Liputan6.com, Jakarta - Lini mode daur ulang desainer Selina Sanders dimulai secara tidak sengaja. Sekitar setahun lalu, perancang busana yang berbasis di Altadena, California, Amerika Serikat ini menemukan tagar acak dari influencer dan YouTuber Beth Jones, #alwaysplaydressup, yang mendorong orang berdandan hanya untuk diri mereka sendiri.
Saat Sanders membaca tagar tersebut, melansir laman Vogue, Jumat (30/4/2021), ia melihat sekelompok orang tidak hanya mengunggah busana begitu menawan, tapi juga menciptakan sesuatu untuk mereka sendiri. Terinspirasi, ia pun membuat kemeja pertamanya dari serbet bekas.
"Saya punya seikat serbet bermotif bunga, jadi saya mengambil satu dengan motif bunga indah di atasnya, dan memasangkannya dengan selimut vintage dari tahun 90-an," kata Sanders. Setelah Jones mengunggah ulang kreasi Sanders, tak sedikit orang langsung jatuh hati pada karyanya.
Baca Juga
Advertisement
Saat itu, Sanders seketika tahu bahwa ia sedang melakukan sesuatu. Setahun kemudian, sang desainer mengkhususkan diri mengubah serbet, selimut, dan taplak meja jadi atasan beraksen balloon sleeve, kemeja berkancing, dan gaun bergaya vintage. Karya-karyanya pun laris manis, bahkan sempat dibeli secara cepat oleh salah satu dari 43 ribu pengikut Instagram-nya.
Dibesarkan di Laoag, Filipina, Sanders sebenarnya tidak asing lagi dengan membuat sesuatu yang baru dari bahan lama. Ibunya adalah seorang desainer, dan ia selalu ingat membuat sesuatu dari kain paling tidak biasa. "Kakek nenek saya akan kembali ke rumah, dan sering kali semua tirai dan seprai mereka hilang," ucapnya.
Ia ingat momen mengunjungi toko barang bekas atau RagHouses dan menjelajahi kain yang mencolok bersama ibunya. "RagHouses mengumpulkan sumbangan dari seluruh dunia,” kata Sanders. "Mereka ada di gudang, dan diatur menurut setiap kategori yang dapat Anda bayangkan, kaus band vintage, denim, jaket universitas. Kami selalu mencari tekstil yang memiliki kesan warisan."
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
1 Potong untuk 1 Model
Sanders telah bekerja di industri fesyen selama 15 tahun, termasuk di St. John, BCBG, dan Target. Sementara ia mempelajari seluk-beluk industri, ia menyadari bahwa bekerja untuk perusahaan besar bukanlah hasratnya.
"Saya melihat sisi gelap dalam hal konsumsi mode dan skala pasar massal," kata Sanders. Ia ingin pekerjaannya lebih berkelanjutan, dan lini barunya memungkinkan Sanders memberi kesempatan "hidup kedua" bagi kain yang terlupakan.
Semua pakaian daur ulang itu dibuat langsung di rumah Sanders dan hanya ada satu potong untuk satu model. Pelanggan bahkan dapat mengiriminya tekstil bekas milik mereka, dan ia akan menggabungkannya dengan stok kain vintage miliknya untuk "hasil akhir tambal sulam."
"Saya seorang kolektor tekstil vintage, terutama apapun yang digerakkan oleh printed atau selimut,” kata Sanders tentang stoknya, seraya menambahkan bahwa ia mendapatkan banyak tekstil bekas di eBay.
Meski menggunakan semua jenis tekstil, dari seprai, bantal, hingga taplak meja, serbet telah jadi bahan yang paling banyak diminta sejauh ini. Baik handuk disulam dengan gambar jam tua, koala Australia, atau mobil antik, Sanders dan pelanggannya tertarik pada faktor kitsch.
"Serbet yang saya gunakan awalnya dijadikan dekorasi tambahan saat menyajikan teh, tapi di Amerika, itu lebih sering jadi suvenir," kata Sanders. "Saya suka fakta bahwa mereka dapat menangkap kesan waktu."
Ia juga menyukai tantangan menggunakan serbet dengan ukuran berbeda, dan memasukkannya ke dalam desain. "Saya harus melakukan banyak perhitungan dan pola kerja," katanya. Ia juga akan bereksperimen dengan siluet baru, termasuk gaun beda model, bahkan mungkin pakaian pria.
Advertisement