Liputan6.com, Jakarta - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memastikan segera merilis aturan (POJK) mengenai bank digital tanpa kantor cabang. Rencananya, beleid tersebut akan keluar semester I 2021.
Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Heru Kristiyana mengatakan, bank tradisional harus bertransformasi melayani nasabah secara digital. Transformasi dari tradisional ke digital harus dilakukan menyesuaikan perilaku nasabah terutama selama pandemi.
Advertisement
"Apalagi selama pandemi covid-19 terjadi shifting behavior dari nasabah ke digital, sudah mulai mengurang transaksi tatap muka. Sudah jarang orang mau ke bank hanya untuk narik uang atau bikin rekening," ujar Heru dalam diskusi online, Jakarta, Selasa (4/5/2021).
Heru menegaskan, POJK baru tentang Bank Umum akan diselesaikan sebelum semester I tahun ini. Di sisi lain, ada satu risiko yang perlu dipahami perbankan. OJK memperkirakan bank yang tidak mau melakukan penyesuaian ke layanan digital pasti akan ditinggalkan nasabah.
"Apalagi nasabah menginginkan transaksi perbankan lebih mudah dengan menggunakan teknologi smartphone yang saat ini bisa melakukan apa saja, dimana saja, misalnya dari rumah bisa mengerjakan aktivitas keuangannya," jelas Heru.
Dia juga mengingatkan bank agar segera bertransformasi ke digital karena nasabah membutuhkan layanan ini. Sebab, menurut hasil penelitian internal OJK, banyak nasabah yang lebih nyaman bertransaksi digital daripada mengunjungi kantor cabang.
"Mau tidak mau bank harus siap, kebutuhan para nasabah sudah seperti itu. Kalau tidak siap melakukan transformasi pasti akan ditinggal nasabah," tandas Heru.
Reporter: Anggun P. Situmorang
Sumber: Merdeka.com
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Bank Digital Dukung Pertumbuhan Ekonomi di Tengah Pandemi
Hadirnya digital bank diharapkan dapat mendukung pertumbuhan ekonomi digital di Indonesia. Perekonomian Indonesia sempat mengalami kontraksi tahun lalu sebesar -2,07 persen dan berada di bawah Cina, Turki, dan Korea Selatan.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartanto menyatakan optimisme akan pemulihan ekonomi yang berlangsung seiring dengan distribusi vaksin dan terkendalinya pandemi Covid-19. Terlebih lagi, Indonesia juga merupakan kontributor terbesar ekonomi digital di Asia Tenggara.
“Pemerintah optimis bahwa ekonomi Indonesia diperkirakan akan kembali pulih di kisaran antara 4-5,5 persen di tahun ini, di tahun 2021," kata dia dikutip Selasa (30/3/2021).
Menurut data Google, saat ini, pangsa ekonomi digital Indonesia mencapai USD 40 miliar. Pada 2025, potensi ekonomi digital Indonesia diperkirakan naik menjadi USD 133 miliar, menduduki peringkat pertama diatas Thailand, Vietnam, Singapura, Malaysia, dan Filipina.
Untuk mendukung peningkatan potensi ekonomi digital, pemerintah pun terus mendorong pembangunan awan data (cloud) ke Indonesia.
"Kita ketahui dengan cloud, database di mana saja bisa diakses. Pemerintah juga mendukung pembangunan fasilitas infrastruktur digital lainnya, yaitu pengadaan jaringan 4G dan 5G di 9.113 desa/kelurahan. Layanan 5G bakal segera tersedia di Indonesia. Untuk itu, pemerintah mendorong optik fiber yang terkoneksi dari barat ke timur,” ujarnya.
Sementara itu, Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso mengatakan, transformasi digital di sektor jasa keuangan akan menjadi game changer bagi penyedia aktivitas keuangan di masyarakat.
“OJK senantiasa memberikan dukungan untuk mempercepat akselerasi transformasi digital dimana roadmap 2020-2025 akan diarahkan untuk memperkuat tata kelola dalam manajemen risiko terintegrasi, mendorong penggunaan IT sebagai game changer, mendorong terjadinya kerjasama penggunaan teknologi, dan mendukung implementasi digital di sektor perbankan,” tambahnya.
Advertisement
Peran Penting Teknologi
Presiden Direktur Amar Bank, Vishal Tulsian mengungkapkan, teknologi memiliki peran penting untuk meningkatkan literasi dan inklusi keuangan serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Amar Bank, pada Agustus tahun lalu, meluncurkan produk digital banking, Senyumku (mobile-only digital banking) untuk membantu masyarakat membangun kebiasaan menabung setelah kesuksesan Tunaiku, pionir digital lending di Indonesia yang diluncurkan pada 2014 untuk memperluas akses kredit kepada masyarakat yang belum atau kurang terlayani oleh lembaga keuangan formal.
Lebih lanjut, Vishal Tulsian menjelaskan perbedaan antara bank digital dan bank konvensional, dengan 3 lini poin, yaitu Pertama, Perbedaan Fungsi dimana bank konvensional dapat melakukan transaksi perbankan pada umumnya seperti menabung, mentransfer dan meminjam uang sementara bank digital bukan hanya sekedar internet banking, bank digital seperti Senyumku (Amar Bank) menyediakan keseluruhan rekening-rekening bank dalam satu tampilan, membantu nasabah untuk secara otomatis mengkategorikan pengeluaran untuk mengelola keuangan.
Kedua, Perbedaan pengalaman atau experience yang dimana sekarang lebih banyak nasabah yang sudah terbiasa dengan sesuatu yang instan atau cepat sehingga bank digital harus memberikan kemudahan bagi para nasabah. Ketiga, Perbedaan Pendekatan yaitu mindset dimana bank konvensional membuka cabang dan mengharapkan ‘nasabah datang ke Bank’, sedangkan Bank Digital ‘mendatangi nasabah’.
Salah satu tantangan untuk bank pada umumnya dalam melakukan transformasi digital adalah adanya dua sisi yaitu sisi konvensional dan sisi digital dan juga kultur budaya di dalam perusahaan.
Menurut Vishal, keunggulan Amar Bank sebagai bank digital adalah pengembangan bank digital menggunakan infrastruktur cloud (teknologi awan) yang bekerjasama dengan google.
“Dengan infrastruktur teknologi cloud yang kami gunakan, biaya untuk pelayanan kepada nasabah dapat jauh lebih rendah sementara skalabilitas dapat dilakukan dengan cepat," kata dia.
"Selain infrastruktur, Amar Bank juga memiliki budaya layaknya start-up yang mendukung agility atau kelincahan yang harus dimiliki oleh bank digital untuk selalu terdepan dalam menyesuaikan dengan kebutuhan masyarakat yang semakin dinamis. Kedepannya bank digital harus mampu menyediakan layanan yang bersifat hyper-personalization dimana bank digital yang mengakomodasi kebutuhan beragam profil nasabah sesuai dengan personanya," lanjutnya.
Menanggapi peran regulator dalam pengembangan perbankan digital saat ini, Vishal mengapresiasi dukungan dari OJK.
“OJK sangat suportif kepada kami, kedepannya kami mengharapkan dukungan dari pemerintah dan OJK dalam sentralisasi informasi nasabah yang dapat dicapai dengan teknologi blockchain, misalnya, sehingga informasi tersebut dapat diakses oleh Bank dan tidak menutup kemungkinan juga oleh perusahaan e-commerce, fintech, digital wallet dan lainnya sehingga ekosistem digital di Indonesia dapat terus berkembang dan dapat memberikan pelayanan yang lebih kepada masyarakat," tutupnya.