Banyuwangi Genjot Pengembangan Pisang Cavendish Pacu Pendapatan Petani

Para petani holtikultura di Banyuwangi selatan mulai melirik komoditas pisang Cavendish. Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani bakal memacu pengembangan komoditas tersebut.

oleh Liputan6.com diperbarui 02 Mei 2021, 05:35 WIB
(Foto:Pemkab Banyuwangi)

Liputan6.com, Jakarta Para petani holtikultura di Banyuwangi selatan mulai melirik komoditas pisang Cavendish. Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani bakal memacu pengembangan komoditas tersebut.

Gunawan, seorang petani di Desa Temurejo, Kecamatan Bangorejo, Banyuwangi, mengatakan, sejak sembilan bulan lalu, ia beralih dari petani jeruk menjadi petani pisang yang dikenal pula dengan nama 'Ambon Putih' itu.

"Setelah melihat pasar, kami beralih untuk menanam pisang Cavendish. Permintaannya sangat tinggi dan harganya relatif stabil," ungkap Gunawan.

Sebelumnya Bupati Ipuk mengunjungi lokasi pematangan pisang cavendish milik Gunawan dalam rangkaian Bupati Ngantor di Desa (Bunga Desa) pada Kamis (29/4).

 

(Foto:Pemkab Banyuwangi)

Saat ini, lanjut Gunawan, ia harus menyediakan 7 ton pisang Cavendish setiap harinya untuk pasar Surabaya, Yogyakarta, dan Jakarta. "Kami terus bekerja keras menyiapkan pasokan tersebut," imbuh Ketua Kelompok Tani Makmur tersebut.

"Petani yang menyetor hasil panennya ke perusahaan kita, masih sekitar 40 hektar. Sebenarnya masih kurang karena prospek pasarnya sangat besar," kata pemilik brand KK Banana tersebut.

Dia mengatakan, pengembangan pisang Cavendish cukup mudah di Banyuwangi. Gunawan menyebutkan pada tahun pertama bisa panen hingga dua kali. Sedangkan pada tahun kedua, bisa panen hingga tiga kali dengan interval waktu empat bulanan.

"Alhamdulillah, hasilnya lumayan. Sekali panen dari satu hektar lahan bisa menghasilkan Rp 250 juta. Setahun minim panen dua kali. Lebih menjanjikan dibanding jeruk," kata dia sumringah.

Gunawan juga mengungkapkan bahwa produktivitas pisang di Banyuwangi juga lebih baik dibanding daerah lain.

"Sekali panen, satu pohon bisa menghasilkan sampai 34 Kg. Ini lebih baik jika dibandingkan dengan daerah lain. Di Trenggalek, misalnya, hanya maksimal 30 Kg saja per pohon," terangnya.

Sementara itu, Bupati Ipuk mendukung upaya pengembangan pisang Cavendish di Banyuwangi. Kejayaan Banyuwangi sebagai kota pisang akan dikembalikan olehnya.

"Kami akan serius mengembangkan pisang ini. Potensinya yang besar serta kondisi alamnya yang cocok dengan Banyuwangi, ini patut untuk dioptimalkan," tegas Ipuk.

Saat ini, lahan pisang di Banyuwangi tersentra di Kecamatan Bangorejo, Tegaldlimo, Purwoharjo, Muncar, Cluring.

"Melihat ini, kami akan mendorong pisang cavendish dikembangkan oleh petani hortikultura di sini," kata Ipuk.

"Apalagi budidaya pisang ini melibatkan banyak tenaga kerja. Seperti Pak Gunawan yang mempekerjakan warga sekitarnya mencapai 40 orang," kata Ipuk.

Sementara itu, Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Banyuwangi Arief Setiawan mengapresiasi ikhtiar Gunawan yang membudidayakan pisang cavendish dari bonggol. Selama ini, pisang Cavendish gagal dikembangkan di dataran rendah karena pembibitannya berasal dari kultur jaringan.

"Tapi, di sini, pembibitannya dilakukan lewat bonggol dan terbukti berhasil. Ini akan kami kembangkan lebih luas," pungkasnya.

 

(*)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya