Liputan6.com, Jakarta - Survei Center for Indonesia’s Strategic Development Initiatives (CISDI) menunjukkan kesediaan beberapa puskesmas partisipan untuk menjadi sentra vaksinasi COVID-19. Dengan catatan masih ada beberapa faktor yang perlu ditingkatkan seperti komitmen pemerintah dan sumber daya.
Menurut Senior Advisor on Gender and Youth, organisasi kesehatan dunia (WHO), Diah Saminarsih, untuk mengakselerasi cakupan vaksin, fasilitas kesehatan tingkat primer seperti puskesmas memiliki peranan penting.
Advertisement
“Apa yang terjadi di tingkat puskesmas, komunitas dan nasional adalah refleksi dari apa yang terjadi di global. Saat ini suplai vaksin belum cukup padahal kebutuhannya sangat tinggi,” kata Diah mengutip keterangan pers CISDI, Selasa (4/5/2021).
Inilah situasi unequitable vaccine (ketidakmerataan vaksin), tambahnya. Sejak awal pandemi, WHO sudah mendorong penguatan layanan kesehatan primer sebagai jalan keluar dari pandemi.
“Berkaitan dengan program vaksinasi, kemampuan puskesmas dalam memetakan target sasaran khususnya kelompok rentan akan membantu mempercepat distribusi vaksin.”
Namun, ada setidaknya 4 faktor yang perlu ditilik lebih lanjut untuk memastikan kesiapan puskesmas sebagai sentra vaksinasi yang tersebar di seluruh negeri. Keempat faktor tersebut adalah kesiapan sumber daya manusia (SDM), ketersediaan alat pelindung diri (APD), kesiapan logistik vaksinasi, dan penanganan kejadian ikutan pasca imunisasi (KIPI).
Simak Video Berikut Ini
Hasil Survei
Terkait 4 faktor itu, CISDI melakukan survei cepat yang diikuti oleh 184 orang yang berasal dari 149 puskesmas di 96 kabupaten/kota di 30 provinsi. Berikut adalah beberapa temuan dari survei tersebut:
Kesiapan Sumber Daya Manusia
-Sebanyak 49 persen puskesmas memiliki tenaga vaksinator berjumlah di atas 6 orang.
-Ada 42,4 persen responden puskesmas yang memiliki tenaga dengan jumlah 4-6 orang.
-Ada pula 8,7 persen puskesmas yang hanya memiliki vaksinator 1-3 orang.
-Hampir setengah dari jumlah responden (47,3 persen) mengaku bahwa hanya sebagian tenaga vaksinasi di puskesmas yang mendapatkan pelatihan.
-Sementara 40,8 persen responden mengaku sudah seluruh tenaga vaksinasi di puskesmas mendapatkan pelatihan vaksinasi.
Ketersediaan Alat Pelindung Diri
-Lebih dari 90 persen puskesmas responden merasa APD yang disediakan sebulan terakhir cukup untuk tenaga kesehatan.
-Apron 8,7 persen dilaporkan sebagai jenis APD yang paling banyak tidak tersedia di puskesmas asal responden, diikuti dengan masker N95, FFP2, dan KN95 6,5 persen, dan kacamata google 4 persen.
Advertisement
Selanjutnya
Kesiapan Logistik Vaksinasi
-Survei menunjukkan 98 persen responden melaporkan memiliki genset yang masih berfungsi di puskesmas tempat mereka bekerja.
-Mayoritas responden puskesmas 96,2 persen memiliki lemari pendingin untuk vaksin yang masih berfungsi dan 90,2 persen responden melaporkan lemari pendingin tersebut sudah dilengkapi dengan alat pemantau suhu.
-Responden puskesmas yang menjawab bahwa di puskesmasnya tidak tersedia lemari pendingin yang masih berfungsi semuanya berada di luar Pulau Jawa.
-Hampir semua responden puskesmas (97 persen) sudah memiliki cold box untuk vaksin, namun tidak semua cold box dilengkapi dengan ice pack, tapi 82,1 persen responden mengaku bahwa ketersediaan ice pack hanya cukup untuk beberapa cold box saja.
-Hampir seluruh Puskesmas (99 persen) pada survei ini juga telah memiliki vaccine carrier (pembawa vaksin). Namun, masih ada 8.7 persen puskesmas yang belum memiliki ice pack yang cukup untuk seluruh vaccine carrier.
Penanganan Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi
-Puskesmas yang memiliki fasilitas dan obat-obatan penanganan KIPI ada 94 persen. 83 persen responden melaporkan puskesmas memiliki mekanisme rujukan yang jelas apabila ada KIPI yang terjadi di puskesmas mereka.
-Ada 20,7 persen responden yang mengakui bahwa puskesmas tempat mereka bekerja tidak mempunyai tenaga yang terlatih dalam menangani KIPI.
Selain keempat faktor di atas, terdapat beberapa faktor yang memengaruhi kesiapan puskesmas sebagai pusat pelaksanaan vaksinasi di masyarakat seperti penanganan limbah medis, pencatatan dan pelaporan melalui aplikasi terintegrasi PCare, hingga kemampuan pengelolaan layanan kesehatan esensial lainnya seperti layanan rawat jalan, layanan antenatal dan postnatal serta layanan imunisasi dasar dan lanjutan bagi anak.
Infografis Aman Berpuasa Saat Pandemi COVID-19
Advertisement