Liputan6.com, Jakarta - PT Matahari Putra Prima Tbk (MPPA) optimistis dapat mencatat laba bersih yang positif. Hal ini akan didukung dengan tambahan gerai baru dan memperluas saluran penjualan.
PT Matahari Putra Prima Tbk membuka 5-6 gerai pada 2021. Nilai belanja modal untuk pembukaan gerai tersebut sekitar Rp 50 miliar.
Advertisement
Direktur PT Matahari Putra Prima Tbk, Herry Senjaya menuturkan, pihaknya masih akan membuka gerai baru. Pada 2021, gerai baru yang akan dibuka sekitar 5-6 gerai.
"Belanja modal untuk gerai baru kita. Untuk tahun ini kita perkirakan Rp 50 miliar untuk belanja modal untuk buka gerai baru dan renovasi gerai," ujar dia dalam paparan publik insidentil, Kamis (29/4/2021).
Hingga 31 Maret, perseroan mencatat 208 gerai di 73 kota. Perseroan memiliki gerai antara lain 100 hypermart, 9 Primo, 16 foodmart, dan 9 Hyfresh. Selain itu, untuk gerai convenience store dengan 62 boston health and beauty serta 14 FMX.
Mengutip paparan publik perseroan di keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), di tengah pandemi COVID-19, perseroan juga membuka berbagai channel dengan mempercepat adopsi digitalnya. Perseroan memperluas operasi e-commerce dan berinovasi menjadi whatsapp chat dan shop, park& pick-up.
Hingga 31 Maret 2021, MPPA memiliki 128 toko yang telah melayani chat and shop. Pelanggan dapat memesan semua SKU yang tersedia toko mencakup jarak pengiriman 10 KM atau pelanggan dapat pergi ke toko untuk park and pickup.
Selain itu, perseroan juga bergabung dengan GrabMart dengan jumlah SKU terbanyak hingga 7.000 SKU yang mencakup produk segar dan groseri.
PT Matahari Putra Prima Tbk memiliki 103 toko yang terdaftar di GrabMart per 23 April 2021. Perseroan akan mendaftarkan lebih banyak toko pada 2021. Grab diperkirakan memiliki 30 pengguna aktif saat ini dan sebagian besar merupakan basis pelanggan baru dan belum tergali untuk MPPA.
"Tentu ini akan kita coba maksimal toko-toko yang belum ada di GrabMart. Tahun lalu coba lalu bekerja sama dengan marketplace," ujar dia.
Perseroan juga berkolaborasi dengan sejumlah marketplace sepert shopee, tokopedia, dan blibli. Perseroan menggandeng shopee sejak September 2020.
Di Shopee, perseroan telah memiliki 81 toko yang terdaftar hingga 23 April 2021. Sedangkan di Tokopedia sejak Desember 2020. Hingga 29 April 2021, sudah ada 64 toko di tokopedia.
"Di tokopedia akan terus dikembangkan dan ditambah selama tahun ini agar kita lebih banyak toko berpartisipasi di store tokopedia," ujar dia.
Sedangkan perseroan menggandeng blibli sejak Januari 2021. MPPA memiliki 81 toko yang terdaftar di blibli per 23 April 2021.Direktur PT Matahari Putra Prima Tbk, Herry Senjaya menuturkan, kerja sama dengan marketpace ini juga ada biaya timbul.
"Tentu dalam bentuk kebanyakan revenue sharing, itu mengenai biayanya," kata dia.
Meski demikian, Herry menuturkan, pihaknya dapat segera mencapai laba bersih. Hal ini seiring rencana aksi korporasi penambahan modal melalui rights issue dan kontribusi penjualan dari sejumlah saluran tersebut.
"Kita sudah membuka channel sehingga kita harapkan ada penambahan penjualan dari channel tersebut. Jadi kita akan terus untuk mengembangkan penjualan sehingga kita bisa mencapai suatu profitabilitas mendatang untuk perusahaan kami," kata dia.
Selain itu, Herry melihat sudah ada perbaikan terutama momen Lebaran 2021."Penjualan Lebaran tahun ini ini lebih baik, sudah ada peningkatan, kita juga masih menunggu sampai berakhirnya (PPKM Mikro-red)," kata dia.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
Kinerja 2020
Sebelumnya, PT Matahari Putra Prima Tbk (MPPA), emiten pengelola Hypermart mencatat kinerja penurunan penjualan sepanjang 2020. Perseroan matahari Putra Prima eski masih rugi tetapi berkurang pada 2020.
Mengutip laporan keuangan yang disampaikan ke Bursa Efek Indonesia (BEI), ditulis Rabu, 28 April 2021, PT Matahari Putra Prima Tbk (MPPA) membukukan penjualan bersih turun 22,04 persen pada 2020.
Perseroan mencatat penjualan Rp 6,74 triliun dari periode sama tahun sebelumnya Rp 8,65 triliun.Beban pokok penjualan turun dari Rp 7,07 triliun pada 2019 menjadi Rp 5,43 triliun pada 2020. Hal itu membuat laba kotor mencapai Rp 1,3 triliun pada 2020. Realisasi laba kotor itu turun dari Rp 1,58 triliun pada 2019.
Perseroan menekan sejumlah beban antara lain beban penjualan turun dari Rp 359,49 miliar pada 2019 menjadi Rp 279,37 miliar pada 2020. Beban umum dan administrasi turun dari Rp 1,43 triliun pada 2020 menjadi Rp 1,23 triliun.
Namun pendapatan sewa perseroan turun dari Rp 104,20 miliar menjadi Rp 79,03 miliar pada 2020. Beban keuangan naik dari Rp 129,24 miliar pada 2019 menjadi Rp 273,75 miliar.
Rugi tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk turun dari Rp 562,67 miliar pada 2019 menjadi Rp 405,31 miliar pada 2020.Total liabilitas mencapai Rp 4,32 triliun pada 2020. Angka liabilitas itu naik 31,48 persen dari periode 2019 sebesar Rp 3,29 triliun. Total ekuitas turun 65,19 persen dari Rp 530,68 miliar pada 2019 menjadi Rp 184,73 miliar pada 2020.
Total aset naik 18,05 persen menjadi Rp 4,51 triliun pada 2020 dari periode sama tahun sebelumnya Rp3,82 triliun. Perseroan kantongi kas sebesar Rp 299,08 miliar pada 2020.
Advertisement