Pertama Kalinya Klub Malam Resmi Digelar di Inggris Pasca 1 Tahun Covid-19

Berdansa, memeluk, dan berciuman --muda-mudi Inggris kembali ke skena klub malam pertama yang resmi digelar di Britania Raya pasca-satu tahun pandemi global Covid-19.

oleh Hariz Barak diperbarui 01 Mei 2021, 19:33 WIB
Seorang pria menyusuri Jembatan Waterloo dengan latar Gedung Parlemen di London, Inggris, 29 Desember 2020. Sebanyak 41.385 kasus tambahan COVID-19 dilaporkan di Inggris sehingga menjadi lonjakan tertinggi kasus harian COVID-19 sejak pandemi merebak di negara itu. (Xinhua/Han Yan)

Liputan6.com, Liverpool - Berdansa, memeluk, dan berciuman --muda-mudi Inggris kembali ke skena klub malam pertama yang resmi digelar di Britania Raya pasca-satu tahun pandemi global Covid-19.

Sekitar 3.000 clubbers memenuhi sebuah gudang di dermaga Bramley-Moore Dock di Liverpool untuk mengikuti apa yang mungkin menjadi rave party pertama mereka sejak Inggris memberlakukan pembatasan sosial akibat Covid-19 pada Maret 2020.

Acara yang digadang-gadang aman dari Covid-19 ini diadakan untuk menguji apakah aman untuk menyelenggarakan pesta malam serupa berskala besar lain ketika Britania bersiap untuk menyongsong kenormalan baru pasca program vaksinasi massalnya.

Semua orang yang hadir harus menghasilkan bukti hasil tes negatif sebelum masuk sementara mereka juga harus mengikuti tes lain dalam waktu lima hari.

Promotor Circus mengadakan tiket terjual habis untuk pesta pada Jumat 30 April malam dan Sabtu 1 Mei malam, dengan 3.000 orang diperkirakan untuk hadir per hari-nya.

Sam Newson, produser acara, mengatakan bahwa program yang sejatinya merupakan "proyek percontohan" itu memiliki peran "vital" untuk menyulut kembalinya skena klub malam, pesta dansa, dan rave party di Inggris yang "hancur akibat pandemi selama setahun terakhir."

"Selama 12 bulan terakhir, itu adalah bencana. Orang-orang telah pindah, saya punya rekan-rekan yang kehilangan rumah, sangat sulit dan untuk mencoba dan mendapatkan bisnis ini kembali dan berjalan," ujar Newson seperti dikutip dari Metro.co.uk, Sabtu (1/5/2021).

"Saya berdiri di atas panggung sejak awal dan saya memiliki sedikit mata berkaca-kaca, saya tidak akan berbohong, itu sangat emosional."

"Acara apa pun istimewa tetapi dengan jumlah pekerjaan yang telah masuk ke ini dan menjadi yang pertama di negara ini dalam lebih dari 12 bulan, itu sangat istimewa."

 

Simak video pilihan berikut:


Bukan Sekedar Pesta

Orang-orang berjalan dengan mengenakan masker dan membawa tas belanjaan di Regent Street, setelah pelonggaran pembatasan virus corona COVID-19 menyusul berakhirnya kebijakan penguncian nasional atau lockdown kedua di Inggris, di London, Sabtu (5/12/2020). (AP Photo/Alberto Pezzali)

Rave party tersebut bukan sekedar pesta, melainkan juga berperan sebagai sebuah eksperimen kesehatan masyarakat dalam hal menciptakan protokol kesehatan yang ideal untuk kegiatan kerumunan massal di tengah pandemi Covid-19.

Berbagai persyaratan harus dipenuhi para party-goers.

Selain menguji negatif untuk Covid-19, para clubbers harus tinggal di Liverpool dan terdaftar di dokter lokal sehingga wabah apa pun dapat dipantau.

Para ilmuwan telah mendirikan tenda di sebelah tempat mereka berpesta, sehingga dapat mempelajari apakah kerumunan orang mencampur dan menari di dalam ruangan meningkatkan risiko penularan virus.

Kualitas dan pergerakan udara juga sedang dipantau sebagai bagian dari studi yang dipimpin Universitas Loughborough untuk menciptakan panduan yang jelas tentang cara merancang dan mengoperasikan bangunan non-domestik untuk meminimalkan risiko.

Hasilnya akan diumpankan ke dalam peta jalan Pemerintah Inggris dan membantu menentukan bagaimana klub akan diizinkan untuk dibuka kembali.

Saat ini semua pembatasan klub malam ditetapkan untuk dilonggarkan setelah 21 Juni.

Salah satu dari mereka yang hadir, Aodghan Fegan, 21, mengatakan: "Saya berharap semuanya berjalan dengan baik dan berharap tingkat Covid masih tetap rendah sehingga ada lebih banyak peristiwa seperti ini."

Berbicara dalam antrean untuk masuk ke acara tersebut, Leah Lawless, 18 tahun, mengatakan dia dan teman-temannya telah menunggu untuk kembali ke klub selama sekitar satu tahun.

"Kami sangat bersemangat. Sudah sulit, sudah membosankan, agak sedih, menyedihkan dan bukan yang terbaik,'' katanya.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya