H-1 Larangan Mudik Lebaran 2021, Begini Kondisi di Stasiun Gambir

Jelang pelarangan mudik lebaran, area keberangkatan di Stasiun Gambir terpantau lengang.

oleh Athika Rahma diperbarui 05 Mei 2021, 12:20 WIB
Suasana Stasiun Gambir pada H-1 larangan mudik Lebaran 2021. (LIputan6.com/Athika Rahma)

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah resmi melarang mudik lebaran mulai besok, Kamis tanggal 6 Mei hingga 17 Mei 2021. Menjelang pelarangan mudik, masyarakat terpantau memenuhi pintu keberangkatan terminal, stasiun, bandara hingga pelabuhan.

Pantauan Liputan6.com, Rabu (5/6/2021), situasi berbeda terlihat di Stasiun Gambir, Jakarta Pusat. Jelang pelarangan mudik lebaran, area keberangkatan di Stasiun Gambir terpantau lengang.

Sebagian besar calon penumpang memang akan melakukan perjalanan mudik, meski ada beberapa penumpang yang bepergian karena dinas atau tugas luar kota.

Menurut Arifin, salah satu petugas keamanan di Stasiun Gambir, lonjakan penumpang diprediksi akan terjadi pada sore hingga malam nanti.

"Kemarin juga ramainya di sore dan malam hari," ujar Arifin.

Loket penjualan di Stasiun Gambir juga terpantau masih tutup. Menurut keterangan petugas, loket penjualan langsung (go show) akan dibuka pada pukul 13.00 WIB hari ini hingga keberangkatan terakhir.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Satgas Covid-19 Sebut Larangan Mudik Lebaran Sangat Tepat, Ini Sederet Alasannya

Petugas mengecek SIKM milik penumpang di stasiun Gambir Jakarta, Kamis (28/5/2020). Penumpang yang mudik dari Surabaya mengunakan kereta api luar biasa harus memiliki SIKM sebagai syarat yang dimiliki warga untuk keluar atau masuk ke wilayah Jakarta. (merdeka.com/Imam Buhori)

Ketua Satgas Penanganan Covid-19 Doni Monardo mengatakan keputusan Pemerintah untuk pelarangan mudik ini sangat tepat. Berkaca pengalaman tahun lalu, jelang libur panjang selalu diikuti dengan kenaikan kasus aktif, dan juga bertambahnya angka kematian.

“Keputusan Pemerintah untuk pelarangan mudik ini sangat tepat. Mulai dari lebaran idul fitri tahun lalu, liburan agustus, kemudian sampai dengan natal dan tahun baru,” kata Doni dalam diskusi FMB9ID_IKP : Jaga Keluarga, Tidak Mudik, Rabu (5/5/2021).

Dimana variasi angkanya, 46 persen untuk angka kematian sampai dengan 75 persen, demikian juga untuk kasus aktifnya dari 70 persen sampai dengan 116 persen. Angka tersebut dinilai tinggi, lantaran setiap habis libur panjang selalu ada kenaikan kasus aktif covid-19.

“Bertambahnya jumlah pasien di rumah sakit, ruang ICU dan isolasi lebih dari 80 persen. Bahkan pada periode Januari 2021 beberapa provinsi sudah mencapai lebih dari 100 persen sehingga pasien harus dibawa ke luar provinsi,” ujarnya.

Lantas diikuti dengan angka kematian harian yang juga sangat tinggi, lebih dari 250 kematian per hari. Bahkan para dokter dan perawat menjadi korban terpapar covid-19 karena merawat pasien.

“Jadi pilihan untuk larangan mudik ini adalah pilihan yang strategis. Kita semuanya harus mengikuti keputusan ini, ini adalah keputusan kepala negara Presiden Jokowi dan jangan ada satupun pejabat Pemerintah yang berbeda narasinya,” tegasnya.

Oleh karena itu, sangat penting memberikan sosialisasi larangan mudik kepada masyarakat setiap saat. Menurutnya, lebih baik mencegah daripada mengobati.


18 Juta Orang Tetap Mudik

Porter menawarkan jasa mengangkut barang bawaan pemudik dI Stasiun Gambir, Jakarta, Minggu (9/6/2019). Pada H+4 Lebaran yang merupakan puncak arus balik lebaran, sebanyak 78.249 orang tiba di Jakarta melalui Stasiun Gambir sejak 6 Juni 2019 sampai dengan hari ini. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Meskipun berdasarkan survei dari Kementerian Perhubungan masih ada 7 persen atau 18,9 juta orang tetap mudik. Maka tugas Satgas adalah berusaha mengurangi angka tersebut sekecil mungkin. 

Maka koordinasi seluruh pihak baik di pusat, daerah sampai tingkat desa dan kelurahan sangat penting untuk mengingatkan masyarakat supaya tidak mudik.

“Mari kita bersabar menahan diri, karena kalau kita biarkan maka sangat pasti terjadi penularan oleh mereka yang datang dari luar ke kampung halaman. Dan setiap daerah belum tentu pasti memiliki rumah sakit yang memadai, dan ada dokter yang merawat, sehingga bagi mereka yang terpapar covid-19 bisa menjadi fatal dan mengakibatkan kematian. Banyak daerah yang seperti itu tahun lalu,” pungkasnya.    

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya