Liputan6.com, Jakarta - Direktur Jenderal Perhubungan Darat Kementerian Perhubungan (Kemenhub), Budi Setiyadi, melaporkan adanya temuan 110 kendaraan travel gelap yang melayani angkutan mudik Lebaran 2021.
Temuan ini didapatkan pasca Kemenhub beberapa hari lalu melakukan rapat dengan Kakorlantas Polri dan Ditlantas Polda Metro Jaya, Jabar, Jateng, Jatim, Banten, dan Lampung. Dari hasil penyelidikan, ditemukan sejumlah moda transportasi non-resmi yang layani angkutan jelang masa larangan mudik Lebaran pada 6-17 Mei 2021.
Advertisement
Budi menemukan, sebanyak 110 kendaraan travel gelap yang ditangkap tersebut coba mengangkut penumpang dengan mengabaikan protokol kesehatan (prokes) pencegahan Covid-19.
"Jadi kami rapat dua hari yang lalu sudah bersepakat akan melakukan penindakan tegas terhadap kendaraan travel gelap. Dan dua hari yang dilakukan operasi Polda Metro, sudah sekitar 110 kendaraan yang tertangkap sekarang di Polda Metro yang terindikasi travel gelap," ungkapnya dalam sesi teleconference, Kamis (29/4/2021).
Dari hasil penyelidikan, ditemukan kendaraan gelap terebut telah sangat mengabaikan kapasitas muat. "Jadi bisa dimuat lebih, sehingga nanti potensi tiba di daerah kalau ada satu yang OTG bisa kena semuanya Covid-19," sambungnya.
Berikutnya, 110 travel gelap tersebut juga tidak ter-cover dengan asuransi Jasa Raharja. Budi menilai itu sangat melanggar tata cara operasi kendaraan umum resmi, lantaran penumpangnya tidak bisa ter-cover asuransi jika terjadi kecelakaan.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Tarif Tinggi
Travel gelap tersebut juga bahkan mematok tarif yang sangat tinggi untuk para penumpangnya. Budi mengambil contoh rute perjalanan Jakarta-Surabaya, dimana tiap penumpang dikenakan tarif Rp 750 ribu.
"Kalau ini dibiarkan, nanti akan merusak terhadap ekosistem bagaimana ketergantungan masyarakat dalam menggunakan kendaraan umum. Karena dengan kendaraan seperti ini walaupun tarifnya lebih mahal tapi ada kemudahan dan sebagainya," tuturnya.
Guna menindaki kasus ini, Kemenhub telah bekerjasama dengan Ditlandas Polda untuk membentuk Patroli Cyber untuk mencegah penyebaran agen travel gelap yang marak terjadi di ranah sosial media.
"Sudah disepakati oleh Ditlantas Polda, masing-masing Polda sekarang sudah membentuk Patroli Cyber. Karena transaksi masyarakat dengan para operator ini tidak menggunakan fisik saja, tapi sudah menggunakan media sosial seperti FB, WA Group dan sebagainya," tandasnya.
Advertisement