Klaim Kontroversial Para Istri di China Berikan Obat Impotensi pada Suami Mereka agar Tidak Selingkuh

Padahal, konsumsi obat penyebab impotensi, terutama dalam jangka waktu lama, bisa memberi dampak negatif pada kesehatan suami mereka.

oleh Asnida Riani diperbarui 30 Apr 2021, 02:30 WIB
Ilustrasi obat-obatan. Credit: unsplash.com/freestocks

Liputan6.com, Jakarta - Sejumlah istri di China memberi suami obat-obatan yang menyebabkan impotensi untuk mencegah atau menghentikan mereka selingkuh, menurut sebuah unggahan viral di media sosial, seperti dilaporkan South China Morning Post, Kamis, 29 April 2021.

Unggahan tersebut, yang diduga ditulis seseorang yang mencoba mengekspos toko online yang menjual obat-obatan tersebut, mengklaim bahwa segelintir istri telah diam-diam memberi suami mereka diethylstilbestrol (DES), obat estrogen sintetis, untuk memastikan mereka tidak dapat melakukan hubungan seksual dan "secara otomatis meninggalkan selingkuhan mereka."

Xiaoxiang Morning Herald melaporkan, di unggahan yang dimaksud, terdapat tangkapan layar menunjukkan beberapa wanita telah meninggalkan pesan di bawah klaim yang mengatakan bahwa strategi tersebut telah "mencapai hasil yang baik".

Salah satunya menuliskan, "Butuh waktu sekitar dua minggu setelah memberikannya pada suami saya agar obat tersebut bekerja. Suami saya sekarang sangat baik di rumah." Yang lain menyambung, "Suami saya menderita disfungsi seksual setelah menggunakannya dan bertanya pada dirinya sendiri 'mengapa?'. Jangan salahkan saya. Saya melakukannya untuk keluarga dan akan terus menggunakannya."

Dalam penelusuran ditemukan bahwa beberapa toko memang tidak mengiklankan obat tersebut, tapi mengatakan "obat itu dapat dikirim dengan kebijaksanaan." "Anda dapat 'membeli' produk lain, tapi kami akan mengirimkan (DES)," kata seorang asisten toko yang tidak disebutkan namanya.

50 gram obat impotensi dapat dibeli seharga 90 yuan (Rp202 ribu), 100 gram seharga 170 yuan (Rp381 ribu), dan 200 gram seharga 320 yuan (Rp717 ribu). "Banyak orang membelinya. Setidaknya 100 penjualan sebulan," imbuh asisten itu.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Suami Bisa Menuntut?

Ilustrasi obat-obatan. Credit: pexels.com/pixabay

Asisten toko lain mengatakan bahwa obat tersebut tidak tersedia. Sementara, satu toko mengatakan itu hanya bisa digunakan untuk hewan.

Asisten tersebut mengatakan bahwa obat ini umumnya berbentuk bubuk putih tidak berbau yang dapat larut dalam air dengan cepat. Satu atau dua gram per porsi dapat ditambahkan "secara diam-diam ke dalam makanan suami."

Luo Mo, seorang apoteker di Rumah Sakit Second People Provinsi Hunan, mengatakan bahwa DES biasanya digunakan untuk defisiensi estrogen dan pengaturan siklus menstruasi wanita. Tapi, itu dihapus karena bentuk estrogen yang lebih alami sekarang kian populer.

Mengonsumsi obat ini dapat memengaruhi fungsi seksual pria dan tidak boleh dilakukan dalam waktu lama karena akan menambah beban sistem kardiovaskular dan memengaruhi metabolisme hati, kata Luo.

Ia menambahkan, obat tersebut juga bisa menyebabkan kanker kelamin dan dilarang dimasukkan ke dalam makanan. Ini hanya boleh digunakan di bawah bimbingan dokter.

Yao Zhidou, pengacara Kantor Hukum Beijing Jingshi, mengatakan bahwa suami yang menderita masalah kesehatan ringan akibat penggunaan obat-obatan dapat menuntut produsen dan platform penjualan untuk kompensasi, tapi "tidak ada gunanya menuntut istri karena mereka berbagi aset keluarga bersama."

Namun, istri dapat dihadapkan dengan pertanggungjawaban pidana jika kesehatan suami mereka sangat terpengaruh oleh obat-obatan tersebut.


4 Tips Jaga Kesehatan Mental Saat Pandemi COVID-19

Infografis 4 Tips Jaga Kesehatan Mental Saat Pandemi Covid-19. (Liputan6.com/Trieyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya