Liputan6.com, Jakarta - Maskapai Singapura, Singapore Airlines (SQ) rencananya akan kembali melayani penerbangan reguler ke Bali mulai 4 Mei 2021. Hal ini disampaikan oleh Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Uno pada pekan lalu. Menurutnya, Singapore Airlines kembali terbang ke Bali menjadi tanda agar pelaku usaha pariwisata dan ekonomi kreatif bersiap menyambut kedatangan wisatawan mancanegara.
"Singapore Airlines akan melayani penerbangan ke Bali mulai 4 Mei, ini patut kita apresiasi," ucap Sandiaga Uno dalam Weekly Press Briefing Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Jakarta, Selasa, 27 April 2021.
Hanya saja, saat itu Sandiaga memastikan belum ada perubahan aturan untuk kedatangan wisatawan asing ke Indonesia. Turis yang datang ke Indonesia harus menjalani masa karantina mandiri di lokasi yang telah ditetapkan selama lima hari. Warga asing yang boleh masuk ke Indonesia, khususnya Bali, adalah mereka para pemegang visa khusus, KITAS, dan KITAP.
Baca Juga
Advertisement
Selain itu, pintu masuk bagi Pelaku Perjalanan Luar Negeri (PPLN) hanya di perbolehkan empat bandara internasional saja yakni Bandara Soekarno-Hatta, Bandara Kualanamu, Bandara Juanda, dan Bandara Sam Ratulangi. Sedangkan untuk penerbangan internasional kargo masih diperbolehkan di luar empat bandara tersebut sesuai ketentuan.
Rencana tersebut akhirnya ditunda. Hal itu dikonfirmasi oleh Sekretaris Jenderal Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Maulana Yusran.
"Iya, kami sudah dapat kabar rencana penerbangan Singapore Airlines ke Bali ternyata ditunda. Salah satu alasannya karena Bandara I Gusti Ngurah Rai tidak termasuk dalam salah satu dari empat bandara yang jadi pintu masuk PPLN," ucap pria yang akrab disapa Allan ini pada Liputan6.com, Selasa (4/5/2021).
Allan menambahkan, pihak PHRI memang meragukan rencana tersebut bisa berjalan, antara lain karena belum ada perubahan kebijakan menjadikan atau menambahkan Bandara Ngurah Rai sebagai salah satu pintu masuk bagi PPLN. Keputusan itu juga diyakini membuat banyak pihak, terutama para pelaku pariwisata merasa kecewa karena mereka sudah punya harapan besar rencana itu bakal terwujud.
Saksikan Video Pilihan Berikut:
Masalah Kepercayaan
"Kita bingung juga karena kesannya ada kebijakan yang berbeda, apa karena kurang koordinasi atau persiapannya yang kurang. Yang jelas, banyak pihak yang sudah berharap, karena ini kan Bali yang punya potensi wisata sangat besar. Sudah ada yang pesan hotel misalnya, ya kemungkinan besar tidak jadi karena mereka tidak bisa masuk ke Bali," ujarnya lagi.
Menurut Allan, PHRI menyarankan agar tiap kebijakan yang akan diambil direncanakan dengan matang dan tidak bertabrakan dengan kebijakan lainnya. Yang jadi kekhawatiran pihaknya adalah, wisatawan asing yang ingin datang jadi kecewa dan tidak percaya lagi dengan kebijakan yang akan diterapkan.
"Kalau orang Indonesia mungkin sudah biasa kalau ada penundaan atau pembatalan, tapi mereka yang dari negara lain kan belum tentu. Ini masalah trust, kepercayaan. Mungkin merasa sudah membuat rencana sejak jauh hari dan tiba-tiba batal, mungkin mereka akan sangat kecewa dan tidak mau percaya lagi nantinya dengan kebijakan yang ada. Ini yang bikin kita khawatir," harapnya.
Sementara itu, Dinas Pariwisata Pemprov Bali dan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) RI, sampai berita ini ditulis belum memberikan pernyataan resmi mengenai penundaan penerbangan Singapore Airlines ke Bali.
Di sisi lain, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno seakan meralat pernyataan sebelumnya. Ia mengaku rencana pengaktifan kembali rute Singapura-Bali pp menggunakan pesawat Singapore Airlines masih belum jelas. "Tapi yang pasti, ada peningkatan jumlah kargo. Penerbangan kargo ini jadi lini utama maskapai penerbangan saat ini," kata Sandi dalam Extended Press Weekly Briefing, Senin, 3 Mei 2021.
Ia juga menerangkan Bandara I Gusti Ngurai Rai Bali tidak dimasukkan sebagai salah satu dari empat PPLN oleh pemerintah demi menghindari risiko transmisi Covid-19 dari pendatang yang tiba dari luar negeri. "Kami bisa memahami. Kami harus mengantisipasi varian baru yang mungkin berisiko dari kepulangan PMI ini, karena Bali sedang dipersiapkan betul-betul (untuk pembukaan TCA)," ucap Sandi.
Advertisement