari PDB,” kata Febrio dalam Thee Kian Wie Lecture Series ”Pemulihan Ekonomi dari Pandemi Covid-19: Telaah Paradigma Baru Pembangunan Ekonomi” Kamis (29/4/2021).

Secara rinci Febrio menjelaskan, dari APBN Rp 2.589,9 triliun itu terdapat anggaran sebesar Rp 571,78 triliun yang digunakan untuk pemulihan ekonomi nasional di tahun 2020.

Di dalamnya dibagi menjadi anggaran untuk Kesehatan Rp 63,5 triliun,  bantuan sosial Rp 220,triliun,  dukungan UMKM Rp 112,4 triliun, insentif dunia usaha  Rp 56 triliun, dukungan sektoral dan Pemda Rp 66,6 triliun dan pembiayaan korporasi 60,7 triliun.

“Secara khusus maka kita bisa melihat Bagaimana program program ini sangat fokus dan sangat well targeting, contohnya adalah Bansos kita yang Rp 220 triliun itu berhasil menjaga angka kemiskinan kita tidak melonjak setinggi kalau tadinya kita tidak melakukan intervensi yang agresif,” ujarnya.

Kurang lebih Febrio menyebut,  Pemerintah berhasil menyelamatkan sekitar 5 juta masyarakat dari kemiskinan karena adanya bantuan sosial yang dilakukan secara well targeting, serta banyak stakeholder  yang membantu Pemerintah untuk memastikan program-program ini terlaksana dengan baik.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Pertumbuhan Ekonomi

Suasana arus lalu lintas di Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta, Kamis (5/11/2020). Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat ekonomi Indonesia pada kuartal III-2020 minus 3,49 persen, Indonesia dipastikan resesi karena pertumbuhan ekonomi dua kali mengalami minus. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Disamping itu, Febrio menambahkan, sebelum terjadinya pandemi di APBN 2020 ekonomi itu sedang dalam trajectory untuk pertumbuhan ekonomi 2020 dikisaran 5,3 persen.

“Artinya dengan kondisi 2020 kemarin, realisasinya itu - 8,8 persen lebih rendah daripada seharusnya daripada kalau tidak ada pandemi, tetapi tentunya pandemi ini dihadapi oleh seluruh negara inilah bagaimana APBN itu telah bekerja keras di tahun 2020,” jelasnya.

Febrio bercerita, di awal pandemi covid-19 tahun 2020 Pemerintah menaikkan belanja negara menjadi Rp 284 triliun meskipun pendapatan negara terkoreksi minus hingga Rp 312,8 triliun.

“Pada saat ini kita melakukan kebijakan fiskal yang sangat agresif sama dengan atau mirip dengan kebijakan fiskal yang dilakukan di banyak negara,” imbuhnya.

Tentunya ketika  Pemerintah melakukan kebijakan fiskal yang sangat Counter cyclical di tahun 2020, ia menilai Pemerintah melakukannya dengan sangat terukur. Pemerintah mampu melihat risiko yang harus dihadapi dengan terukur.

“Di tahun 2021 counter cyclical yang sama kita lakukan juga, akan tetapi kali ini fokusnya lebih kepada memperkuat Pemulihan ekonomi karena kita tahu bahwa 2021 jelas lebih baik daripada 2020. Tapi dalam konteks ini APBN didorong untuk melakukan perannya dalam mendukung penguatan pertumbuhan ekonomi tersebut,” pungkasnya.   

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya