Citizen6, Atambua: Dalam kegiatan yang dinamakan Outbound Komunitas Rumah Kreatif St. Fransiskus Asisi Kuneru nampak wajah-wajah penuh keceriaan diwajah anak-anak dan para remaja yang mengikuti acara Outbound yang belum lama ini digelar. Dalam acara tersebut mereka berlari, bernyanyi bahkan berteriak dengan semangat untuk memberi dukungan kepada teman-temannya.
Bertempat di sungai Kuneru, sekitar 200 meter dari komunitas Rumah Kreatif Kuneru, sebanyak 72 anak dan remaja binaan rumah kreatif mengikuti kegiatan outbond yang diselenggarakan oleh para Suster Fransiskanes St. Georgius Martyr (FSGM). Komunitas ini diasuh oleh para Suster FSGM yang terdiri dari 4 orang suster. Para suster ini terlibat aktif terutama dalam pembinaan iman anak yang tergabung dalam 2 kelompok, yakni kelompok Bina Iman Anak Katolik (BIAK) bagi usia TK hingga SD dan kelompok Remaja Katolik (Remaka) untuk usia SMP dan SMA. Kegiatan utama bagi dua kelompok pembinaan ini adalah pembinaan iman yang dilaksanakan setiap hari Sabtu dan Minggu sore. Selain pembinaan iman anak, para Suster juga membentuk dan mendampingi anak-anak dalam kelompok belajar serta kursus komputer bagi para remaja.
Kegiatan outbond perdana untuk mengisi hari libur ini didampingi oleh Sr. Anastasia FSGM dan Sr. Clarentine FSGM. Kedua suster ini memberikan pembagian permainan yang berbeda-beda dan dibagi dalam 4 pos permainan. Sebelum peserta outbond masuk dalam permainan, para peserta disuguhkan dengan pemutaran film tentang kisah hidup seorang anak cacat yang berjuang melawan kesulitan dan tantangan hidup. Setelah menyaksikan film, para peserta bergegas menuju sungai Kuneru yang terletak tidak jauh dari rumah komunitas.
Sebanyak 72 peserta dan didampingi oleh 10 pendamping dari OMK St. Fransiskus Xaverius Kuneru dan 2 orang Suster, para peserta mulai masuk pada permainan perdana yakni mengangkat taplak meja yang diatasnya disimpan aqua yang berisi penuh dengan air. Dalam permainan ini dibutuhkan keseimbangan dan kerjasama dimana para peserta secara bersama-sama diharuskan mengangkat taplak meja dan air diatasnya tanpa harus tumpah.
Pada pos kedua, para peserta ditutup matanya sementara itu teman lainnya memberi arahan dari belakang. Permainan ini memiliki makna, apakah setiap pribadi mampu mendengarkan orang lain atau tidak. Di pos ketiga, para peserta diwajibkan merayap dan berjibaku dengan lumpur. Makna dari permainan ini agar para peserta tidak takut menghadapi tantangan hidup kedepannya. Sedangkan pada pos ke empat para peserta diajak untuk merenung kembali apa yang telah dilaluinya dan makna apa yang bisa dipetik dari semua permainan yang telah dilaksanakan.
Sr. Anastasia FSGM dalam penuturannya mengungkapkan, “Dalam outbond ini banyak makna yang ingin diberikan, seperti tanggung jawab, kerjasama, mendengarkan orang lain, serta berani menghadapi setiap kesulitan dan tantangan. Outbond ini pertama kali dilaksanakan dikomunitas rumah kreatif dan kita berharap agar kedepannya anak-anak mampu meresapkan makna permainan dalam realitas kehidupannya,” tutur Suster kelahiran Batu Raja Sumatera Selatan, 17 November 1983 ini.
Sementara itu salah satu peserta outbond dari kalangan remaja, Maria Grasela mengatakan, “Pertama mengikuti kegiatan outbond ini saya merasa takut tetapi berkat dorongan teman dan diri saya akhirnya saya menjadi berani. Saya berpikir, ternyata setiap kesulitan dan tantangan harus kita hadapi dengan berani dan jiwa besar. Kesulitan itu mampu memberi makna yang berarti untuk hidup,” ungkap pelajar SMP Kristen Atambua ini.
