Liputan6.com, Jakarta - Grafik kasus COVID-19 yang pada akhir Februari, Maret dan awal April sempat turun kini kembali merangkak naik. Pada 28 April 2021 kasus baru COVID-19 ada 5.241 lalu sehari sesudahnya naik 600-an kasus menjadi 5.833.
Peningkatan kasus COVID-19 juga diiringi dengan jumlah orang yang masuk rumah sakit serta meninggal karena virus SARS-CoV-2 seperti disampaikan Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung Kementerian Kesehatan RI, Siti Nadia Tarmizi pada Jumat, 30 April 2021.
Advertisement
"Kenaikan 600 kasus positif ini menjadi kewaspadaan kita semua. Meskipun kita lihat masih kenaikan tadi masih dalam batas normal tetapi yang menjadi catatan adanya peningkatan kasus kematian sebanyak 20 persen sepekan terakhir," kata Nadia.
"Begitu juga dengan rawat inap, terjadi kenaikan 1,28 persen," Nadia menambahkan.
Belum lagi, sejumlah klaster baru COVID-19 muncul seperti klaster perkantoran, klaster bukber (buka puasa bersama), klaster tarawih di Banyumas, klaster mudik di Pati, dan klaster takziah di Semarang.
Melihat data tersebut, banyak yang bertanya-tanya apakah gelombang 1 COVID-19 di Indonesia sudah lewat dan sekarang awal dari gelombang kedua?
Terkait kenaikan kasus yang terjadi di Indonesia, Satgas COVID-19 tidak melihat dari gelombang. Melainkan upaya menekan kasus secara konsisten dari terus menerus.
"Kami di Satgas COVID-19 tidak melihatnya dari gelombang tetapi dari upaya menekan kasus secara konsisten dan terus menerus serta menganalisis apa yang menjadi penyebab kenaikan kasus," kata Juru Bicara dan Tim Pakar Satgas COVID-19 Eiku Adisasmito lewat pesan teks kepada Health Liputan6.com.
Dengan perspektif seperti itu, Satgas memastikan agar kasus penularan COVID-19 bisa terkendali.
Simak Juga Video Menarik Berikut
Penyebab Kenaikan Kasus
Wiku menerangkan bahwa kenaikan kasus biasanya terkait dengan perilaku masyarakat yang tidak disiplin dalam menjalankan protokol kesehatan. "Kenaikan kasus biasanya terkait dengan kendornya kepatuhan protokol kesehatan di masyarakat," katanya.
Lalu, libur panjang juga kerap membuat kasus COVID-19 naik. Hal ini terjadi biasanya karena terjadi perpindahan/mobilitas orang dari satu ttitik ke titik lain yang bisa menjadi memperluas penularan.
Advertisement