Liputan6.com, Garut - Sambil mengisi aktivitas Ramadhan, puluhan Aparatur Sipil Negara (ASN) di lingkungan Pemerintahan Daerah (Pemda) Garut, Jawa Barat, serempak ngabuburit sambil belajar membantik batik Garutan.
Kegiatan yang diinisiasi Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Energi Sumber Daya Mineral (Disperindag dan ESDM) Garut tersebut, bertujuan melakukan pembinaan untuk mempertahankan regenerasi pembatik Garutan.
“Bayangkan kalau ada 33 SKPD, 1 SKPD saja mengirimkan 5 (orang), itu sudah 150 generasi pembatik walaupun mungkin hanya sebatas memahami sedikit saja,” ujar Kepala Disperindag dan ESDM Garut, Nia Gania Karyana, di Kampung Batik Paledang, kelurahan Kota Kulon, Kecamatan Garut Kota, Kabupaten Garut.
Menurutnya, pembinaan membatik ini tidak hanya tugas Disperindag ESDM saja, namun semua pihak untuk mempertahankan eksistensi Batik Garutan.
“Mungkin swasta bisa berperan di permodalan, di mesin, bahkan CSR-CSR juga bisa dalam bentuk pendidikan dan pelatihan, Disperindag hanya sebagai mediasi saja,” kata dia.
Baca Juga
Advertisement
Nia menyatakan, ada dua tujuan utama yang diharapkan dari pelaksanaan belajar membatik yang dilakukan ASN Pemda ini, yakni Pertama, memelihara agar batik ini tetap menjadi produk milik Garut.
Kedua, mempertahankan pola pembinaan membantik di lingkungan masyarakat kota Intan tersebut. “Jadi tidak hanya sekali, kan pembinaan itu tidak hanya dilakukan oleh Indag saja, bisa oleh Dinas Koperasi, kemudian oleh pihak tertentu swasta,” kata dia.
Selain mempertahankan budaya membantik, Nia berharap lebih banyak lagi motif batik Garut yang bisa dipatenkan, menambah lima motif batik Garut yang sudah dipatenkan saat ini.
“Kalau batik terlindungi, ini bisa dinikmati oleh pengusaha dan pengrajin batik, otomatis pendapatan masyarakat juga meningkat,” ujar dia.
Ani (52) salah satu pengrajin asal Paledang, berharap adanya kegiatan itu mampu mematik semangat perajin lama termasuk kalangan industri batik Garutan yang tengah sepi orderan akibat Covid-19.
“Harapannya lebih maju lah, lebih banyak lagi produksinya, apalagi penjualannya (bisa lebih meningkat),” kata dia.
Meskipun sepi, Ani menyatakan proses membatik tetap berlangsung setiap hari untuk melayani konsumen. Saat ini pangsa pasar terbesar peminat batik Garutan justru berasal dari luar Garut terutama dari wilayah Jabodetabek terutama Jakarta, Bekasi dan Tanggerang. “Jarang-jarang (pembeli) dari kota sendiri,” kata dia.