Anak-anak yang tergabung dalam komunitas rumah kreatif Kuneru berjumlah sekitar 300an anak yang dibagi dalam kelompok BIAK dan Remaka. Anggota komunitas ini pada umumnya berasal dari anak-anak lokal suku Kemak dan juga anak-anak eks pengungsi Timor-Timur yang mendiami daerah Trans Alala dan sekitarnya di pinggiran kota Atambua. (Fransiskus Pongky Seran).
Bertempat di sungai Kuneru, sekitar 200 meter dari komunitas Rumah Kreatif Kuneru, sebanyak 72 anak dan remaja binaan rumah kreatif mengikuti kegiatan outbond yang diselenggarakan oleh para Suster Fransiskanes St. Georgius Martyr (FSGM). Komunitas ini diasuh oleh para Suster FSGM yang terdiri dari 4 orang suster. Para suster ini terlibat aktif terutama dalam pembinaan iman anak yang tergabung dalam 2 kelompok, yakni kelompok Bina Iman Anak Katolik (BIAK) bagi usia TK hingga SD dan kelompok Remaja Katolik (Remaka) untuk usia SMP dan SMA. Kegiatan utama bagi dua kelompok pembinaan ini adalah pembinaan iman yang dilaksanakan setiap hari Sabtu dan Minggu sore. Selain pembinaan iman anak, para Suster juga membentuk dan mendampingi anak-anak dalam kelompok belajar serta kursus komputer bagi para remaja.
Kegiatan outbond perdana untuk mengisi hari libur ini didampingi oleh Sr. Anastasia FSGM dan Sr. Clarentine FSGM. Kedua suster ini memberikan pembagian permainan yang berbeda-beda dan dibagi dalam 4 pos permainan. Sebelum peserta outbond masuk dalam permainan, para peserta disuguhkan dengan pemutaran film tentang kisah hidup seorang anak cacat yang berjuang melawan kesulitan dan tantangan hidup. Setelah menyaksikan film, para peserta bergegas menuju sungai Kuneru yang terletak tidak jauh dari rumah komunitas.
Sebanyak 72 peserta dan didampingi oleh 10 pendamping dari OMK St. Fransiskus Xaverius Kuneru dan 2 orang Suster, para peserta mulai masuk pada permainan perdana yakni mengangkat taplak meja yang diatasnya disimpan aqua yang berisi penuh dengan air. Dalam permainan ini dibutuhkan keseimbangan dan kerjasama dimana para peserta secara bersama-sama diharuskan mengangkat taplak meja dan air diatasnya tanpa harus tumpah.
Pada pos kedua, para peserta ditutup matanya sementara itu teman lainnya memberi arahan dari belakang. Permainan ini memiliki makna, apakah setiap pribadi mampu mendengarkan orang lain atau tidak. Di pos ketiga, para peserta diwajibkan merayap dan berjibaku dengan lumpur. Makna dari permainan ini agar para peserta tidak takut menghadapi tantangan hidup kedepannya. Sedangkan pada pos ke empat para peserta diajak untuk merenung kembali apa yang telah dilaluinya dan makna apa yang bisa dipetik dari semua permainan yang telah dilaksanakan.
Sr. Anastasia FSGM dalam penuturannya mengungkapkan, “Dalam outbond ini banyak makna yang ingin diberikan, seperti tanggung jawab, kerjasama, mendengarkan orang lain, serta berani menghadapi setiap kesulitan dan tantangan. Outbond ini pertama kali dilaksanakan dikomunitas rumah kreatif dan kita berharap agar kedepannya anak-anak mampu meresapkan makna permainan dalam realitas kehidupannya,” tutur Suster kelahiran Batu Raja Sumatera Selatan, 17 November 1983 ini.
Sementara itu salah satu peserta outbond dari kalangan remaja, Maria Grasela mengatakan, “Pertama mengikuti kegiatan outbond ini saya merasa takut tetapi berkat dorongan teman dan diri saya akhirnya saya menjadi berani. Saya berpikir, ternyata setiap kesulitan dan tantangan harus kita hadapi dengan berani dan jiwa besar. Kesulitan itu mampu memberi makna yang berarti untuk hidup,” ungkap pelajar SMP Kristen Atambua ini.
Anak-anak yang tergabung dalam komunitas rumah kreatif Kuneru berjumlah sekitar 300an anak yang dibagi dalam kelompok BIAK dan Remaka. Anggota komunitas ini pada umumnya berasal dari anak-anak lokal suku Kemak dan juga anak-anak eks pengungsi Timor-Timur yang mendiami daerah Trans Alala dan sekitarnya di pinggiran kota Atambua. (Fransiskus Pongky Seran).