Liputan6.com, Delhi - India mendapatkan donasi sebesar US$ 70 juta (Rp 1 triliun) dari Pfizer, perusahaan pembuat vaksin COVID-19. CEO Pfizer Albert Bourla turut prihatin.
"Kami sangat khawatir pada situasi kritis COVID-19 di India, dan hati kami untuk kalian, orang-orang tercinta kalian, dan semua rakyat India," ujar Albert Bourla kepada pegawai Pfizer India, dilaporkan Economic Times, Senin (3/5/2021).
Baca Juga
Advertisement
Donasi itu dikirimkan dalam bentuk obat-obatan dari pusat distribusi Pfizer di Amerika Serikat, Eropa, dan Asia.
"Kami berkomitmen untuk menjadi mitra perjuangan India melawan penyakit ini dan secara cepat menggerakan bantuan kemanusiaan terbesar dalam sejarah perusahaan kita," kata Bourla.
Ia ingin memastikan agar para pasien di rumah sakit umum India mendapatkan pertolongan. Pfizer berjanji agar obat-obatan itu segera tersedia, dan mereka bekerja sama dengan NGO untuk menyalurkan bantuan.
India belum menggunakan vaksin Pfizer karena belum mendapatkan izin. Saat ini, India mengandalkan vaksin AstraZeneca (Covishield) serta vaksin lokal Covaxin.
(USD 1: Rp 14.436)
Saksikan Video Pilihan Berikut:
Menkes: Varian Baru Covid-19 dari India dan Afsel Sudah Masuk Indonesia
Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin mengumunkan dua varian baru Covid-19 dari India dan Afrika Selatan sudah masuk ke Indonesia. Budi mengatakan ada dua insiden varian Covid-19 dari India B.1617 yang ditemukan di Jakarta.
"Sudah ada mutasi baru yang masuk yaitu mutasi dari India, ada 2 insiden yang sudah kita lihat dua-duanya di Jakarta dan satu insiden untuk mutasi dari Afrika Selatan yang masuk, itu yang ada di Bali," jelas Budi Gunadi dalam konferensi pers di Youtube Sekretariat Presiden, Senin (3/5/2021).
"Jadi selain mutasi yang di Inggris yang sekarang ada 13 insiden sudah ada dua mutasi dari India masuk dan satu mutasi dari Afrika Selatan," sambung dia.
Dia mengatakan, dua varian Covid-19 ini merupakam kategori mutasi virus yang sangat diperhatikan oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO). Pasalnya, dua varian virus ini memiliki tingkat penularan yang relatif lebih tinggi.
"Ini harus kita jaga mumpung masih sedikit karena mereka pasti akan segera menyebar karena penularannya relatif lebih tinggi daripada yang lain," katanya.
Advertisement