Hampir Sebulan Dirawat di RSHS, Bayi Kembar Siam Asal Kuningan Boleh Pulang

Tim dokter penanganan bayi kembar RS Hasan Sadikin (RSHS) Bandung sudah membolehkan bayi kembar dempet liver Hasna dan Husna asal Kabupaten Kuningan, Jawa Barat pulang ke rumah.

oleh Arie Nugraha diperbarui 01 Mei 2021, 12:00 WIB
Tim dokter penanganan bayi kembar RS Hasan Sadikin (RSHS) Bandung menyatakan kepulangan bayi kembar dempet liver Hasna dan Husna asal Kabupaten Kuningan, Jawa Barat. (Foto: Humas RSHS)

Liputan6.com, Bandung Tim dokter penanganan bayi kembar RS Hasan Sadikin (RSHS) Bandung menyatakan kepulangan bayi kembar dempet liver Hasna dan Husna asal Kabupaten Kuningan, Jawa Barat.

Usai dilakukan perawatan hampir sebulan pascaoperasi pemisahan 7 April 2021, bayi kembar itu dipulangkan Jumat, 30 April 2021. Menurut ketua tim dokter penanganan bayi kembar dempet liver Hasna dan Husna RSHS, Dikki Drajat Kusmayadi Surachman, secara umum kesehatan kedua bayi kembar tersebut dalam kondisi baik.

"Kondisi aktif, ceria bisa tersenyum dan sudah bisa minum ASI sebanyak enam kali atau 150 cc. Kondisinya sudah melebihi kebutuhan asupan minimal," ujar Dikki kepada Liputan6.com, Bandung, Sabtu, 1 April 2021.

Dikki mengatakan sebelum kepulangan, tim dokter telah memeberikan persiapan perawatan di rumah kepada kedua orang tuanya. Itu berupa asuhan pemberian gizi terhadap bayi serta rehabilitasi medik atau fisioterapi.

Dikki menuturkan pada waktu operasi pemisahan, satu bayi yang dianggap stabil kesehatannya. Namun untuk bayi kedua sebut Dikki, harus dilakukan operasi lanjutan karena harus memisahkan kulit dan menutup selaput paru yang terbuka.

"Rencana perawatan kedepan dilakukan kontrol dan pemantauan di Kabupaten Kuningan oleh tim kesehatan Dinkes Kuningan. Oleh dokter spesialis anak dan bedah," kata Dikki.

Selanjutnya, tindakan pemeriksaan kesehatan satu bulan sekali dilakukan ke RSHS. Dikki menyebutkan kedua bayi direncanakan kontrol ke RSHS untuk mendapatkan evaluasi.

Evaluasi soal tumbuh kembang kedua bayi ini akan diperolehi dokter spesialis gizi anak dan dokter spesialis tumbuh kembang.

"Selain kedua dokter spesialis itu, juga akan ada pemeriksaan lagi dari dokter spesialis Bedah. Dokter bedah ini diantaranya bedah spesaialis plastik, bedah spesialis anak serta bedah spesialis thorax dan dokter lainnya," ucap Dikki.

 


Pemisahan Dempet Libatkan 83 Tenaga Medis

Tim dokter penanganan bayi kembar RS Hasan Sadikin (RSHS) Bandung menyatakan kepulangan bayi kembar dempet liver Hasna dan Husna asal Kabupaten Kuningan, Jawa Barat. (Foto: Humas RSHS)

Pada tanggal 7 April 2021, sebanyak 83 tenaga medis dikerahkan oleh RSHS Bandung untuk melakukan operasi pemisahan bayi kembar dempet di organ liver asal Kuningan, Hasna dan Husna. Rinciannya adalah 53 dokter dan 30 perawat.

Saat itu bayi kembar siam Hasna dan Husna berumur 8 bulan dengan berat badan terakhir antara 9,8 Kilogram. Setelah melakukan pemeriksaan intensif menyeluruh diketahui terdapat pembuluh darah yang menyilang.

Dikki mengatakan secara kasat mata, bayi kembar siam itu dempet di bagian perut. Kondisi yang dempet adalah bagian perut, istilah medisnya kembar siam ganfalopagus.

"Hasil lainnya usai pemeriksaan yaitu tidak ada lagi organ lain selain liver yang menempel. Namun, kondisi yang rumit adalah penyilangan pembuluh darah yang menyilang dari satu liver ke liver lainnya," ungkap Dikki.

Dikki mengaku meski terdapat kerumitan soal penyilangan pembuluh darah yang menyilang antar liver ini, tidak ditemukan kondisi yang rumit lainnya. Pada awalnya ditemukan lubang kecil di organ serupa.

Berdasarkan pemeriksaan echocardiograph ditemukan lubang atau PDA (patent ductus arteriosus) yang kecil. Pada pemeriksaan terakhir beberapa minggu lalu, keduanya sudah menutup.

"Mudah - mudahan tidak ada masalah yang lain," sebut Dikki.

PDA adalah suatu kelainan jantung bawaan yang biasanya dialami oleh bayi dengan kelahiran prematur. Kondisi ini terjadi ketika ductus arteriosus tetap terbuka setelah bayi lahir.

Bila dibiarkan tidak tertangani, PDA dapat memicu hipertensi, pulmonal, aritmia dan gagal jantung. Hingga saat ini belum diketahui secara pasti penyebab PDA. 


Infografis

Infografis 9 Panduan Imunisasi Anak Saat Pandemi Covid-19. (Liputan6.com/Trieyasni)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya