Liputan6.com, Jakarta Bak kisah nyata dari film Benjamin Button, seorang pemudia berusia 20 tahun bernama Rachmadian Daffa terlahir dengan kondisi yang langka. Pria yang akrab disapa Dapon ini mengidap syndrome cutis laxa yang membuat penampilannya nampak jauh lebih tua dari usia sesungguhnya.
Syndrome cutis laxa ini membuat kulit dari pengidapnya mengalami gangguan jaringan ikat. Sehingga membuat kulit menjadi tidak elastis dan menggantung secara longgar dalam lipatan.
Baca Juga
Advertisement
Meskipun kondisi ini sangat langka, namun syndrome cutis laxa ini termasuk dalam salah satu kondisi yang diturunkan. Namun, beberapa orang tanpa riwayat keluarga cutis laxa mengembangkannya di kemudian hari.
Gejala cutis laxa biasanya bergantung pada jenis gangguan yang tepat. Gejala bersama adalah kulit kendur dan keriput (elastolisis). Tidak seperti kelainan kulit lainnya, cutis laxa tidak menyebabkan mudah memar atau jaringan parut.
Berikut merupakan Dapon selengkapnya dilansir dari kanal YouTube Gritte Agatha, yang telah dihimpun oleh Liputan6.com, Senin (3/5/2021).
Idap Syndrome cutis laxa
Dapon mengungkapkan bahwa ia terlahir dengan syndrom cutis laxa. Hal ini awalnya disadari oleh kedua orang tuanya ketika Dapon lahir dengan bobot yang tak lazim.
"Waktu saya lahir saya kan bobotnya besar tuh 4 kilogram lahirnya, awalnya terlihat normal kata ibu saya. Setelah 6 bulan saya hidup di dunia itu bolak-balik terus ke rumah sakit karena badan saya yang bobotnya berlebih tidak seperti bayi biasanya," kata Dapon.
Khawatir dengan kondisi anaknya yang terlalu besar untuk bayi seusianya, akhirnya orang tua Dapon pun membawanya ke rumah sakit. Barulah kemudian ada dokter yang mengidentifikasi adanya kelainan pada tubuh Dapon.
"Setelah 6 bulan pulang pergi itu ternyata salah satu dokter yang ditemui orang tua saya itu melihat ada keanehan di wajah saya. Terus saya disuruh lah ke dokter mata pada saat itu," ungkapnya.
"Nah dokter ini yang menemukan saya itu ada kelainan. Terus saya disuruh menemui dokter ahli dari situlah ketemu bahwa saya itu ternyata mengidap Cutis Laxa," kata Dapon.
Advertisement
Sempat divonis hanya berumur pendek
Di masa itu, informasi terkait dengan syndrom cutis laxa masih sangat sedikit. Sehingga awalnya memang sulit untuk mengidentifikasi kondisi langka yang diidap oleh Dapon. Bahkan, salah satu dokter yang ditemui juga pernah memprediksi bahwa Dapon tidak akan berusia panjang karena kondisi tersebut.
"Balik lagi waktu kecil. Setelah bolak-balik rumah sakit sering ketemu dokter terus ketemu salah satu dokter yang bilang gini 'Ini dengan keadaan seperti ini syndrome seperti ini saya rasa umurnya tidak akan panjang' ternyata saya panjang sampai sekarang dan harus terus bertambah," kata Dapon bersemangat.
Ternyata, kondisi yang dialami oleh Dapon ini hanya menyebabkan wajahnya terlihat lebih tua. Namun, bagian organ dalam tubuhnya dinyatakan normal seperti halnya anak muda pada umumnya.
Tak pernah berkecil hati
Dengan kondisi yang dialami oleh Dapon ini, ia sempat mengalami kesulitan untuk memiliki teman di masa TK. Namun berkat dukungan dari lingkungan keluarga, ia pun tak pernah berkecil hati.
Pria kelahiran tahun 2001 ini juga mengungkapkan bahwa sejak masa sekolah ia sudah terbiasa dengan ejekan dari teman-temannya. Sehingga ia pun santai dalam menanggapi warganet yang tak memahami kondisinya.
Advertisement
Sempat tak dipercaya oleh kantor imigrasi
Akibat memiliki kondisi kulit yang unik ini, Dapon pun kerap mengalami kondisi lucu dimana orang-orang tak mempercayai usianya yang sesungguhnya. Salah satunya terjadi ketika ia hendak menyebrang dari Batam ke Singapura. Ketika itu, ia sampai diperiksa di kantor imigrasi karena petugas tak percaya bahwa ia lahir di tahun 2001 karena penampilannya.
"Kebetulan waktu itu bad luck karena petugasnya gak bisa bahasa Melayu. Saya ditanya apakah benar kelahiran tahun 2001, kok mukanya seperti itu. Saya jawab benar karena ini mukjizat Tuhan. Kemudian saya ditanyain, ada bawa foto masa kecil gak? Lah saya bingung, orang liburan mana yang bawa foto masa kecilnya. Ya saya jawab gaada," ujar Dapon sembari bergurau.
Petugas imigrasi tersebut pun tidak memercayai Dapon. Ia bahkan dituding sebagai intel sampai penyusup dan imigran gelap. Hingga akhirnya ia menyodorkan dokumen pendukung berupa KTP dan SIM.