Puasa Ramadan Bisa Bantu Tingkatkan Sistem Imun di Masa Pandemi

Berbagai riset membuktikan bahwa puasa bisa memperbaiki daya tahan atau imunitas tubuh, terutama ketika dijalankan saat Ramadan.

oleh Dyah Puspita Wisnuwardani diperbarui 02 Mei 2021, 23:00 WIB
Ilustrasi ramadan. puasa, buka puasa, kurma. (Photo by Naim Benjelloun from Pexels)

Liputan6.com, Jakarta - Puasa Ramadan kali ini berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Jika Ramadan tahun lalu umat Muslim berpuasa dengan benar-benar membatasi diri bertemu dengan individu lainnya karena vaksin belum ditemukan, tahun ini sebagian umat ada yang menjalani vaksinasi sambil berpuasa.

Berbagai riset membuktikan bahwa puasa bisa memperbaiki daya tahan atau sistem imun tubuh, terutama ketika dijalankan saat Ramadan. Meski demikian, dietisien dan dokter menyarankan agar individu yang tengah berjuang sembuh dari COVID-19 untuk tidak berpuasa dulu.

"Sebaiknya tidak berpuasa dulu jika Anda dinyatakan positif dan bergejala karena pasien COVID-19 kemungkinan perlu minum obat untuk mengatasi gejalanya. Bila seseorang dinyatakan positif COVID-19 namun tak bergejala, mereka bisa tetap menjalankan ibadah puasa," jelas Dr Haris Chundiyan Moochi dari Aster Clinic, Abu Shagarah, dilansir Khaleejtimes.

Dr Moochi juga mengatakan vaksin COVID-19 bisa disuntikkan pada individu yang berpuasa dan tidak akan membatalkannya karena diberikan secara intramuskular. Tetapi, jika seseorang kemudian mengalami demam atau gejala lain usai vaksinasi saat puasa, mereka harus segera membatalkan puasa dan berkonsultasi pada dokter agar mendapat perawatan yang diperlukan. 

 

 


Dampak Puasa Ramadan bagi Daya Tahan Tubuh

 

Dietisien dari Aster Hospital Mankhool Sushma Ghag mengatakan, ada banyak penelitian yang menunjukkan dampak puasa Ramadan pada sistem imun tubuh.

"Ada banyak studi mengenai dampak puasa Ramadhan terhadap sistem imun, yang menunjukkan bahwa puasa bisa mengembalikan sistem imun," jelas Sushma.

"Sistem imun pada tubuh manusia adalah orgasinasi yang terdiri dari sel-sel dan molekul yang berperan menjaga tubuh dari serangan infeksi," tambahnya.

Dengan menjalankan puasa setidaknya tiga hari berturut-turut akan membuat tubuh mulai memproduksi sel darah putih baru yang meremajakan sitem imun dalam memerangi infeksi.

Dietisien klinis di Burjeel Hospital, Dubai, Danya Al Atrash mengatakan, puasa intermiten diketahui sebagai pola diet yang paling populer dan banyak diikuti.

"Bedanya dengan puasa Ramadan, orang tidak makan dan minum sejak matahari terbit hingga terbenam selama 30 hari. Bila dilakukan dengan baik, Ramadan adalah waktu terbaik untuk membuat tubuh lebih bugar dan memperbaiki kebiasaan makan," jelasnya.

Mengingat Ramadan tahun ini pun masih dibayangi oleh pandemi COVID-19, Danya mengingatkan agar umat Muslim menjaga daya tahan tubuh tetap kuat selama puasa.

"Jadi pastikan untuk mendapat kecukupan kalori pada waktu makan. Kita harus memasukkan cukup makronutrien yakni karbohidrat, protein, dan lemak, serta mikronutrien (vitamin C, besi, zinc, dan lainnya," ucap Danya.


Infografis

Infografis Panduan Ibadah Ramadan dan Idul Fitri 1442 H/2021. (Liputan6.com/Trieyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya