Liputan6.com, Jakarta - Pesawat terbesar di dunia besutan perusahaan Stratolaunch Systems, terbang untuk kedua kalinya di atas gurun California Selatan, Amerika Serikat.
Pesawat yang memiliki dua kokpit di badan terpisah itu dilaporkan lepas landas pada Kamis (29/4/2021) waktu setempat dari Mojave Air and Space Port--dua tahun setelah penerbangan perdananya, menyusul perubahan kepemilikan dan tujuan.
Advertisement
“Kami mengudara,” kicau perusahaan Stratolaunch di Twitter, sebagaimana dilansir New York Post, Kamis (6/5/2021).
Pesawat raksasa dengan lebar sayap 385 kaki bernama Roc ini mencapai ketinggian maksimum 14.000 kaki dan kecepatan tertinggi 199 mph selama uji terbang. Demikian menurut laman Space.
Pesawat yang diperkuat enam mesin itu berhasil mendarat dengan selamat sekitar tiga jam kemudian dengan 28 rodanya. Stratolaunch mengklaim bahwa uji coba itu sukses.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini
Buatan Pendiri Microsoft
Roc dikembangkan oleh salah satu pendiri Microsoft, Paul G. Allen, yang meninggal dunia beberapa bulan sebelum pesawat ini terbang untuk pertama kalinya pada April 2019.
Ia merancang armada ini sebagai pesawat pengangkut untuk peluncuran luar angkasa, mengangkut roket bermuatan satelit di bawah bagian tengah sayap, dan melepaskannya di ketinggian.
Sementara pemilik baru Roc awalnya berencana untuk menggunakannya sebagai pesawat pengangkut untuk peluncuran kendaraan penelitian penerbangan hipersonik.
Hipersonik menggambarkan penerbangan dengan kecepatan setidaknya lima kali kecepatan suara (Mach 5).
Advertisement
Dijual Rp 5,7 Triliun
Sekadar informasi, Juni 2019, Roc dilego dengan harga USD 400 juta atau setara Rp 5,7 triliun.
Menurut seorang sumber, perusahaan induk pembesut Stratolaunch, Vulcan, menjual pesawat itu dengan harga yang lumayan mahal. Demikian menurut laporan CNBC.
Sebagaimana dikutip dari Digital Trends, Senin (17/6/2019), Stratolaunch memiliki enam mesin, 28 roda, dan bentangan sayap selebar 385 kaki. Lebar pesawat itu disebut-sebut lebih besar ketimbang lapangan sepakbola.
Pesawat dengan bobot 500.000 pound ini merupakan hal yang diimpi-impikan oleh Paul Alen. Sayangnya, pria yang meninggal dunia di usia 65 tahun itu tak sempat melihat pesawat impiannya mengudara.
Stratolaunch System sendiri berdiri pada 2011. Tujuannya adalah menciptakan pesawat yang bisa menjadi platform peluncuran seluler yang menyediakan akses mudah ke luar angkasa.
Tujuan Stratolaunch adalah membawa kendaraan tinggi ke atmosfer, yakni di ketinggian 35.000 kaki, kemudian terbang lebih tinggi lagi.
Dengan harga Rp 5,7 triliun, pembeli tidak hanya akan mendapatkan sebuah pesawat, tetapi juga membeli hak kekayaan intelektual hingga fasilitas pesawat tersebut. Misalnya adalah hanggar dan tempat penyimpanan pesawatnya.