Kemenkes Soroti 5 Klaster COVID-19 yang Tengah Merebak Terjadi

Kemenkes menyoroti kemunculan 5 klaster COVID-19 yang tengah merebak terjadi.

oleh Fitri Haryanti Harsono diperbarui 30 Apr 2021, 22:41 WIB
Penumpang yang terjaring razia travel gelap Ditlantas Polda Metro Jaya dipulangkan ke daerah asalnya, Jakarta, Kamis (29/4/2021). Sebanyak 115 kendaraan travel gelap diamankan karena diduga kuat mengangkut pemudik di tengah masa pengetatan larangan mudik 2021. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta Kementerian Kesehatan menyoroti kemunculan 5 klaster COVID-19 yang tengah merebak terjadi saat ini. Dari kelima klaster tersebut, tiga klaster di antaranya berada di Jawa Tengah.

Juru Bicara Kementerian Kesehatan RI Siti Nadia Tarmizi menyampaikan, kita sudah mengetahui beberapa minggu ini muncul berbagai klaster COVID-19.

"Pertama, dimulai dari adanya klaster perkantoran. Kedua, klaster bukber (buka puasa bersama). Ketiga, klaster tarawih di Banyumas. Keempat, klaster mudik di Pati. Kelima, klaster takziah di Semarang," ujar Nadia saat Konferensi Pers Indikasi Lonjakan Kasus COVID-19 pada Jumat, 30 April 2021.

"Tentunya, ini sangat mengkhawatirkan kita karena kemungkinan terjadinya superspreader (penyebaran meluas penularan virus Corona cepat) terjadi. Terlebih lagi kita melihat, jumlah orang yang positif COVID-19 (dari klaster) meningkat dalam waktu yang singkat."

Adanya peningkatan positif COVID-19 dikarenakan interaksi yang tidak dijalankan dengan protokol kesehatan tepat. Akibatnya, menyebabkan munculnya kasus positif COVID-19 di berbagai klaster.

Adapun klaster perkantoran khususnya terjadi di DKI Jakarta. Pemerintah Provinsi DKI mencatat periode 5-11 April 2021 terdeteksi di 78 perkantoran dengan jumlah kasus 157. Periode 12-18 April 2021 kasus COVID-19 ada di 177 perkantoran dengan jumlah kasus positif COVID-19 425 kasus.

Saksikan Video Menarik Berikut Ini:


Faktor yang Diduga Munculnya 5 Klaster COVID-19

Jamaah muslimah melaksanakan salat tarawih pertama Ramadan 1438 di Masjid Istiqlal, Jakarta, Jumat (26/5). Pemerintah menetapkan 1 Ramadan 1438 Hijriah jatuh pada hari Sabtu 27 Mei 2017. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Siti Nadia Tarmizi memaparkan, ada faktor utama yang diduga terkait kemunculan kelima klaster COVID-19. Salah satunya tidak mematuhi protokol kesehatan dan mengabaikan kesehatan, yang dapat membahayakan orang lain.

"Tentunya, kelalaian kita dalam melaksanakan protokol kesehatan, terutama saat melaksanakan ibadah tarawih berjamaah. Tadi kami sudah sampaikan bahwa ada klaster tarawih di Banyumas," paparnya.

"Informasi kami dapatkan bahwa di Banyumas terdapat 51 orang yang positif COVID-19 setelah pelaksanaan salat tarawih. Mereka salat tarawih di dalam dua masjid yang berbeda dan terpapar COVID-19 usai ada satu jamaah yang memang sudah sakit, tetap berangkat tarawih."

Melihat kejadian klaster tarawih di Banyumas menjadi perhatian bersama. Bahwa demi keselamatan kita bersama, ibadah selama bulan Ramadan tetap harus memerhatikan kesehatan pribadi masing-masing.

"Pemerintah sudah memberikan sedikit relaksasi kita melakukan ibadah selama bulan Ramadan, tapi tetap kita harus memerhatikan kesehatan," Nadia menjelaskan.

"Kita juga harus tahu, kalau dalam kondisi kesehatan yang kurang baik, ya sebaiknya tidak atau menunda sampai kemudian kita sehat untuk berangkat salat tarawih ataupun melakukan aktivitas bersama salat berjamaah lainnya."

Untuk klaster mudik di Pati, Jawa Tengah, ada 39 orang warga terkonfirmasi positif COVID-19 tertular dari salah satu orang yang baru mudik dari Jakarta. Mereka berasal dari Desa Kuryokalangan, Kecamatan Gabus, Kabupaten Pati.

Klaster takziah ditemukan di Kapanewon Panggang dan Kapanewon Playen. Tracing yang dilakukan Dinas Kesehatan Gunungkidul pada 19 April 2021, ada 37 orang positif COVID-19, dua di antaranya meninggal.


Infografis 7 Tips Cegah Klaster Keluarga Covid-19

Infografis 7 Tips Cegah Klaster Keluarga Covid-19. (Liputan6.com/Trieyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya