Awal Pekan, Rupiah Tergelincir Seiring Spekulasi Pengetatan Kebijakan The Fed

Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak menguat pada perdagangan awal pekan ini.

oleh Tira Santia diperbarui 03 Mei 2021, 10:26 WIB
Ilustrasi Mata Uang Rupiah. Kredit: Mohamad Trilaksono (EmAji) via Pixabay

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak menguat pada perdagangan awal pekan ini. Rupiah melemah seiring munculnya spekulasi bank sentral Amerika Serikat The Fed akan mengetatkan kebijakan moneternya.

Mengutip Bloomberg, Senin (3/5/2021), rupiah dibuka di angka 14.460 per dolar AS, menguat jika dibandingkan dengan penutupan perdagangan sebelumnya yang ada di angka 14.445 per dolar AS. Menjelang siang, rupiah berada di level 14.462 per Dolar AS.

Sejak pagi hingga siang hari ini, rupiah bergerak di kisaran 14.452 per dolar AS hingga 14.475 per dolar AS. Jika dihitung dari awal tahun, rupiah melemah 2,94 persen.

"Outlook dolar AS menguat seiring optimisnya data ekonomi AS akhir-akhir ini yang memicu spekulasi bahwa bank sentral AS dapat memperketat kebijakan moneternya," tulis Tim Riset Monex Investindo Futures dalam kajiannya di Jakarta, Senin.

Indeks dolar yang mengukur kekuatan dolar terhadap mata uang lainnya pagi ini berada di posisi 91,3, naik dibandingkan posisi penutupan sebelumnya 91,28.

Sedangkan imbal hasil obligasi AS tenor 10 tahun saat ini berada di level 1,626 persen, turun dibandingkan posisi penutupan sebelumnya 1,631 persen.

Imbal hasil obligasi AS tenor 10 tahun turun ke level 1,63 persen pada akhir pekan lalu menyusul rilis data pendapatan dan pengeluaran pribadi pada Maret yang masing-masing naik 21,1 persen dan 4,2 persen.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Kasus Covid-19 di India

Kerabat pasien yang menuntut perhatian petugas kesehatan berdebat dengan mereka di rumah sakit pemerintah khusus COVID-19 di Ahmedabad, India, Selasa (27/4/2021). Kasus virus corona di India melonjak lebih cepat dari tempat lain di dunia. (AP Photo/Ajit Solanki)

Sementara itu, Indeks Harga Personal Consumption Expenditure (PCE) naik 0,5 persen, sedangkan Indeks PCE inti, yang tidak termasuk makanan dan energi, naik 0,4 persen dalam sebulan.

Adapun PCE merupakan metrik inflasi yang diawasi ketat oleh The Federal Reserve, di mana Gubernur The Fed Jerome Powell pada awal pekan lalu telah memperingatkan bahwa kemungkinan PCE akan menunjukkan kenaikan harga sementara.

Namun, memburuknya kasus COVID-19 global, khususnya di India, dinilai masih akan membayangi pasar uang.

Pada Jumat (30/4) lalu, rupiah ditutup menguat tipis 5 poin atau 0,03 persen ke posisi Rp14.445 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp14.450 per dolar AS.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya