Angka Positif COVID-19 di India Tembus 20 Juta Kasus

Di ibu kota New Delhi, kekurangan pasokan oksigen bagi pasien di rumah sakit tidak menunjukkan tanda-tanda usai.

oleh Teddy Tri Setio Berty diperbarui 04 Mei 2021, 12:06 WIB
Kerabat seseorang yang meninggal karena COVID-19 melakukan ritual saat kremasi di Gauhati, India, pada Selasa (27/4/2021). Kasus virus corona COVID-19 di India melonjak lebih cepat dari tempat lain di dunia. (AP Photo/Anupam Nath)

Liputan6.com, New Delhi - Jumlah infeksi COVID-19 di India secara resmi telah melampaui 20 juta kasus. Berbeda dengan klaim pemerintah yang menyebut tingkat infeksi sedang turun.

Dikutip dari laman BBC, Selasa (4/5/2021) India mengatakan infeksi secara konsisten menurun sejak 30 April.

Tetapi angka rekor tertinggi telah tercatat. Dimana ada lebih dari 400.000 kasus dalam satu hari, beberapa waktu lalu.

Di ibu kota New Delhi, kekurangan pasokan oksigen bagi pasien di rumah sakit tidak menunjukkan tanda-tanda usai.

Banyak orang berjuang untuk mendapatkan perawatan yang memadai.

Rumah sakit di New Delhi bahkan terpaksa mengirim pesan SOS di media sosial untuk mengamankan pasokan oksigen. Bagi warga, berjam-jam mengantri untuk mengisi ulang tabung portabel oksigen telah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari.

Pejabat India juga telah didesak untuk membangun serta menyediakan lebih banyak situs untuk kremasi, lantaran kamar mayat dan krematorium di sejumlah kota dipenuhi oleh banyak kematian akibat COVID-19.

Saksikan Video Berikut Ini:


WHO: Varian Virus Corona COVID-19 India Sudah Tersebar ke 17 Negara di Dunia

Kerabat dan staf membawa jenazah korban virus corona di Krematorium Nigambodh Ghat, di tepi sungai Yamuna, New Delhi, Kamis dinihari (22/4/2021). Perdana Menteri Narendra Modi mengatakan India tengah menghadapi ‘badai’ virus COVID-19 yang mengacaukan sistem kesehatan negara itu. (Sajjad HUSSAIN/

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengungkap, varian COVID-19 yang dikhawatirkan berkontribusi pada lonjakan kasus virus corona di India telah ditemukan di lebih dari selusin negara.

Badan kesehatan PBB mengatakan varian B1617 dari COVID-19 yang pertama kali ditemukan di India telah terdeteksi di lebih dari 1.200 urutan yang diunggah ke database akses terbuka GISAID "dari setidaknya 17 negara".

"Sebagian besar urutan diunggah dari India, Inggris Raya, AS, dan Singapura," kata WHO dalam pembaruan epidemiologis mingguan tentang pandemi tersebut, seperti dikutip dari laman Channel News Asia.

WHO mencantumkan B1617 - yang menghitung beberapa sub-garis keturunan dengan mutasi dan karakteristik yang sedikit berbeda - sebagai "varian minat".

Label itu akan menunjukkan bahwa lebih berbahaya daripada versi asli virus, misalnya karena lebih mudah menular, mematikan atau mampu menghindari perlindungan vaksin.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya