PBB Temukan Fenomena Belanja Online Melonjak Akibat Pandemi COVID-19

Kondisi pandemi COVID-19 dan pemberlakuan lockdown pada tahun lalu diyakini memiliki andil besar dalam peningkatan penjualan online.

Oleh DW.com diperbarui 05 Mei 2021, 11:46 WIB
ilustrasi tips belanja online untuk perlengkapan lebaran/pexels

Liputan6.com, Jakarta - Pandemi Virus Corona COVID-19 tak ayal membuat orang memilih untuk berdiam diri di rumah ketimbang melakukan kegiatan di luar. Aktivitas belanja pun dilakukan secara daring.

Mengutip DW Indonesia, Rabu (5/5/2021), sebuah penelitian yang dilakukan oleh United Nations Conference on Trade and Development (UNCTAD) menemukan fenomena bahwa penjualan online meningkat selama pandemi COVID-19. Menyumbang hampir seperlima dari omzet retail di tujuh negara industri pada tahun 2020.

Kondisi pandemi COVID-19 dan pemberlakuan lockdown pada tahun lalu diyakini memiliki andil besar dalam peningkatan penjualan tersebut.

Menurut survei yang dilakukan di negara-negara besar., transaksi online menyumbang 19% dari keseluruhan penjualan retail pada tahun 2020. Ini merupakan peningkatan yang cukup baik dari tahun sebelumnya,

E-commerce Bangkit

Studi PBB tersebut menyebutkan, "meski membutuhkan waktu untuk mendapatkan gambaran lengkap tentang dampak COVID-19 pada e-commerce, sejumlah perkembangan menunjukkan peningkatan yang kuat dalam e-commerce pada tahun 2020." 

Penelitian tersebut mencakup data dari Australia, Inggris, Kanada, China, Singapura, Korea Selatan, dan Amerika Serikat. Negara-negara yang disebutkan, bertanggung jawab atas sekitar dua pertiga perdagangan online di seluruh dunia.

Berikut ini perolehan data penjualan online naik dari negara tersebut di atas:

  • 59% di Australia
  • 46,7% di Inggris
  • 32,4% di AS
  • 14,6% di China

Sementara itu, omzet selama pandemi COVID-19 meningkat 22,4% menjadi $ 2,5 triliun (Rp 36 ribu triliun).

Menurut penelitian tersebut, ditemukan bahwa data volume barang dagangan bruto telah menempatkan Alibaba China di urutan teratas. Diikuti oleh raksasa retail AS Amazon.

Saksikan Juga Video Ini:


Semakin Pentingnya Aktivitas Online

Ilustrasi belanja online. Sumber foto: unsplash.com/Mein Deal.

Data dari 13 perusahaan e-commerce teratas menunjukkan penurunan yang signifikan untuk perusahaan yang menawarkan layanan seperti ride hailing (layanan berbagi tumpangan bagi para pengguna jasa transportasi massal) dan travel. Sebelas perusahaan ini berasal dari AS dan Cina.

"Statistik ini menunjukkan semakin pentingnya aktivitas online," kata penulis laporan, Torbjorn Fredriksson kepada AFP.

Di sisi lain, Fredriksson menyebutkan Jumia, raksasa retail online Afrika adalah salah satu contoh perusahaan yang sukses meraup untung banyak di tengah pandemi virus corona. Transaksinya melonjak lebih dari 50% dalam enam bulan pertama tahun 2020.

Shamika Sirimanne, Kepala Bagian Teknologi dan Logistik UNCTAD, mengatakan data ini terbukti berguna bagi perusahaan, terutama di negara berkembang, untuk membangun kembali strategi setelah terkena dampak pandemi.


Infografis 3 Kelompok Harus Dilindungi Saat Jaga Jarak Cegah COVID-19

Infografis 3 Kelompok Harus Dilindungi Saat Jaga Jarak Cegah Covid-19. (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya