Liputan6.com, Semarang - Silvie lega. Pemilik usaha pembuatan sepatu di Kota Semarang itu masih bisa sedikit tersenyum sembari bercanda dengan dua karyawannya. Tanggungan yang digadaikan tidak dieksekusi karena keterlambatan membayar angsuran pinjaman modal.
Keringanan melalui program pinjaman lunak kreasi ultra mikro (Kreasi Umi) PT Pegadaian itu membuatnya masih bisa berproduksi, di tengah tekanan ekonomi akibat pandemi Covid-19.
Baca Juga
Advertisement
Bagi pemilik usaha mikro kecil pembuatan sepatu ini, keringanan hanya membayar bunga untuk bisa mendapatkan perpanjangan waktu pinjaman yang diberikan PT Pegadaian menjadikan dirinya bisa kembali bernapas setelah setahun dijepit covid.
“Saat ini, Pegadaian yang menjadi salah satu penolong kami. Pengecer di Demak berhenti menerima order. Bukan karena kualitas kami turun, tapi memang tidak ada pembeli sepatu yang datang. Kami tertolong karena jika terlambat mengangsur sertifikat yang digadaikan dieksekusi maka menambah beban kami,” kata Silvie, kepada Liputan6.com, Jumat (30/4/2021), sembari melihat bahan cetakan sepatu Disel Shoes, Jalan Pandean Lamper II, Kota Semarang.
Dengan hanya bayar bunga, usaha yang telah digelutinya selama puluhan tahun itu tetap bisa tetap beroperasi. Keringanan dari Pegadaian, menjadi ‘napas buatan’ karena usahanya hanya bisa menerima reparasi sepatu dan berusaha menjual sisa produksi yang belum terjual di toko.
**Ingat #PesanIbu
Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.
Selalu jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.
Simak Video Pilihan Berikut Ini:
Berbagi Suka dan Duka dengan Pegadaian Sejak Rintis Usaha
“Biar bisa tetep jalan saya dan suami terpaksa merumahkan pekerja. Dari 10 perajin sepatu, tinggal dua. Posisinya jadi sama seperti awal saya membangun usaha sebelas tahun lalu. Dua pembuat sepatu saya dan suami di pemasaran,” katanya sembari sesekali melayani anak perempuannya yang masih balita.
Awal membangun usaha, ibu muda ini membuka lapak kaki lima di sekitar bundaran Taman Mentri Soepeno atau lebih dikenal dengan sebutan Taman KB Kota Semarang.
Di dapur produksi, Silvie mempekerjakan dua orang pengrajin yakni satu atasan dan satu bawahan.
Dan ternyata, Silvie ini adalah nasabah lama PT Pegadaian. Sejak awal merintis usaha, dia berbagi suka duka dengan PT Pegadaian ini.
“Atasan bukan berarti mandor atau menejer lho, atasan adalah orang yang menjahit kulit untuk bagian atas sepatu. Bawahan pembuat sol dan alas sepatu. Dulu jika kebetulan banyak order saya gadaikan cincin kawin di Pegadaian untuk beli bahan. Jika sudah dibayar cincin saya ambil begitu terus hingga sekarang mengebang,” kenangnya.
“Marketing, saya bersama suami keliling naik motor Star dan biar hemat pengeluaran setiap jualan kami bawa bekal nasi untuk dimakan di jalan. Sebelum covid penjualan sudah baik, tapi sekarang berat karena Covid. Bisa besar yang karena kadang Pegadaian mengundang kami di pameran,” lanjutnya, membandingkan masa sulit membangun dengan masa sulit dijepitan Covid-19.
Advertisement
Sekilas Program Kreasi Umi PT Pegadaian
Dari ribuan pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) di Kota Semarang, home industri sepatu milik Silvie merupakan satu dari tiga usaha serupa yang sempat berkembang namun terdampak berat atas serangan Covid-19.
Kini usaha kecil itu hanya mengandalkan perbaikan sepatu. Itu pun dengan modal pinjaman lembaga keuangan.
Program pinjaman lunak kreasi ultra mikro (Kreasi Umi) dari PT Pegadaian menjadi program andalan PT Pegadaian dalam mengentaskan pelaku usaha mikro diberikan dengan syarat mudah dan bunga kecil.
Karjo Ali Sofiin, Kepala PT Pegadaian Karangturi, Kota Semarang menjelaskan, Kreasi Ultra Mikro (Umi) merupakan produk non-gadai yang dimanfaatkan pelaku usaha.
Program ini bertujuan menambah modal sehingga pelaku usaha bisa bertahan dari dampa Covid atau bahkan bisa meningkat kelas dari mikro jadi kecil, kecil jadi menengah.
“Ibu Silvie, pelaku suaha yang memang lama meminjam untuk usaha. Selain kemudahan proses dan bunga kecil, kita juga melakukan program berkesinambungan dengan membantu pemasaran. Jika ada seminar, rapat mereka kita minta untuk pasarkan produknya,” ucap Karjo Ali.